5 Mitos tentang Pengambilan Keputusan

5 Mitos tentang Pengambilan Keputusan

Pendahuluan: Mengapa Topik Pengambilan Keputusan Penting dalam Kekristenan?

Pengambilan keputusan adalah salah satu aspek kehidupan yang paling krusial bagi setiap orang percaya. Dalam setiap tahap kehidupan — mulai dari memilih pasangan hidup, pekerjaan, tempat tinggal, hingga pelayanan — kita dihadapkan pada pertanyaan: Bagaimana mengetahui kehendak Tuhan?

Namun, dalam perjalanan kehidupan Kristen, ada banyak mitos atau kesalahpahaman tentang cara mengambil keputusan menurut Alkitab. Mitos-mitos ini seringkali menyesatkan, membuat orang percaya gelisah, tidak pasti, bahkan merasa tertekan dalam hidup rohaninya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 mitos paling umum tentang pengambilan keputusan menurut sudut pandang para teolog Reformed ternama, seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Sinclair Ferguson, dan Kevin DeYoung.

MITOS #1: "Kita Harus Menunggu Tanda Khusus dari Tuhan Sebelum Membuat Keputusan"

Penjelasan Mitos Ini

Banyak orang Kristen berpikir bahwa dalam setiap keputusan besar, Tuhan pasti akan memberikan tanda khusus — seperti mimpi, penglihatan, suara batin, atau kejadian luar biasa — sebagai petunjuk kehendak-Nya.

Mereka sering berkata: "Saya tidak berani melangkah sebelum Tuhan memberi tanda."

Pandangan Teologi Reformed

Menurut Kevin DeYoung dalam bukunya Just Do Something, konsep menunggu tanda khusus ini bukanlah cara standar Tuhan memimpin umat-Nya dalam Perjanjian Baru. Ia berkata:

"Tuhan telah memberikan kita firman-Nya, hikmat-Nya, Roh Kudus, dan akal budi untuk membuat keputusan. Menunggu tanda khusus justru sering menjadi alasan untuk menunda tanggung jawab."

John Calvin dalam Institutes menegaskan bahwa Allah memimpin kita terutama melalui firman-Nya dan penyertaan Roh Kudus dalam hati kita — bukan dengan cara-cara mistik.

Dasar Alkitab

Mazmur 119:105 (AYT):

"Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

Kesimpulan: Tuhan bisa saja memberi tanda, tetapi itu bukan pola standar. Fokuslah pada Firman, hikmat, doa, dan pertimbangan yang bijaksana.

MITOS #2: "Kehendak Tuhan Itu Seperti Peta Rahasia yang Harus Kita Temukan"

Penjelasan Mitos Ini

Banyak orang berpikir bahwa hidup ini seperti labirin atau teka-teki. Jika kita salah langkah, maka kita akan keluar dari "kehendak Tuhan" dan hidup kita menjadi kacau.

Mereka takut: "Bagaimana kalau saya salah mengambil keputusan?"

Pandangan Teologi Reformed

R.C. Sproul menegaskan bahwa ada dua aspek kehendak Tuhan:

  1. Kehendak Dekretif (Decretive Will) — apa yang Allah tetapkan dan pasti terjadi.

  2. Kehendak Preskriptif (Preceptive Will) — apa yang Allah perintahkan dalam Firman.

R.C. Sproul berkata:

"Kita tidak bisa 'keluar' dari kehendak dekretif Allah karena segala sesuatu berada dalam kendali-Nya. Namun, kita dipanggil untuk menaati kehendak preskriptif-Nya."

Sinclair Ferguson menambahkan:

"Tuhan tidak menyembunyikan kehendak-Nya dari anak-anak-Nya. Dia memberi mereka prinsip hidup dalam Alkitab."

Dasar Alkitab

Efesus 1:11 (AYT):

"Dalam Kristus, kita juga telah ditentukan menjadi milik-Nya sesuai dengan rencana Allah, yang mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya."

Kesimpulan: Kehendak Tuhan bukan peta rahasia. Itu adalah kehidupan yang tunduk pada prinsip Firman, bukan ketakutan akan salah langkah.

MITOS #3: "Pilih yang Membuat Hidup Nyaman dan Mudah, Itu Pasti dari Tuhan"

Penjelasan Mitos Ini

Ada pandangan keliru bahwa kalau sesuatu itu terasa nyaman, tidak ada tantangan, dan membawa kemudahan, itu berarti dari Tuhan. Sebaliknya, kalau jalan hidup terasa berat, mungkin itu bukan dari Tuhan.

Pandangan Teologi Reformed

John Piper dengan tegas menolak pola pikir ini dalam ajaran Christian Hedonism-nya. Piper berkata:

"Allah memanggil kita bukan untuk kenyamanan duniawi, tetapi untuk sukacita dalam Dia, bahkan melalui penderitaan."

Para reformator juga mengajarkan bahwa jalan salib adalah jalan kehidupan orang Kristen. Allah sering memakai kesulitan untuk membentuk karakter dan iman umat-Nya.

Dasar Alkitab

Matius 16:24 (AYT):

"Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku."

Kesimpulan: Tidak semua yang mudah itu pasti dari Tuhan. Dan tidak semua yang sulit itu pasti bukan dari Tuhan. Allah bekerja melalui kesulitan untuk kebaikan kita.

MITOS #4: "Kita Harus Menunggu Sampai Merasa Damai 100% Baru Membuat Keputusan"

Penjelasan Mitos Ini

Mitos ini sangat populer di kalangan Kristen Injili. Mereka menunggu "peace of mind" atau perasaan damai sepenuhnya sebelum melangkah dalam keputusan besar.

Pandangan Teologi Reformed

Kevin DeYoung berkata:

"Perasaan damai memang penting, tetapi itu bukan indikator utama kehendak Tuhan. Hati manusia bisa menipu."

John Calvin juga mengingatkan bahwa hati manusia sangat rentan terhadap emosi dan keinginan diri sendiri.

Yeremia 17:9 (AYT):

"Hati itu licik melebihi segala sesuatu dan sangat jahat."

R.C. Sproul menegaskan bahwa perasaan damai itu penting, tetapi harus ditopang oleh pertimbangan rasional, Firman Tuhan, dan hikmat yang sehat.

Kesimpulan: Perasaan damai itu penting tetapi tidak absolut. Jangan sampai perasaan dijadikan pengganti prinsip kebenaran Firman.

MITOS #5: "Tuhan Hanya Peduli pada Keputusan Spiritual Besar, Hal Sepele Tidak Penting"

Penjelasan Mitos Ini

Ada anggapan bahwa Tuhan hanya peduli dengan keputusan besar seperti pelayanan, pernikahan, atau pekerjaan rohani. Hal-hal kecil seperti pekerjaan sehari-hari, gaya hidup, atau waktu luang dianggap tidak penting bagi Tuhan.

Pandangan Teologi Reformed

Teologi Reformed mengajarkan Kedaulatan Allah atas seluruh aspek kehidupan (Sphere Sovereignty). Tuhan peduli pada semua bagian hidup kita — besar maupun kecil.

Abraham Kuyper berkata:

"Tidak ada satu inci pun dalam kehidupan ini di mana Kristus tidak berkata: Itu milik-Ku!"

John Frame juga menekankan bahwa semua keputusan, sekecil apa pun, harus dipertimbangkan dalam terang kemuliaan Allah.

1 Korintus 10:31 (AYT):

"Jadi, apakah kamu makan atau minum, atau melakukan apa pun, lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Allah."

Kesimpulan: Tuhan peduli pada seluruh hidup kita, termasuk keputusan kecil. Hidup Kristen adalah hidup utuh yang dipersembahkan bagi Allah.

Kesimpulan Akhir: Prinsip Pengambilan Keputusan dalam Teologi Reformed

Dari pembahasan kelima mitos tersebut, dapat disimpulkan bahwa teologi Reformed menawarkan prinsip pengambilan keputusan yang sehat, alkitabiah, dan penuh pengharapan.

Berikut ini rangkuman prinsipnya:

PrinsipPenjelasanDasar Alkitab
Firman Tuhan Sebagai Panduan UtamaKeputusan harus sesuai dengan AlkitabMazmur 119:105
Gunakan Hikmat dan Akal BudiAllah memberikan kita kemampuan berpikirYakobus 1:5
Berdoa dan BersekutuLibatkan Tuhan dalam doa dan tanya nasihat orang bijakAmsal 11:14
Percaya pada Pemeliharaan AllahAllah berdaulat atas hasil akhirnyaEfesus 1:11
Jangan Takut MelangkahTaatilah perintah Tuhan dan bertindaklahKolose 3:23-24

Penutup: Pesan Pastoral

Pengambilan keputusan dalam hidup Kristen tidak harus menjadi beban yang menakutkan. Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Tuhan adalah Bapa yang penuh kasih. Dia memimpin, mengarahkan, dan mengoreksi kita sepanjang perjalanan hidup.

Kevin DeYoung menutup bukunya dengan pesan yang sangat praktis:

"Jangan menunggu sampai semuanya jelas sempurna untuk melangkah. Taatilah Firman Tuhan, gunakan hikmat, dan lakukan sesuatu untuk kemuliaan-Nya."

Selamat membuat keputusan dalam terang kebenaran Firman Tuhan!

Next Post Previous Post