Efesus 4:14: Kedewasaan Rohani dan Bahaya Ajaran Sesat

Efesus 4:14: Kedewasaan Rohani dan Bahaya Ajaran Sesat

Pendahuluan

Surat Efesus adalah salah satu surat Rasul Paulus yang berisi ajaran mendalam tentang gereja, kesatuan tubuh Kristus, dan pertumbuhan rohani umat percaya. Efesus 4:14 menekankan perlunya orang percaya untuk mencapai kedewasaan rohani agar tidak mudah tersesat oleh ajaran yang menyesatkan.

"Dengan demikian, kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh ombak dan dibawa ke sana kemari oleh berbagai angin pengajaran, oleh tipu daya manusia, oleh kecerdikan dari penipuan yang licik." (Efesus 4:14, AYT)

Dalam ayat ini, Paulus menggunakan gambaran seorang anak yang mudah terombang-ambing oleh angin dan ombak untuk menggambarkan orang percaya yang belum dewasa secara rohani. Mereka bisa dengan mudah tertipu oleh ajaran palsu karena kurangnya dasar iman yang kuat.

Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Efesus 4:14 dari perspektif teologi Reformed dengan mengacu pada beberapa pemikir besar seperti John Calvin, Herman Bavinck, Charles H. Spurgeon, dan Louis Berkhof.

1. Konteks Efesus 4:14 dalam Surat Efesus

Efesus 4 membahas panggilan orang percaya untuk hidup dalam kesatuan dan pertumbuhan rohani. Sebelum ayat 14, Paulus berbicara tentang bagaimana Tuhan memberikan berbagai jabatan dalam gereja (rasul, nabi, penginjil, gembala, dan guru) untuk memperlengkapi jemaat dan membangun tubuh Kristus (Efesus 4:11-13).

Tujuan utama dari pelayanan ini adalah agar orang percaya tidak lagi seperti anak-anak yang mudah terombang-ambing oleh ajaran palsu. Paulus menekankan pentingnya kedewasaan rohani, yang dicapai melalui pemahaman yang benar akan firman Tuhan dan hidup dalam kebenaran Injil.

Dalam teologi Reformed, ayat ini sangat relevan dengan doktrin sanctification (pengudusan) dan perseverance of the saints (ketekunan orang percaya), yang menekankan pentingnya pertumbuhan dalam iman untuk bertahan dari pengaruh ajaran sesat.

2. Eksposisi Efesus 4:14 dalam Perspektif Teologi Reformed

a. John Calvin: Kedewasaan Iman sebagai Perlindungan terhadap Ajaran Palsu

John Calvin dalam komentarnya terhadap Efesus 4:14 menyoroti bagaimana iman yang dewasa melindungi orang percaya dari pengaruh ajaran sesat. Ia menulis:

"Ketika kita masih bayi dalam iman, kita mudah tertipu oleh tipu muslihat manusia. Tetapi ketika kita bertumbuh dalam kebenaran Injil, kita menjadi lebih kuat dalam menghadapi pengajaran yang menyesatkan."

Menurut Calvin, ajaran palsu sering kali terdengar menarik karena dibungkus dengan kata-kata yang manis dan strategi manipulatif. Namun, orang percaya yang dewasa secara rohani akan mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan firman Tuhan.

Lebih lanjut, Calvin menekankan pentingnya doktrin yang benar dalam gereja. Ia berpendapat bahwa gereja yang sehat harus mendidik jemaatnya dengan ajaran yang benar agar mereka tidak mudah tersesat oleh ideologi yang menyimpang dari Alkitab.

b. Herman Bavinck: Doktrin yang Benar sebagai Dasar Iman yang Kokoh

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menggarisbawahi bahwa kedewasaan iman hanya dapat dicapai jika seseorang memiliki dasar doktrin yang benar. Ia menyatakan:

"Kekristenan bukan hanya tentang pengalaman spiritual, tetapi juga tentang pengakuan yang benar terhadap kebenaran firman Tuhan."

Bavinck menekankan bahwa teologi yang kokoh akan membantu jemaat menghadapi ajaran yang menyesatkan. Jika seseorang hanya beriman berdasarkan perasaan atau pengalaman pribadi, mereka akan mudah terbawa oleh tren ajaran baru yang terdengar menarik tetapi sebenarnya menyimpang dari Alkitab.

Dalam konteks Efesus 4:14, Bavinck menegaskan bahwa gereja harus terus mengajarkan doktrin yang benar kepada jemaatnya agar mereka tidak terombang-ambing oleh setiap angin pengajaran yang muncul.

c. Charles H. Spurgeon: Bahaya Tipu Daya dan Pengajaran yang Licik

Charles H. Spurgeon dalam The Treasury of the New Testament berbicara tentang bahaya ajaran palsu dan tipu daya manusia. Ia menyatakan bahwa banyak orang Kristen yang mudah tertipu karena mereka tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang firman Tuhan.

Spurgeon menulis:

"Setan tidak selalu menyerang dengan cara yang kasar; sering kali, ia datang dengan ajaran yang terdengar baik tetapi sebenarnya berbahaya. Inilah sebabnya mengapa kita harus berakar dalam firman Tuhan."

Menurut Spurgeon, ada banyak pengajar yang dengan sengaja menyesatkan jemaat demi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, gereja harus berhati-hati terhadap ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab, meskipun ajaran tersebut populer atau didukung oleh banyak orang.

d. Louis Berkhof: Kedewasaan Rohani sebagai Hasil Pengudusan

Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof menekankan bahwa kedewasaan rohani bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang perubahan karakter melalui pengudusan oleh Roh Kudus. Ia menulis:

"Orang percaya yang telah mengalami pengudusan sejati tidak akan mudah terombang-ambing oleh ajaran palsu, karena mereka memiliki dasar yang kokoh dalam Kristus."

Berkhof menjelaskan bahwa Efesus 4:14 menekankan pentingnya pertumbuhan rohani sebagai bagian dari proses pengudusan. Jika seseorang tidak bertumbuh dalam iman, mereka akan tetap seperti anak-anak secara rohani dan mudah dipengaruhi oleh pengajaran yang menyesatkan.

Dalam pandangan Berkhof, gereja memiliki tanggung jawab untuk membimbing jemaatnya menuju kedewasaan iman agar mereka tidak mudah disesatkan oleh ajaran yang salah.

3. Aplikasi Efesus 4:14 dalam Kehidupan Kristen

Dari eksposisi di atas, ada beberapa aplikasi penting dari Efesus 4:14 dalam kehidupan Kristen:

  1. Memperdalam Pengertian Akan Firman Tuhan
    Orang percaya harus terus belajar firman Tuhan agar memiliki dasar yang kuat dalam iman dan tidak mudah terombang-ambing oleh ajaran yang salah.

  2. Berhati-hati terhadap Ajaran yang Menyesatkan
    Tidak semua ajaran yang populer atau terlihat menarik adalah benar. Kita harus menguji setiap pengajaran dengan firman Tuhan sebelum menerimanya.

  3. Menjadi Dewasa dalam Iman
    Kekristenan bukan hanya tentang percaya kepada Kristus, tetapi juga tentang bertumbuh dalam iman. Kita harus berusaha untuk menjadi lebih dewasa secara rohani agar tidak mudah tertipu oleh dunia.

  4. Mengandalkan Roh Kudus dalam Pertumbuhan Rohani
    Kedewasaan rohani bukan hanya hasil usaha manusia, tetapi juga karya Roh Kudus dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus terus berdoa dan berserah kepada Tuhan agar Ia menuntun kita dalam kebenaran.

  5. Membangun Gereja yang Berbasis pada Firman Tuhan
    Gereja harus memastikan bahwa ajaran yang diajarkan kepada jemaatnya benar-benar sesuai dengan Alkitab. Ini akan membantu jemaat bertumbuh dalam iman dan tidak mudah tersesat oleh ajaran palsu.

Kesimpulan

Efesus 4:14 mengajarkan bahwa orang percaya harus bertumbuh dalam kedewasaan rohani agar tidak mudah terombang-ambing oleh ajaran yang menyesatkan. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini menekankan pentingnya dasar iman yang kuat, pengudusan oleh Roh Kudus, dan pemahaman doktrin yang benar sebagai perlindungan dari ajaran palsu.

Sebagai orang percaya, kita harus terus berakar dalam firman Tuhan dan berhati-hati terhadap ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Dengan demikian, kita akan menjadi orang Kristen yang teguh dalam iman dan tidak mudah tersesat oleh dunia.

Next Post Previous Post