Janganlah Mengumpulkan Harta di Bumi (Matius 6:19)

Matius 6:19 (AYT):
“Jangan menimbun untuk dirimu sendiri harta di bumi, tempat ngengat dan karat merusak, dan tempat pencuri membongkar serta mencuri.”
Pendahuluan
Dalam Khotbah di Bukit, Yesus menyampaikan prinsip-prinsip kerajaan Allah yang berlawanan dengan nilai-nilai dunia. Salah satu bagian paling terkenal dan konfrontatif dari ajaran-Nya adalah seruan untuk tidak mengumpulkan harta di bumi. Ayat ini mengajak kita untuk mengevaluasi ulang prioritas hidup dan fokus pada kekekalan. Artikel ini akan membahas eksposisi ayat Matius 6:19 berdasarkan teologi Reformed, mengupas makna teologis, konteks historis, serta penerapannya dalam kehidupan Kristen masa kini.
I. Konteks Historis dan Literer
A. Letak dalam Khotbah di Bukit
Matius 6:19 merupakan bagian dari Khotbah di Bukit (Matius 5-7), bagian pengajaran Yesus yang menekankan kehidupan sebagai warga kerajaan Allah. Pasal 6 sendiri berbicara mengenai motivasi hati dalam ibadah (berdoa, berpuasa, memberi), dan kemudian beralih ke bagaimana kita menyikapi kekayaan.
B. Konteks Budaya
Pada zaman Yesus, masyarakat Yahudi memiliki pemahaman kuat tentang berkat materi sebagai tanda berkenan di hadapan Allah. Namun, Yesus tidak menolak kekayaan itu sendiri, melainkan menyasar motivasi hati yang mencintai dunia lebih dari Allah.
II. Eksposisi Kata Per Kata
A. “Jangan menimbun untuk dirimu sendiri harta di bumi”
Dalam teks Yunani, kata kerja "θησαυρίζετε" (thēsaurizete) berarti "menimbun" atau "menyimpan secara berlebihan". Yesus bukan melarang kepemilikan, tetapi menentang penimbunan egoistik tanpa arah kekal.
John Calvin mengomentari ayat ini dengan menyatakan bahwa "kekayaan bukan dosa, tetapi cinta terhadap kekayaan itulah yang menjadi masalah. Ketika hati kita terikat pada harta duniawi, kita menjadi buta terhadap hal-hal kekal."
B. “Tempat ngengat dan karat merusak”
Ini menunjuk pada sifat fana dan tidak stabil dari kekayaan dunia. Dalam dunia kuno, pakaian mahal dan logam mulia adalah bentuk kekayaan. Namun, keduanya rentan terhadap kerusakan: pakaian dimakan ngengat, logam berkarat.
Matthew Henry menjelaskan bahwa "Yesus menunjukkan betapa rapuhnya harta dunia. Hal-hal yang kita anggap bernilai bisa hilang dengan cepat—oleh waktu, oleh perampok, bahkan oleh kecelakaan."
C. “Dan tempat pencuri membongkar serta mencuri”
Yesus ingin menunjukkan bahwa harta duniawi tidak pernah benar-benar aman. Rumah-rumah Palestina kuno yang berdinding tanah liat mudah dibobol. Harta yang kita simpan bisa lenyap sekejap.
R.C. Sproul dalam tafsirannya menulis bahwa "bukan hanya secara fisik harta itu tidak aman, tetapi secara spiritual, harta itu dapat mencuri perhatian dan kesetiaan kita kepada Allah."
III. Ajaran Teologis Reformed
A. Doktrin tentang Kepemilikan dan Stewardship
Teologi Reformed menekankan bahwa semua milik adalah milik Allah (Mazmur 24:1). Manusia hanya pengelola (steward), bukan pemilik mutlak.
Abraham Kuyper berkata, "Tidak ada satu inci pun dari ciptaan ini yang Kristus tidak klaim sebagai milik-Nya." Maka, penggunaan harta harus tunduk pada prinsip kerajaan Allah.
B. Dosa Keserakahan
Reformed melihat keserakahan sebagai bentuk penyembahan berhala. Kolose 3:5 menyebut keserakahan sebagai penyembahan berhala.
Tim Keller, teolog Reformed kontemporer, menyebutkan bahwa "keserakahan adalah dosa yang tak terlihat, namun paling merusak karena mengikat hati dan menjadikan kekayaan sebagai identitas."
IV. Aplikasi Praktis dalam Hidup Orang Percaya
A. Prioritaskan Harta di Surga
Ayat 19 dilanjutkan dengan perintah positif di ayat 20-21: mengumpulkan harta di surga. Orang percaya diajak untuk berinvestasi dalam hal-hal yang kekal: pelayanan, kasih, penginjilan, dan kemurahan hati.
Martyn Lloyd-Jones menyatakan, "Kekristenan adalah soal hati. Dimana hartamu, di situ hatimu. Maka arahkan hatimu ke surga dengan mengalihkan hartamu ke hal-hal rohani."
B. Bahaya Materialisme Zaman Modern
Konteks sekarang tidak jauh berbeda dari zaman Yesus. Materialisme dan konsumerisme menjadikan kekayaan sebagai tujuan hidup.
John Piper memperingatkan, "jangan hidup untuk barang-barang yang akan dibakar. Hiduplah untuk kemuliaan Allah yang kekal."
C. Hiduplah dalam Kepuasan akan Kristus
Kepuasan sejati tidak datang dari kelimpahan materi, tetapi dari hubungan dengan Kristus. Yesus menawarkan harta yang tidak akan binasa.
Seperti tertulis dalam Filipi 4:11-13, Rasul Paulus belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan karena Kristus adalah kekuatannya.
V. Ilustrasi dan Analogi
A. Ilustrasi: Kapal dan Jangkar
Bayangkan hidup seperti kapal yang harus bergerak menuju tujuan kekal. Harta di bumi bisa menjadi jangkar yang berat, menahan kita dari perjalanan menuju surga. Lepaskan jangkar, dan berlayarlah menuju pelabuhan kekal.
B. Kisah Nyata: Jim Elliot
Jim Elliot, misionaris yang mati muda di Ekuador, pernah berkata: "He is no fool who gives what he cannot keep to gain what he cannot lose." Ia menyerahkan segalanya demi kemuliaan kekal. Kisahnya adalah teladan dari ayat ini.
Kesimpulan: Fokus kepada Kekekalan
Matius 6:19 menantang kita untuk mengevaluasi orientasi hidup. Apakah kita menimbun untuk diri sendiri atau membangun harta di surga? Ajaran Yesus tidak sekadar soal keuangan, tetapi soal hati dan tujuan hidup. Teologi Reformed menekankan bahwa hidup Kristen adalah hidup yang diserahkan total kepada kemuliaan Allah.
"Soli Deo Gloria" – hanya bagi Allah segala kemuliaan. Kekayaan dunia fana, namun kekayaan dalam Kristus kekal selamanya.