Tiga Bentuk Khotbah

Pendahuluan
Khotbah merupakan pusat dari pelayanan Firman di dalam gereja, dan dalam tradisi Reformed, khotbah memiliki kedudukan yang sangat tinggi. John Calvin menyebut mimbar sebagai ex cathedra, yakni tempat di mana Allah sendiri berbicara melalui Firman-Nya yang diberitakan. Dalam konteks ini, bentuk khotbah bukan sekadar teknik penyampaian, tetapi juga mencerminkan keyakinan teologis akan otoritas Firman Tuhan dan peran Roh Kudus dalam menjangkau umat-Nya.
Dalam praktiknya, terdapat tiga bentuk khotbah utama yang sering digunakan oleh para pendeta dan pengkhotbah dalam tradisi Reformed:
-
Khotbah Ekspositori (Expository Preaching)
-
Khotbah Tematik (Topical Preaching)
-
Khotbah Tekstual (Textual Preaching)
Ketiga bentuk ini memiliki kekuatan masing-masing, dan digunakan sesuai konteks dan kebutuhan jemaat. Artikel ini akan membahas secara mendalam ketiganya berdasarkan prinsip-prinsip Reformed, ditambah dengan pandangan dan evaluasi dari para teolog terkemuka.
1. Khotbah Ekspositori: Menggali Firman Secara Sistematis
Pengertian
Khotbah ekspositori adalah bentuk khotbah yang menjelaskan, menafsirkan, dan menerapkan satu bagian Alkitab secara menyeluruh, biasanya secara berurutan pasal demi pasal atau ayat demi ayat. Pendekatan ini bertujuan agar makna asli teks tersampaikan dengan jelas dan akurat kepada jemaat.
John MacArthur, salah satu pendukung kuat metode ini, menyatakan:
“Expository preaching is the only method that truly submits to the authority of Scripture.”
Landasan Teologis
Dalam teologi Reformed, Sola Scriptura adalah prinsip utama. Oleh karena itu, khotbah ekspositori dianggap sebagai bentuk paling sejati dari pemberitaan Firman karena:
-
Teks menjadi pusat, bukan pengalaman pribadi pengkhotbah.
-
Jemaat dididik dalam konteks yang menyeluruh.
-
Tidak melewati bagian yang “tidak populer” atau “tidak menyenangkan”.
R.C. Sproul menegaskan bahwa metode ekspositori menghormati intentio auctoris (maksud penulis) dan menghindari penyimpangan tafsir.
Contoh Praktik
Martyn Lloyd-Jones dikenal dengan seri khotbah ekspositorinya atas kitab Roma dan Efesus yang ia bawakan selama bertahun-tahun di Westminster Chapel. Ia menolak penggunaan cerita atau ilustrasi berlebihan dan justru menekankan kuasa Roh Kudus melalui Firman.
Kelebihan
-
Jemaat mendapatkan pengajaran menyeluruh dan mendalam.
-
Menghindari subjektivitas atau selektivitas teks.
-
Memperkuat pemahaman teologi sistematis dan narasi Alkitab secara keseluruhan.
Tantangan
-
Memerlukan penguasaan bahasa asli (Ibrani/Yunani).
-
Tidak semua bagian Alkitab cocok dibahas dalam satu kali khotbah.
-
Bisa terasa “berat” atau terlalu akademis jika tidak diimbangi dengan penerapan yang relevan.
2. Khotbah Tematik: Mengangkat Isu dari Perspektif Alkitabiah
Pengertian
Khotbah tematik adalah bentuk khotbah yang membahas suatu topik atau isu tertentu dengan mengumpulkan ayat-ayat Alkitab yang relevan untuk menjelaskan tema tersebut secara menyeluruh. Misalnya: kasih Allah, dosa, penginjilan, keluarga, atau penderitaan.
Tim Keller, seorang pengkhotbah Reformed kontemporer, sering menggunakan pendekatan ini dalam pelayanan urban-nya di New York:
“Topical preaching, when done Biblically, helps the congregation connect the Gospel with their real-life struggles.”
Landasan Teologis
Walaupun bukan pendekatan utama dalam tradisi Reformed, khotbah tematik tetap memiliki dasar yang kuat jika dilakukan dengan cara yang setia kepada Alkitab:
-
Kebutuhan pastoral jemaat bisa lebih langsung ditangani.
-
Tema-tema penting dalam Alkitab bisa dieksplorasi secara sistematis.
-
Menjawab tantangan konteks zaman (misalnya budaya, politik, moralitas).
Teolog seperti B.B. Warfield dan Louis Berkhof pernah menyusun teologi sistematika dengan pendekatan tematik untuk memudahkan pengajaran dan pemahaman.
Contoh Praktik
-
Khotbah seri tentang “Buah Roh” dari Galatia 5:22–23.
-
Seri khotbah tentang “Keluarga Kristen” dengan berbagai referensi dari Perjanjian Lama dan Baru.
Kelebihan
-
Menjawab kebutuhan aktual jemaat.
-
Fleksibel dan aplikatif.
-
Cocok untuk penginjilan atau pelayanan khusus.
Tantangan
-
Risiko eisegesis (memaksakan makna ke dalam teks).
-
Pemilihan ayat yang tidak sesuai konteks bisa menyesatkan.
-
Tidak memperkenalkan jemaat pada teks Alkitab secara menyeluruh.
3. Khotbah Tekstual: Menyampaikan Satu Pesan dari Satu Ayat
Pengertian
Khotbah tekstual berfokus pada satu atau dua ayat dan mengembangkan satu tema sentral yang dikandung dalam ayat tersebut. Berbeda dengan ekspositori yang menelusuri seluruh bagian panjang, khotbah tekstual lebih padat dan langsung.
John Stott dalam bukunya Between Two Worlds menjelaskan bahwa khotbah tekstual bisa menjadi pengantar yang baik bagi jemaat untuk memahami prinsip penting dari teks pendek.
Landasan Teologis
Meskipun lebih pendek, khotbah tekstual tetap membutuhkan ketelitian dalam menafsirkan:
-
Harus mengerti konteks historis dan gramatikal ayat.
-
Harus menghindari penggalan ayat tanpa konteks.
-
Harus tetap setia pada maksud asli penulis Alkitab.
John Calvin sering menggunakan satu atau dua ayat sebagai dasar khotbahnya ketika menangani jemaat baru yang belum terbiasa dengan eksposisi panjang.
Contoh Praktik
-
Yohanes 3:16 sebagai dasar khotbah tentang kasih dan keselamatan.
-
Roma 1:16 untuk menekankan Injil sebagai kuasa Allah.
Kelebihan
-
Lebih mudah diikuti oleh pendengar awam.
-
Fleksibel untuk acara khusus (misalnya pemakaman, pernikahan).
-
Dapat menyoroti doktrin penting secara langsung.
Tantangan
-
Terlalu singkat dan dangkal jika tidak didalami.
-
Rentan terhadap kesalahan tafsir karena konteks diabaikan.
-
Tidak cocok untuk membangun pemahaman Alkitab yang menyeluruh.
Evaluasi dan Penggabungan Bentuk Khotbah
Banyak teolog Reformed sepakat bahwa ketiga bentuk ini tidak harus dipertentangkan, tetapi bisa saling melengkapi. Tim Keller sering menggabungkan unsur ekspositori dan tematik untuk menjangkau jemaat kota yang kompleks secara intelektual dan budaya.
Martyn Lloyd-Jones menyatakan:
“Preaching is theology coming through a man who is on fire.”
Ini berarti bukan hanya bentuk yang penting, tetapi isi, pengurapan, dan kesetiaan terhadap kebenaran Alkitab adalah kunci.
Kriteria Khotbah Sehat Menurut Reformed
Berdasarkan prinsip teologi Reformed, sebuah khotbah—apapun bentuknya—harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
-
Bersumber dari Alkitab
-
Tidak berdasarkan pengalaman pribadi atau opini pengkhotbah.
-
-
Berpusat pada Kristus
-
Injil harus menjadi pusat, bukan hanya etika atau moralitas.
-
-
Dikuasai oleh Roh Kudus
-
Bukan hanya kecerdasan, tetapi juga pengurapan yang mengubahkan hati.
-
-
Relevan dan aplikatif
-
Firman harus menyentuh kehidupan nyata jemaat.
-
-
Dilakukan dengan kesetiaan dan kebenaran
-
Menghindari manipulasi emosi atau khotbah yang bersifat menyenangkan telinga.
-
Kesimpulan
Dalam tradisi teologi Reformed, bentuk khotbah bukan hanya masalah gaya, tetapi berakar dari keyakinan mendalam tentang otoritas Firman Allah. Khotbah ekspositori menekankan keutuhan teks dan ketepatan tafsir, khotbah tematik menjawab kebutuhan dan isu kontekstual, sedangkan khotbah tekstual menyampaikan pesan singkat namun kuat dari satu bagian Kitab Suci.
Sebagai pengkhotbah dan pendengar Firman, kita dipanggil untuk menghormati Firman dengan pendekatan yang setia, mendalam, dan aplikatif. Baik melalui ekspositori, tematik, maupun tekstual, tujuan akhir dari khotbah adalah agar umat Allah “dibentuk menjadi serupa dengan Kristus” (Roma 8:29) dan nama-Nya dimuliakan.