5 Tips Mengajarkan Anak Tentang Sejarah Gereja

Pendahuluan
Mengajarkan sejarah gereja kepada anak-anak sering kali dipandang sebagai tugas yang sulit dan membosankan. Namun, jika dilakukan dengan cara yang tepat, pengenalan terhadap sejarah gereja dapat menjadi alat yang sangat berharga untuk memperkuat iman, membentuk karakter Kristen, dan menanamkan rasa syukur atas karya Allah di sepanjang zaman.
Dalam konteks teologi Reformed, sejarah gereja bukan sekadar kumpulan peristiwa masa lalu, tetapi kesaksian nyata tentang kedaulatan Allah, ketekunan para orang kudus, dan penyebaran Injil dari generasi ke generasi. Artikel ini akan mengupas lima tips praktis berdasarkan prinsip-prinsip Reformed untuk mengajarkan anak-anak tentang sejarah gereja—dengan dukungan pandangan dari para teolog Reformed ternama.
Mengapa Sejarah Gereja Penting Diajarkan kepada Anak?
Sebelum masuk ke tips praktis, mari kita pahami mengapa sejarah gereja layak diajarkan, bahkan kepada anak-anak:
-
Iman bukan hanya milik pribadi, melainkan bagian dari tubuh Kristus yang universal dan historis.
-
Sejarah gereja menunjukkan bagaimana Injil bertahan di tengah penganiayaan, bidat, dan tantangan zaman.
-
Anak-anak belajar untuk menghargai warisan iman dan tidak mudah terombang-ambing oleh budaya modern.
“Orang Kristen yang tidak mengetahui sejarah gereja seperti tentara yang pergi berperang tanpa mengetahui siapa musuhnya atau mengapa dia berperang.” — R.C. Sproul
Tip 1: Ceritakan Kisah Nyata Tokoh Sejarah Gereja
Mengapa Cerita Lebih Menyentuh daripada Teori?
Anak-anak menyukai cerita. Daripada langsung memperkenalkan konsep seperti Konsili Nicea atau Reformasi Protestan, ceritakan tentang orang-orang di balik peristiwa itu: Agustinus dari Hippo, Martin Luther, John Calvin, Athanasius, atau bahkan tokoh-tokoh lokal seperti Pandita Willem Tuanakotta.
Contoh Penerapan:
-
Ceritakan bagaimana Martin Luther berdiri di hadapan Kaisar Roma dan berkata, “Di sinilah aku berdiri, aku tidak dapat berbuat lain.”
-
Ceritakan bagaimana Polycarpus, murid Rasul Yohanes, menghadapi kematian dengan iman teguh.
-
Gunakan ilustrasi, buku anak-anak Kristen, atau video animasi yang bercerita tentang tokoh-tokoh iman.
Perspektif Reformed:
Menurut Joel Beeke, pengajar Reformed dari Puritan Reformed Theological Seminary, “Cerita tentang orang-orang kudus di masa lalu menanamkan dalam hati anak-anak betapa besar anugerah Allah dan bagaimana mereka juga dipanggil untuk hidup kudus.”
Tip 2: Hubungkan Sejarah Gereja dengan Alkitab
Sejarah Gereja adalah Lanjutan dari Kisah Para Rasul
Anak-anak perlu memahami bahwa sejarah gereja bukan kisah terpisah, melainkan lanjutan dari karya Allah yang dimulai dalam Kitab Kisah Para Rasul. Gereja yang hidup hari ini adalah buah dari benih Injil yang ditanam oleh para rasul.
Cara Praktis:
-
Ketika membahas Paulus dalam Kisah Para Rasul, tunjukkan bagaimana ajarannya memengaruhi tokoh-tokoh seperti Augustinus atau Reformator.
-
Jelaskan bahwa Allah yang sama yang memimpin Musa dan Daud, juga memimpin para pahlawan iman abad pertengahan dan modern.
Penekanan Reformed:
Sinclair Ferguson menekankan pentingnya kontinuitas iman dalam Kristus sepanjang zaman: “Kita adalah bagian dari satu tubuh, satu iman, satu Tuhan—yang sama dari zaman Abraham hingga zaman kita.”
Tip 3: Gunakan Media Visual dan Kreatif
Anak-anak Belajar Lebih Baik Melalui Visualisasi
Media seperti gambar, peta perjalanan misi, komik Kristen, atau bahkan mainan bisa membantu anak-anak memahami konsep yang rumit. Visualisasi membuat informasi lebih mudah diingat dan lebih menyenangkan untuk dipelajari.
Rekomendasi Kreatif:
-
Gunakan peta dunia untuk menunjukkan penyebaran Injil dari Yerusalem ke seluruh dunia.
-
Gunakan timeline visual sejarah gereja dan tempel di dinding ruang belajar.
-
Ajak anak membuat proyek kreatif: menggambar tokoh reformasi, membuat diorama martir, atau menulis jurnal imajinatif sebagai anak dari zaman Reformasi.
Pandangan Reformed:
Kevin DeYoung menulis bahwa pengajaran iman harus bersifat holistik: menyentuh hati, pikiran, dan imajinasi anak. “Anak-anak membutuhkan kisah nyata, bukan dongeng.”
Tip 4: Tanamkan Nilai Melalui Diskusi dan Aplikasi
Jangan Hanya Menceritakan, Tapi Diskusikan
Mengajar sejarah gereja bukan hanya menyampaikan fakta, tapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai rohani. Setelah menceritakan kisah seseorang, ajukan pertanyaan seperti:
-
Apa yang bisa kita pelajari dari keberanian Luther?
-
Mengapa Athanasius bersikeras mempertahankan keilahian Kristus?
-
Apa yang kamu rasakan saat tahu banyak orang rela mati demi iman mereka?
Metode Diskusi:
-
Lakukan family devotion mingguan bertema sejarah gereja.
-
Ajak anak menuliskan pelajaran iman dari kisah yang dibaca.
-
Diskusikan tantangan iman masa kini dan bandingkan dengan masa lalu.
Perspektif John Piper:
Dalam pengajaran Reformed, kebenaran bukan hanya untuk dipahami tetapi untuk dihidupi. Piper menekankan pentingnya pengajaran yang menghasilkan kesukaan dalam kemuliaan Allah, termasuk saat mempelajari sejarah gereja.
Tip 5: Jadikan Sejarah Gereja Sebagai Bagian dari Warisan Keluarga
Bangun Tradisi Keluarga yang Mewariskan Iman
Mengajarkan sejarah gereja tidak harus menjadi pelajaran formal. Jadikan itu sebagai bagian dari budaya keluarga: bacaan malam, obrolan makan malam, atau momen liburan keluarga.
Tradisi yang Bisa Dimulai:
-
Rayakan Hari Reformasi (31 Oktober) dengan kegiatan khusus.
-
Buat "tokoh iman bulan ini", dan pelajari kisah hidup mereka bersama.
-
Tonton film rohani bersama, lalu diskusikan pelajaran dari sejarah gereja.
Pandangan Reformed:
R.C. Sproul menekankan pentingnya pembentukan rohani sejak dini di lingkungan rumah. Gereja tidak bisa menggantikan rumah sebagai pusat pengajaran iman.
Tantangan dan Solusi Mengajarkan Sejarah Gereja
Tantangan | Solusi |
---|---|
Anak cepat bosan | Gunakan metode cerita dan visual |
Terlalu rumit | Sesuaikan tingkat usia dan buat sederhana |
Waktu terbatas | Sisihkan 10-15 menit mingguan secara konsisten |
Orang tua kurang pengetahuan | Gunakan sumber Reformed terpercaya: Ligonier, Desiring God, Reformed Reader |
Referensi Buku dan Media Reformed untuk Anak
-
“The Church History ABCs” oleh Stephen J. Nichols (untuk anak-anak)
-
“Everyone a Child Should Know” oleh Clare Heath-Whyte
-
Buku bergambar dari Christian Focus 4 Kids
-
Serial “Torchlighters” (film animasi tentang tokoh sejarah gereja)
-
Website: Ligonier Ministries Kids, Reformed Kidz, dan Desiring God
Kesimpulan: Sejarah Gereja Adalah Warisan yang Harus Diturunkan
Sejarah gereja bukan hanya milik teolog atau sarjana. Itu adalah warisan setiap anak Allah, termasuk anak-anak kita. Dengan mengajarkan sejarah gereja sejak dini, kita:
-
Menolong mereka melihat pekerjaan Allah dalam sejarah.
-
Menanamkan rasa hormat terhadap iman yang kita warisi.
-
Mendorong mereka menjadi bagian dari sejarah gereja masa depan.
“Jika kita ingin anak-anak kita berdiri teguh dalam iman, kita harus menunjukkan kepada mereka bagaimana orang-orang kudus berdiri teguh di masa lalu.” — Joel Beeke
Call to Action: Mulailah Hari Ini!
Tidak perlu menunggu sempurna. Mulailah dari satu cerita. Ajak anak membaca biografi Kristen minggu ini. Tonton film tentang reformator bersama. Bangun budaya keluarga yang mengenal dan mencintai sejarah iman.
“Anak-anak yang mengenal sejarah gereja tidak akan mudah ditipu oleh sejarah dunia.”