8 Hal yang Bisa Kita Pelajari dari Agustinus
.jpg)
Refleksi Teologi Reformed atas Kehidupan dan Pemikiran Santo Agustinus dari Hippo
“Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu, ya Tuhan, dan hati kami gelisah sampai menemukan perhentian dalam Engkau.”— Agustinus, Confessions I.1
Pendahuluan: Mengapa Agustinus Penting bagi Gereja dan Teologi Reformed?
Agustinus dari Hippo (354–430 M) adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Kekristenan. Sebagai bapa gereja yang hidup pada abad ke-4 dan ke-5, pemikiran dan pengajarannya memberikan fondasi penting tidak hanya bagi teologi Katolik, tetapi juga sangat dihargai dan diadopsi oleh para reformator seperti Martin Luther dan John Calvin, serta menjadi dasar bagi banyak doktrin Reformed (Calvinistik) hingga hari ini.
Agustinus dikenal karena kejeniusannya dalam bidang filsafat, teologi, dan pastoral. Ia menulis karya-karya monumental seperti Confessions, The City of God, dan On the Trinity, yang terus dibaca hingga kini.
Dalam artikel ini, kita akan membahas delapan pelajaran penting dari Agustinus yang relevan bagi kehidupan dan iman Kristen saat ini, terutama dalam terang pemikiran Reformed.
1. Kehausan Jiwa Hanya Terpuaskan dalam Allah
Agustinus dalam Confessions berkata bahwa hati manusia gelisah sampai beristirahat dalam Allah. Ia sendiri menjalani masa muda yang liar dan mencari makna dalam berbagai filosofi dan kenikmatan dunia sebelum akhirnya menemukan Kristus sebagai satu-satunya yang memuaskan jiwa.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Total depravity: Manusia terpisah dari Allah karena dosa, dan hanya anugerah-Nya yang dapat memulihkan.
-
Union with Christ: Persatuan dengan Kristus adalah pusat sukacita dan damai sejati.
John Calvin: “Hati manusia adalah pabrik berhala, selalu mencari sesuatu untuk disembah. Hanya Kristus yang mampu mematahkan lingkaran itu.”
Pelajaran: Hanya Allah, bukan dunia, yang bisa memuaskan dahaga terdalam manusia.
2. Dosa Adalah Penolakan Akan Allah yang Tertinggi
Agustinus mengajarkan bahwa dosa bukan hanya pelanggaran aturan, tetapi penyimpangan kasih—yaitu mengasihi hal-hal ciptaan lebih daripada Sang Pencipta.
Dalam Confessions, ia mengisahkan mencuri buah pir bukan karena lapar, tetapi karena kenikmatan dalam pemberontakan.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Dosa sebagai pelanggaran terhadap kemuliaan Allah (Roma 3:23)
-
Kesalahan orientasi hati, bukan hanya perilaku luar
Jonathan Edwards menulis: “Dosa adalah meletakkan nilai tertinggi pada sesuatu yang seharusnya rendah.”
Pelajaran: Pertobatan bukan hanya berhenti dari perbuatan dosa, tetapi mengalihkan kasih dan penyembahan kepada Allah.
3. Anugerah Allah adalah Satu-satunya Harapan bagi Orang Berdosa
Agustinus adalah pelopor doktrin anugerah tak bersyarat (unconditional grace). Ia dengan kuat menentang ajaran Pelagius, yang mengajarkan bahwa manusia bisa diselamatkan oleh kehendak bebasnya.
Agustinus menegaskan bahwa tanpa anugerah Allah, tidak ada seorang pun dapat percaya dan diselamatkan.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Unconditional election
-
Irresistible grace
-
Regenerasi mendahului iman
R.C. Sproul: “Reformasi Protestan berdiri di atas bahu Agustinus.”
Pelajaran: Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri—keselamatan adalah 100% karya Allah, bukan hasil usaha kita.
4. Kebenaran Allah Tidak Bisa Ditawar
Agustinus hidup di zaman di mana ajaran sesat menyebar luas, dari Manikheisme, Arianisme, hingga Donatisme. Namun ia berdiri teguh dan membela kebenaran ortodoksi Kristen dengan argumentasi yang kokoh.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Otoritas Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran
-
Pentingnya doktrin yang benar untuk kehidupan Kristen
Herman Bavinck: “Teologi adalah pengetahuan ilahi yang menuntun pada hidup yang saleh.”
Pelajaran: Kebenaran doktrinal adalah penting. Kasih tidak bisa berdiri tanpa kebenaran.
5. Kasih Allah Menarik, Bukan Memaksa
Agustinus menggambarkan anugerah Allah sebagai daya tarik ilahi yang membentuk kehendak manusia. Dalam doanya yang terkenal, ia berkata:
“Perintahkan apa yang Kaukehendaki, dan berikan apa yang Kauperintahkan.”
Artinya, Allah boleh memerintahkan ketaatan, tetapi hanya Dia juga yang bisa memberikan kemampuan untuk taat.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Kedaulatan Allah atas hati manusia
-
Transformasi kehendak melalui kelahiran baru
Sinclair Ferguson berkata:
“Allah tidak menyeret kita dengan paksa ke dalam kasih-Nya, tetapi membentuk kita agar mengasihi Dia secara sukarela.”
Pelajaran: Anugerah Allah itu tidak memaksa secara mekanis, tapi mengubahkan kehendak sehingga kita rela dan bersukacita untuk taat.
6. Doa dan Pengakuan Dosa adalah Jalan Hidup Orang Percaya
Karya Confessions adalah catatan doxologis, doa terbuka kepada Allah. Agustinus menyampaikan bahwa pengakuan dosa bukan kelemahan, tapi kekuatan karena menyatakan ketergantungan pada kasih karunia.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Doa sebagai sarana anugerah
-
Pengakuan dosa sebagai bagian dari pengudusan
Louis Berkhof: “Kehidupan Kristen ditandai dengan pertobatan yang terus-menerus.”
Pelajaran: Jangan hidup dalam kepura-puraan. Allah menghargai hati yang terbuka dan remuk.
7. Waktu, Kekekalan, dan Kehidupan dalam Allah
Dalam Confessions, Agustinus merenungkan tentang waktu dan kekekalan. Ia menyadari bahwa hidup di bumi ini sementara dan manusia tidak memiliki kendali atas waktu.
Hidup kekal bukan hanya soal panjangnya waktu, tetapi persekutuan dengan Allah sendiri.
Teologi Reformed Menekankan:
-
Kekekalan adalah anugerah terbesar
-
Segala hal sementara harus dinilai dalam terang kekekalan
Jonathan Edwards mengajarkan bahwa:
“Pikirkan hidup ini sebagai persiapan untuk menikmati kemuliaan Allah selama-lamanya.”
Pelajaran: Jangan habiskan hidup untuk dunia ini. Pandanglah segalanya dalam terang kekekalan.
8. Gereja Adalah Tubuh Kristus yang Hidup
Agustinus memandang gereja sebagai "mater ecclesia"—ibu rohani yang memelihara umat melalui sakramen dan Firman. Ia juga menekankan pentingnya kesatuan dan disiplin gerejawi.
Meskipun Reformed menolak beberapa pandangannya tentang sakramen, warisan pemikiran Agustinus tetap kuat dalam hal:
-
Pentingnya gereja lokal
-
Persekutuan orang kudus
-
Gereja sebagai alat keselamatan Allah
John Calvin: “Tidak mungkin Allah menjadi Bapa kita jika gereja tidak menjadi ibu kita.”
Pelajaran: Iman pribadi tidak bisa dilepaskan dari persekutuan dengan tubuh Kristus.
Kesimpulan: Agustinus dan Warisan Abadi bagi Gereja Reformed
Agustinus dari Hippo bukan hanya seorang filsuf, teolog, dan uskup. Ia adalah pribadi yang mengalami anugerah Allah secara radikal, dan seluruh hidupnya berubah oleh kasih-Nya. Delapan hal yang telah kita pelajari menunjukkan bahwa teologi yang benar selalu membuahkan kehidupan yang rendah hati, mengasihi Allah, dan setia dalam kebenaran.
Bagi gereja Reformed, Agustinus adalah:
-
Bapa doktrin anugerah
-
Teladan dalam pengakuan dan pertobatan
-
Pemikir kekal tentang Allah, waktu, dan jiwa
-
Pembela kebenaran dalam zaman kekacauan
“Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, bukan karena upah, tetapi karena Engkau sendiri.” — Agustinus