Apakah Kita Memang Dimaksudkan untuk Menikmati Pekerjaan Kita?

Pendahuluan
Pertanyaan “Apakah kita dimaksudkan untuk menikmati pekerjaan kita?” telah menjadi perenungan banyak orang, baik pekerja kantoran, pengusaha, ibu rumah tangga, maupun pelayan gereja. Dalam konteks teologi Reformed, pertanyaan ini tidak hanya dijawab secara praktis tetapi juga secara mendalam dari sudut pandang Alkitab, doktrin ciptaan, jatuh dalam dosa, penebusan, dan kemuliaan Allah. Artikel ini akan membahas pandangan beberapa pakar teologi Reformed seperti John Piper, Tim Keller, dan R.C. Sproul untuk menjawab apakah menikmati pekerjaan adalah bagian dari desain Allah.
1. Pandangan Alkitab tentang Pekerjaan Sebelum Kejatuhan
Teologi Reformed selalu menekankan bahwa pekerjaan bukanlah hasil dosa. Dalam Kejadian 1–2, Allah sendiri bekerja menciptakan langit dan bumi selama enam hari, lalu Ia beristirahat pada hari ketujuh. Manusia, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Imago Dei), juga diberikan tugas bekerja: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:15).
Tim Keller dalam bukunya Every Good Endeavor menyatakan bahwa pekerjaan sudah ada sebelum kejatuhan manusia. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang kudus, dimaksudkan untuk membawa sukacita, bukan sekadar beban. Jadi, menurut Keller, ya: kita memang dirancang untuk menikmati pekerjaan kita karena itu mencerminkan Sang Pencipta.
R.C. Sproul menekankan bahwa Allah memanggil manusia untuk menjadi wakil-Nya di bumi, memerintah atas ciptaan. Tugas ini bukan sekadar pekerjaan fisik, tetapi juga pekerjaan kreatif, intelektual, dan spiritual. Sproul menggarisbawahi bahwa aspek menikmati pekerjaan terletak pada kesadaran bahwa kita sedang menggenapi panggilan Allah.
Intinya: Dalam kondisi ciptaan yang sempurna, pekerjaan dimaksudkan sebagai bagian dari sukacita manusia untuk memuliakan Allah.
2. Dampak Jatuh dalam Dosa: Kenapa Pekerjaan Jadi Sulit?
Namun, teologi Reformed juga sangat realistis soal kondisi dunia setelah jatuh dalam dosa (Kejadian 3). Allah berkata kepada Adam, “dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu” (Kejadian 3:17).
John Piper menjelaskan bahwa dosa telah merusak relasi manusia dengan Allah, sesama, dan ciptaan. Akibatnya, pekerjaan yang tadinya menyenangkan dan bermakna, kini penuh tantangan, frustrasi, bahkan kebosanan. Dalam salah satu kotbahnya, Piper menyebut bahwa penderitaan di tempat kerja bukan berarti pekerjaan itu sendiri salah, tetapi kita hidup di dunia yang jatuh.
Menurut pandangan Reformed, walaupun pekerjaan menjadi berat, itu tidak menghapus tujuan awal Allah. Panggilan untuk bekerja tetap ada, tetapi kita harus menerima bahwa menikmati pekerjaan bukanlah sesuatu yang otomatis di dunia berdosa.
Kesimpulan sementara: Ya, kita dimaksudkan untuk menikmati pekerjaan, tetapi dosa telah mencemari kemampuan kita untuk sepenuhnya menikmatinya.
3. Penebusan dalam Kristus: Memulihkan Sukacita dalam Pekerjaan
Berita Injil dalam teologi Reformed selalu berbicara tentang pemulihan segala sesuatu, termasuk makna pekerjaan. Kolose 3:23–24 berkata, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Tim Keller menekankan bahwa melalui Kristus, kita dipulihkan dalam relasi dengan Allah, sehingga motivasi kita dalam bekerja pun diperbarui. Kini, kita bekerja bukan demi status, uang, atau pengakuan, tetapi demi melayani Allah dan sesama.
John Piper terkenal dengan konsep Christian Hedonism — bahwa Allah dimuliakan ketika kita menemukan kepuasan tertinggi di dalam-Nya. Ini termasuk dalam pekerjaan. Piper menulis bahwa kita dipanggil untuk menikmati Allah melalui segala aspek hidup, termasuk melalui pekerjaan yang baik dan berguna.
R.C. Sproul juga menyoroti konsep Coram Deo — hidup di hadapan Allah, di bawah otoritas-Nya, untuk kemuliaan-Nya. Bekerja dengan kesadaran ini memulihkan makna dan sukacita, meski di tengah kesulitan.
Ringkasan: Dalam Kristus, menikmati pekerjaan adalah mungkin, tetapi itu terkait erat dengan menikmati Allah, bukan sekadar menikmati tugas itu sendiri.
4. Bagaimana Kita Menikmati Pekerjaan?
Berikut beberapa prinsip praktis dari para teolog Reformed tentang bagaimana kita dapat menikmati pekerjaan:
a. Bekerja untuk Tuhan, bukan untuk manusia
Keller menekankan pentingnya mengubah motivasi. Banyak orang bekerja demi kepuasan diri atau pengakuan orang lain, sehingga mudah kecewa. Tetapi ketika kita bekerja untuk Allah, pekerjaan sekecil apa pun (bahkan mencuci piring, mengurus anak, menyusun laporan) menjadi bernilai kekal.
b. Melihat pekerjaan sebagai bagian dari pelayanan
John Piper mengajak orang percaya untuk melihat pekerjaan sebagai pelayanan kasih kepada sesama. Apakah kita perawat, guru, programmer, atau sopir, semua pekerjaan yang dilakukan dengan kasih dan kejujuran adalah bentuk pelayanan yang memuliakan Allah.
c. Menghadapi penderitaan dengan pengharapan
R.C. Sproul mengingatkan bahwa penderitaan di tempat kerja tidak selalu hilang. Tetapi kita dipanggil untuk tetap setia, bersabar, dan berharap pada pemulihan penuh saat Kristus datang kembali.
d. Menghormati hari perhentian
Teologi Reformed sangat menekankan pentingnya Sabat (hari perhentian) sebagai waktu untuk berhenti dari kerja, memulihkan diri, dan menikmati hadirat Allah. Ini adalah pengingat bahwa kita bukan Tuhan yang harus terus bekerja tanpa henti.
5. Apakah Semua Orang Bisa Menikmati Pekerjaannya?
Realitanya, tidak semua orang secara emosional menikmati pekerjaan mereka. Ada yang terjebak di pekerjaan sulit, toksik, atau monoton. Bagaimana teologi Reformed menjawab ini?
Tim Keller menulis bahwa meski tidak semua aspek pekerjaan menyenangkan, orang percaya tetap dapat menemukan makna ketika mereka melihat pekerjaan mereka sebagai panggilan Allah.
John Piper menambahkan bahwa penderitaan dalam pekerjaan dapat menjadi alat pembentukan iman, kesabaran, dan karakter. Allah sering memakai keadaan sulit untuk membentuk kita.
Dengan kata lain, menikmati pekerjaan tidak selalu berarti senang secara perasaan, tetapi bersukacita secara rohani karena tahu kita sedang menaati Allah.
6. Perbedaan dengan Pandangan Sekuler
Pandangan sekuler sering mengajarkan bahwa pekerjaan adalah sarana mencapai kepuasan diri, kebebasan finansial, atau status sosial. Teologi Reformed menolak pandangan ini. Bagi orang percaya, pekerjaan adalah panggilan, bukan hanya karier.
R.C. Sproul menulis bahwa orang Kristen dipanggil untuk bekerja sebagai wujud ibadah. Jadi, sekalipun dunia memandang rendah pekerjaan tertentu, di mata Allah, setiap pekerjaan yang jujur dan dilakukan dengan kasih adalah berharga.
7. Akhir Segala Sesuatu: Menikmati Pekerjaan dalam Kekekalan
Akhirnya, teologi Reformed percaya akan pemulihan segala sesuatu pada saat Kristus datang kedua kali. Wahyu 22 menggambarkan manusia yang melayani Allah dalam ciptaan baru.
John Piper dan Tim Keller keduanya menyebut bahwa dalam kekekalan, pekerjaan akan dipulihkan sepenuhnya tanpa dosa, penderitaan, atau frustrasi. Kita akan menikmati Allah, sesama, dan pekerjaan dengan sempurna.
Kesimpulan
Apakah kita dimaksudkan untuk menikmati pekerjaan kita? Menurut teologi Reformed:
✅ Ya, karena pekerjaan adalah bagian dari panggilan Allah sejak penciptaan.
✅ Ya, meski dosa telah merusaknya, dalam Kristus makna dan sukacita itu dipulihkan.
✅ Ya, meski tidak selalu menyenangkan secara perasaan, kita tetap dapat menemukan sukacita rohani ketika kita bekerja untuk memuliakan Allah.
✅ Dan ya, suatu hari nanti, kita akan menikmati pekerjaan dalam ciptaan baru sepenuhnya.