Karakter Seorang Penatua: 1 Timotius 3:3

1 Timotius 3:3 (AYT)
“Bukan peminum, bukan orang yang kasar melainkan lemah lembut, tidak suka bertengkar, dan bukan orang yang cinta uang.”
Pendahuluan
Kepemimpinan dalam gereja bukan hanya tentang kapasitas mengajar, tetapi—dan bahkan lebih utama—tentang karakter. Dalam 1 Timotius 3, Paulus menuliskan daftar kualifikasi moral dan spiritual yang harus dimiliki oleh seorang penatua atau gembala jemaat. Ayat 3 secara khusus berbicara tentang aspek karakter dan pengendalian diri: tidak peminum, tidak kasar, tidak suka bertengkar, tidak cinta uang.
Tulisan ini akan mengulas ayat tersebut secara mendalam dengan pendekatan teologi Reformed, yang sangat menekankan integritas, kesalehan, dan kekudusan hidup dalam kepemimpinan gerejawi. Kami akan menyajikan:
-
Konteks dan struktur perikop
-
Kajian kata dan frasa kunci
-
Penafsiran dari tokoh-tokoh Reformed seperti Calvin, Bavinck, Sproul, dan Piper
-
Aplikasi praktis bagi gereja masa kini
I. Konteks 1 Timotius 3: Kepemimpinan yang Kudus
a. Surat Pastoral dan Arahan Paulus
Surat 1 Timotius adalah bagian dari surat pastoral Paulus yang mengatur tata kelola gereja. Dalam pasal 3, Paulus memaparkan syarat-syarat seorang "uskup" (episkopos) atau penatua. Ayat 1-7 membahas ciri khas pemimpin gereja yang sejati—bukan sekadar kemampuan berbicara, tetapi kualitas kehidupan yang mencerminkan Injil.
b. Struktur Ayat
Ayat 3 terdiri dari lima larangan karakter negatif dan satu karakter positif:
-
Tidak peminum berat
-
Tidak kasar
-
Lemah lembut (positif)
-
Tidak suka bertengkar
-
Tidak cinta uang
Kelima hal ini menyoroti kontrol diri, kebaikan hati, dan integritas moral sebagai landasan utama dalam kepemimpinan gerejawi.
II. Eksposisi Kata dan Frasa Kunci
1. "Bukan peminum"
Makna literalnya adalah “tidak duduk berlama-lama dengan anggur.” Bukan berarti pemimpin tidak boleh menyentuh anggur sama sekali, tetapi ia tidak boleh terikat pada alkohol.
Pandangan Reformed:
-
John Calvin menafsirkan ini sebagai peringatan terhadap hilangnya pengendalian diri. Ia menulis:
"Peminum adalah cermin dari kehancuran hidup dan tidak layak menjadi penuntun orang lain."
-
R.C. Sproul menekankan bahwa gereja tidak bisa dipimpin oleh orang yang dikendalikan oleh substansi eksternal.
2. "Bukan orang yang kasar"
Berarti seseorang yang tidak menggunakan kekerasan fisik atau verbal untuk menyelesaikan konflik.
Penafsiran:
-
Wayne Grudem menyatakan bahwa kata ini tidak hanya menyangkut kekerasan fisik, tetapi juga bahasa yang merendahkan dan manipulatif.
-
Dalam Reformed Dogmatics, Herman Bavinck menekankan bahwa kekerasan tidak sejalan dengan Kristus yang adalah Gembala yang lembut.
3. "Lemah lembut"
Sikap penuh pengertian, tidak kaku terhadap hukum secara legalistik. Karakter ini mencerminkan kasih karunia dalam hubungan antar manusia.
-
John Piper menyatakan bahwa kelemahlembutan adalah kekuatan yang dikendalikan. Ia menyebut bahwa gembala harus punya hati yang “terbuka, bukan keras.”
-
Ini juga mengacu pada kemampuan pemimpin untuk memberi ruang pertumbuhan bagi jemaat yang lemah.
4. "Tidak suka bertengkar"
Seorang gembala tidak boleh gemar adu argumentasi atau konflik. Ini bukan berarti dia harus pasif, tetapi ia tidak haus konflik atau kemenangan perdebatan.
-
Charles Spurgeon menulis bahwa banyak kehancuran pelayanan berasal dari rohaniwan yang lebih suka menang debat ketimbang menang jiwa.
-
Dalam tradisi Reformed, argumen teologis harus dilakukan dengan semangat kasih, bukan permusuhan.
5. "Tidak cinta uang"
Cinta uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6:10). Seorang penatua harus bebas dari kerakusan dan motivasi finansial.
-
Calvin menulis bahwa “penjaga domba yang sejati tidak menginginkan keuntungan duniawi, tetapi keselamatan domba-dombanya.”
-
Tim Keller, dalam karya-karyanya tentang uang dan hati manusia, mengingatkan bahwa keserakahan adalah dosa tersembunyi yang bisa membunuh pelayanan dari dalam.
III. Prinsip Teologi Reformed dalam Kepemimpinan
a. Kepemimpinan Berdasarkan Karakter
Dalam pandangan Reformed, otoritas gerejawi bukan berasal dari jabatan, melainkan dari kehidupan yang mencerminkan Injil. Itulah sebabnya daftar kualifikasi dalam 1 Timotius 3 lebih banyak menyoroti moralitas dan keteladanan hidup, bukan sekadar keterampilan berbicara.
-
Herman Bavinck menulis:
“Pemimpin rohani harus mewakili Kristus di tengah umat-Nya, bukan hanya dalam kata tetapi dalam karakter.”
b. Kepemimpinan sebagai Panggilan, Bukan Ambisi
-
R.C. Sproul menyebut bahwa salah satu krisis dalam gereja modern adalah hadirnya pemimpin yang lebih terdorong ambisi daripada panggilan Tuhan.
-
Paulus dalam konteks 1 Timotius berbicara kepada situasi di Efesus, yang diwarnai penyalahgunaan jabatan demi keuntungan pribadi dan dominasi atas jemaat.
IV. Aplikasi Praktis untuk Gereja Masa Kini
1. Pengujian Karakter dalam Seleksi Pemimpin
Banyak gereja memilih pemimpin berdasarkan karisma, bukan karakter. Ayat ini mengajarkan kita bahwa tidak ada kompromi dalam hal integritas pribadi.
Gereja seharusnya:
-
Menyelidiki kehidupan pribadi calon pemimpin (1 Timotius 3:10)
-
Mencari kesaksian dari rumah tangganya
-
Memastikan ia bukan pengasih uang atau haus kuasa
2. Pengembangan Pemimpin yang Lemah Lembut
Gereja harus melatih calon pemimpin bukan hanya dalam teologi, tetapi dalam kebiasaan lemah lembut:
-
Mengatasi konflik dengan damai
-
Tidak mudah terpancing emosi
-
Mengedepankan kasih di atas kemenangan
3. Penanganan Pemimpin yang Gagal
Jika seorang pemimpin jatuh dalam dosa seperti cinta uang, kekerasan, atau kecanduan alkohol, gereja harus:
-
Bertindak disiplin (lihat 1 Tim. 5:19-20)
-
Memberi kesempatan pemulihan jika ada pertobatan sejati
-
Menjaga kesucian jemaat dan kesaksian publik Injil
V. Kristus: Teladan Pemimpin Sejati
Yesus Kristus adalah Gembala Agung yang menggembalakan dengan hati penuh kelemahlembutan, kasih, dan tanpa motivasi duniawi.
-
Ia tidak memaksa, tetapi mengundang
-
Ia tidak mengandalkan kekuatan, tetapi kasih yang mengubah hati
-
Ia tidak mengejar kekayaan, tetapi menyerahkan diri-Nya untuk kita
Seorang pemimpin sejati harus mencerminkan karakter Kristus, bukan dunia.
Penutup: Kepemimpinan yang Membawa Damai
1 Timotius 3:3 bukan sekadar daftar larangan, tetapi lukisan ideal seorang pemimpin yang mencerminkan Kristus di tengah gereja. Ia tidak boleh dikendalikan oleh alkohol, emosi, kekerasan, konflik, atau keserakahan—melainkan harus menjadi teladan kelemahlembutan dan kasih yang menuntun umat kepada Kristus.