Khotbah tentang Peringatan dan Penghakiman

Khotbah tentang Peringatan dan Penghakiman

Pendahuluan

Topik peringatan dan penghakiman sering kali menjadi bagian yang paling menantang namun sangat penting dalam pelayanan khotbah. Dalam tradisi Teologi Reformed, aspek ini tidak diabaikan, tetapi justru diperdalam sebagai bagian dari pewartaan Injil yang utuh. Beberapa tokoh besar dalam tradisi ini, seperti Jonathan Edwards, John Calvin, R.C. Sproul, dan John MacArthur, memberikan perhatian besar terhadap topik ini karena mereka menyadari pentingnya membawa jemaat kepada pemahaman yang benar tentang kekudusan Allah dan kebutuhan akan pertobatan sejati.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri bagaimana para teolog Reformed menyampaikan khotbah-khotbah yang kuat tentang peringatan dan penghakiman. Kita akan melihat dasar teologis, metode penyampaian, serta pengaruh khotbah tersebut dalam kehidupan jemaat dan dunia modern.

Dasar Teologis dalam Teologi Reformed: Kedaulatan dan Kekudusan Allah

Dalam teologi Reformed, Allah dikenal sebagai Mahakudus, Mahabenar, dan Mahakuasa. Doktrin tentang kedaulatan Allah dan kekudusan-Nya menjadi pondasi dalam memahami penghakiman-Nya atas dosa.

Menurut John Calvin, “Allah tidak akan membiarkan dosa tanpa ganjaran, karena bertentangan dengan sifat-Nya yang adil dan kudus.” (Institutes of the Christian Religion). Calvin menekankan bahwa peringatan dalam Alkitab adalah ekspresi kasih Allah untuk memanggil manusia kepada pertobatan, sebelum murka-Nya dinyatakan secara penuh.

Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang terkenal Sinners in the Hands of an Angry God, menyampaikan:

"Allah memegangmu di atas neraka seperti seseorang memegang laba-laba di atas api yang menyala-nyala."
Ini bukan untuk menakut-nakuti tanpa tujuan, tetapi untuk menyadarkan umat akan betapa beratnya konsekuensi dari dosa jika tidak disertai pertobatan sejati.

1. Fungsi Peringatan dalam Khotbah Reformed

A. Peringatan sebagai Ekspresi Kasih Allah

Walau sering disalahpahami sebagai sesuatu yang menakutkan, peringatan dalam khotbah Reformed justru merupakan bagian dari kasih karunia Allah. R.C. Sproul menyebutkan bahwa peringatan adalah:

“Alarm surgawi yang berbunyi untuk membangunkan jiwa yang sedang tidur dalam dosa.”
Sproul percaya bahwa tanpa pengertian akan murka Allah, manusia tidak akan mengerti makna keselamatan oleh kasih karunia.

B. Membangun Kesadaran Dosa

Teologi Reformed sangat menekankan doktrin Total Depravity—kejatuhan total manusia dalam dosa. Karena itu, khotbah tentang penghakiman menjadi alat Allah untuk membuka mata manusia akan kebutuhannya terhadap Juruselamat.

John MacArthur menegaskan bahwa:

“Orang tidak akan mencari Juruselamat kecuali mereka menyadari bahwa mereka dalam bahaya besar.”
Oleh karena itu, khotbah tentang penghakiman bukanlah semata-mata ancaman, tetapi kebutuhan rohani yang mendalam.

2. Contoh Khotbah Reformed tentang Peringatan dan Penghakiman

A. Jonathan Edwards: Sinners in the Hands of an Angry God

Karya ini merupakan salah satu khotbah paling terkenal dalam sejarah Kekristenan. Dalam khotbah tersebut, Edwards dengan sangat grafis menggambarkan keadaan orang berdosa di hadapan Allah yang murka. Namun, ia juga menunjukkan kasih karunia Allah yang masih menahan penghakiman-Nya sebagai peluang untuk bertobat.

B. John Calvin: Tafsiran atas Ulangan dan Yeremia

Dalam tafsirannya atas Ulangan 28 dan kitab Yeremia, Calvin menekankan bahwa peringatan Allah terhadap Israel adalah penggenapan dari hukum perjanjian. Namun, bahkan dalam teguran, Allah selalu memberikan janji pemulihan jika umat-Nya bertobat.

3. Unsur Kunci Khotbah tentang Penghakiman dalam Teologi Reformed

A. Kekudusan dan Keadilan Allah

Allah yang kudus tidak dapat membiarkan dosa begitu saja. Ini adalah aspek yang harus ditonjolkan dalam khotbah tentang penghakiman.

R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God mengatakan:

“Masalah terbesar manusia bukanlah bahwa Allah tidak mengasihi, tetapi bahwa Allah itu kudus.”

B. Kemuliaan Salib

Dalam setiap khotbah tentang penghakiman, salib Kristus harus menjadi pusat. Karena hanya melalui pengorbanan Kristus, murka Allah dipuaskan dan kasih karunia dinyatakan.

John MacArthur menjelaskan bahwa:

“Tanpa memahami penghakiman, kita tidak akan menghargai keindahan Injil.”

4. Respons Jemaat terhadap Khotbah Peringatan

A. Ketakutan yang Sehat

Dalam pengertian Reformed, “takut akan Tuhan” bukanlah rasa takut seperti terhadap pemangsa, tetapi rasa hormat yang dalam dan sadar bahwa Allah layak untuk ditakuti karena kekudusan-Nya.

B. Pertobatan Sejati

Khotbah tentang penghakiman seharusnya mendorong pertobatan, bukan karena rasa takut semata, tetapi karena kesadaran akan kekudusan Allah dan kasih karunia-Nya.

5. Relevansi Khotbah tentang Penghakiman di Zaman Modern

Banyak pengkhotbah masa kini menghindari berbicara tentang neraka atau murka Allah karena takut dianggap tidak relevan atau terlalu keras. Namun, para teolog Reformed menekankan bahwa Injil tanpa peringatan adalah Injil yang tidak lengkap.

Sproul berkata:

“Jika kita menghapus neraka dari Injil, kita telah menciptakan Injil yang berbeda.”

Khotbah tentang penghakiman justru menjadi alat yang efektif dalam menghadapi zaman yang penuh relativisme moral. Ketika dunia mengatakan bahwa tidak ada kebenaran absolut, khotbah Reformed membawa umat kembali pada kebenaran mutlak tentang dosa dan keselamatan.

6. Strategi Homiletik dalam Khotbah Peringatan

A. Ekspositori dan Kontekstual

Teologi Reformed sangat menekankan khotbah ekspositori, di mana teks Alkitab dikupas dengan hati-hati dan kontekstual. Ini penting agar peringatan dan penghakiman tidak menjadi manipulatif, melainkan bersumber dari firman Tuhan.

B. Disertai Kasih Karunia

Walau tegas, khotbah tentang penghakiman harus disertai dengan nada kasih dan pengharapan. Edwards sendiri, meski menggambarkan murka Allah secara tajam, selalu mengakhiri dengan undangan kepada pertobatan.

7. Studi Kasus: Yeremia dan Yesaya

Kitab Yeremia penuh dengan peringatan keras terhadap Yehuda. Namun, tetap disertai janji pemulihan (Yeremia 31:31-34). Demikian pula dengan Yesaya, yang menyampaikan nubuat tentang penghakiman, tetapi juga tentang kedatangan Mesias sebagai terang bagi bangsa-bangsa (Yesaya 53).

8. Kesaksian Sepanjang Sejarah

Selama masa Reformasi, pengkhotbah seperti Martin Luther dan Ulrich Zwingli tidak segan berbicara tentang penghakiman. Namun, melalui peringatan itulah banyak orang dibawa kepada pertobatan dan pemulihan rohani.

9. Tantangan dan Peluang bagi Gereja Masa Kini

A. Tantangan:

  • Budaya modern menolak konsep penghakiman

  • Jemaat lebih menyukai pesan yang positif dan membangun

B. Peluang:

  • Mengajarkan kebenaran secara utuh

  • Membawa orang kepada pertobatan sejati, bukan emosional sesaat

  • Membangun jemaat yang takut akan Tuhan

Kesimpulan

Khotbah tentang peringatan dan penghakiman bukanlah warisan yang menakutkan, tetapi warisan rohani yang kaya dalam teologi Reformed. Melalui John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, dan John MacArthur, kita belajar bahwa peringatan adalah panggilan kasih Allah kepada umat-Nya.

Dalam dunia yang sedang melaju cepat ke arah relativisme dan kenyamanan rohani palsu, khotbah-khotbah semacam ini menjadi mercusuar kebenaran. Kebenaran yang mengingatkan, mengoreksi, tetapi juga menyembuhkan. Maka, marilah kita sebagai gereja dan pemberita Firman, tidak menghindar dari tugas berat ini, tetapi melakukannya dengan kasih, keberanian, dan kesetiaan kepada Injil Kristus yang sejati.

Next Post Previous Post