Lukas 16:5: Berapa Utangmu kepada Tuanku?

Lukas 16:5: Berapa Utangmu kepada Tuanku?

Pendahuluan

Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Lukas 16:1–13) merupakan salah satu yang paling membingungkan, bahkan bagi banyak pembaca Alkitab yang berpengalaman. Dalam bagian ini, Yesus menceritakan kisah seorang bendahara yang diberhentikan karena dituduh menghamburkan harta tuannya. Dalam upaya menyelamatkan masa depannya, bendahara itu memanggil para pengutang tuannya dan bertanya: "Berapa utangmu kepada tuanku?"

Pertanyaan ini bukan hanya kunci dari strategi liciknya, tetapi juga membuka wawasan teologis yang mendalam. Artikel ini akan menggali makna dari pertanyaan tersebut dalam terang teologi Reformed, berdasarkan tafsiran para tokoh seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Ridderbos, dan Tim Keller.

1. Konteks Perumpamaan

A. Bacaan Teks

Lukas 16:5 (AYT):“Setelah itu, ia memanggil setiap orang yang berutang kepada tuannya, dan berkata kepada yang pertama, ‘Berapa utangmu kepada tuanku?’”

Perumpamaan ini unik karena Yesus tampak memuji strategi seorang bendahara yang tidak jujur. Namun, ketika dibaca dalam konteks penuh, kita menyadari bahwa ini bukan pujian terhadap ketidakjujuran, melainkan terhadap kebijaksanaan strategis dalam menggunakan sumber daya duniawi demi tujuan kekal.

2. Arti Spiritual dari Pertanyaan "Berapa Utangmu kepada Tuanku?"

Dalam teologi Reformed, pertanyaan ini mengundang refleksi mendalam tentang:

  • Tanggung jawab manusia kepada Allah sebagai Pemilik segala sesuatu

  • Kesadaran akan keterbatasan dan kejatuhan manusia

  • Urgensi menggunakan waktu dan harta di dunia untuk tujuan kekekalan

A. John Calvin: Tanggung Jawab Manusia sebagai Pengelola

Calvin mengajarkan bahwa kita adalah pengelola (steward) dari segala berkat yang Tuhan percayakan. Dalam komentarnya atas Lukas 16, Calvin menulis:

"Tuhan telah mempercayakan kepada kita harta-Nya; bukan untuk kita hamburkan, tetapi untuk dikelola dengan bijak dan bertanggung jawab."

Pertanyaan “Berapa utangmu kepada tuanku?” menjadi pengingat akan pertanggungjawaban yang kelak harus kita berikan.

3. Analisis Teologis: Bendahara Sebagai Simbol Umat Allah

A. Kita Semua Adalah Bendahara

Dalam pandangan Reformed, seluruh hidup orang percaya adalah bentuk penatalayanan — dari uang, waktu, karunia rohani, dan bahkan pengaruh sosial. Perumpamaan ini menggambarkan bahwa ketika kita dihadapkan dengan penghakiman, kita harus menilai:

  • Apa yang telah kita lakukan dengan berkat Tuhan?

  • Sudahkah kita setia?

  • Sudahkah kita bijaksana?

B. Herman Ridderbos: Injil sebagai Penentu

Ridderbos, dalam bukunya The Coming of the Kingdom, menekankan bahwa perumpamaan ini adalah gambaran tentang pengadilan eskatologis, di mana Allah sebagai Tu(h)an akan meminta pertanggungjawaban atas “utang” moral dan rohani manusia.

4. Pandangan R.C. Sproul: Utang Sebagai Simbol Dosa

Dalam tradisi Reformed, "utang" sering dikaitkan dengan dosa, seperti dalam Doa Bapa Kami: “ampunilah kami akan utang kami.”

“Dalam Injil, kita semua adalah pengutang Allah. Kita tidak bisa membayar utang kita, dan hanya melalui Kristus kita dapat dibebaskan.”
– R.C. Sproul

Pertanyaan "Berapa utangmu kepada tuanku?" menjadi ajakan untuk menyadari keberdosaan dan keperluan kita akan pengampunan melalui Kristus.

5. Tim Keller: Injil dan Penatalayanan yang Bijak

Tim Keller, pendeta Reformed modern yang berpengaruh, mengaitkan perumpamaan ini dengan prinsip Injil: bahwa pengampunan Allah seharusnya memengaruhi cara kita menggunakan harta duniawi.

“Bendahara itu bijak karena dia berpikir ke depan. Begitu juga orang Kristen — kita harus menggunakan dunia ini untuk menghasilkan buah kekal.”
The Prodigal God

6. Aplikasi Reformed: Bagaimana Kita Harus Merespons?

A. Evaluasi Diri

Pertanyaan Yesus yang disampaikan melalui perumpamaan ini mendorong kita bertanya:

  • Apa yang telah saya lakukan dengan kepercayaan yang Allah berikan?

  • Apakah saya bertindak seperti pengelola yang bijak?

  • Apakah saya hidup dalam terang penghakiman Allah yang pasti?

B. Gunakan Harta Duniawi untuk Tujuan Kekal

Lukas 16:9 menggarisbawahi prinsip ini:

“...buatlah bagi dirimu sahabat dengan menggunakan kekayaan yang tidak jujur, supaya jika kekayaan itu habis, mereka akan menyambut kamu ke dalam tempat tinggal yang kekal.” (AYT)

Dalam teologi Reformed, ini bukan berarti menyuap jalan ke surga, tetapi menggunakan sumber daya duniawi untuk menghasilkan buah kekal, seperti mendukung pelayanan Injil dan membantu sesama.

7. Kritik dan Penafsiran Seimbang

Perumpamaan ini memang sering disalahpahami seolah Yesus membenarkan tindakan curang bendahara itu. Namun para teolog Reformed menjelaskan bahwa:

  • Yang dipuji adalah kebijaksanaan dan antisipasi masa depan, bukan kebohongannya

  • Ini seharusnya mendorong orang percaya untuk hidup dengan orientasi kekekalan

8. Prinsip Teologi Reformed dalam Lukas 16:

PrinsipPenjelasan
Sola ScripturaPenafsiran bergantung pada keseluruhan pesan Kitab Suci, bukan hanya ayat tunggal
Sola FidePengampunan "utang" hanya melalui iman kepada Kristus
Solus ChristusHanya Kristus yang membayar utang kita kepada Allah
Soli Deo GloriaSemua penatalayanan harus ditujukan untuk kemuliaan Allah
Kesadaran EskatologisHidup dalam terang penghakiman yang akan datang

Kesimpulan: Apa Utang Kita kepada Tu(h)an?

Pertanyaan dari Lukas 16:5 mengundang refleksi pribadi yang mendalam:

  • Apakah saya menyadari bahwa hidup ini bukan milik saya?

  • Apakah saya bersedia mengakui bahwa saya memiliki “utang” moral kepada Allah?

  • Apakah saya sudah hidup sebagai bendahara yang setia?

Dalam terang Injil, kita menyadari bahwa hanya Kristus yang mampu membayar utang dosa kita. Namun sebagai orang yang telah ditebus, kita dipanggil untuk hidup bijak, bertanggung jawab, dan berorientasi kekekalan — seperti bendahara itu, tetapi dalam kebenaran dan kekudusan.

Next Post Previous Post