Membuka Pintu Iman di Tempat Kerja

Pendahuluan
Bagi banyak orang Kristen, dunia kerja sering terasa terpisah dari iman mereka. Mereka menghadiri ibadah Minggu, mengikuti persekutuan, bahkan membaca Alkitab setiap hari, tetapi begitu hari Senin tiba, iman mereka terasa “ditinggalkan” di gereja. Apakah iman hanya berlaku di gereja? Ataukah Tuhan juga memanggil kita untuk membawa iman ke tempat kerja?
Dalam tradisi teologi Reformed, para pemikir seperti John Calvin, Abraham Kuyper, Tim Keller, R.C. Sproul, dan Herman Bavinck menekankan pentingnya memahami bahwa seluruh hidup—termasuk pekerjaan—berada di bawah kedaulatan Allah. Artikel ini akan membahas bagaimana iman bisa hadir di tempat kerja menurut sudut pandang para pakar Reformed, serta memberikan prinsip praktis untuk diterapkan.
1. Visi Reformed tentang Pekerjaan
a. Pekerjaan adalah Panggilan (Calling)
John Calvin menulis bahwa pekerjaan bukan sekadar cara mencari nafkah, tetapi panggilan dari Allah (vocatio). Tuhan memanggil setiap orang untuk melayani-Nya melalui peran mereka, baik sebagai pengusaha, guru, dokter, seniman, atau ibu rumah tangga.
Abraham Kuyper terkenal mengatakan:
“Tidak ada satu inci pun di seluruh kehidupan manusia di mana Kristus tidak berkata, ‘Milik-Ku!’”
Artinya, pekerjaan Anda termasuk wilayah di mana Allah berdaulat.
b. Pekerjaan Sebagai Pelayanan
Dalam teologi Reformed, tidak ada dikotomi antara “pekerjaan rohani” (misalnya pendeta) dan “pekerjaan sekuler” (misalnya akuntan). Semuanya adalah pelayanan ketika dilakukan untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31).
R.C. Sproul menulis bahwa seluruh hidup adalah ibadah, termasuk cara kita bekerja, bersikap kepada rekan kerja, dan menghadapi tantangan profesional.
2. Hambatan Membuka Pintu Iman di Tempat Kerja
a. Dualisme Rohani-Sekuler
Banyak orang Kristen merasa iman mereka hanya relevan di ranah spiritual. Teologi Reformed menolak pemisahan ini. Herman Bavinck menekankan bahwa Kristus menebus seluruh ciptaan, termasuk dunia kerja.
b. Takut atau Malu Menyatakan Iman
Di tempat kerja modern, banyak orang Kristen takut dicap fanatik atau tidak profesional jika menyatakan iman mereka. Padahal, iman tidak selalu berarti “mengkotbahi” rekan kerja, tetapi menghadirkan nilai-nilai Kristus dalam tindakan sehari-hari.
c. Godaan Materialisme dan Idolatry
Tim Keller dalam bukunya Counterfeit Gods memperingatkan bahwa pekerjaan bisa menjadi berhala jika kita mencari identitas, makna, atau keamanan utama darinya. Justru iman menolong kita menempatkan pekerjaan pada tempat yang benar: alat untuk memuliakan Allah, bukan pusat kehidupan.
3. Prinsip Reformed untuk Membuka Pintu Iman di Tempat Kerja
a. Kerjakan dengan Motif yang Benar
John Piper terkenal dengan semboyan:
“Allah paling dimuliakan dalam diri kita ketika kita paling puas di dalam Dia.”
Bekerja bukan untuk mengejar pengakuan atau kekayaan semata, tetapi untuk menyenangkan hati Allah.
b. Bekerja Dengan Keunggulan
Calvin menekankan excellence sebagai tanda hormat kepada Allah. Orang Kristen dipanggil bekerja dengan kualitas terbaik, bukan asal-asalan, karena pekerjaan adalah cermin dari karakter Allah Sang Pencipta yang sempurna.
c. Berlaku Adil dan Jujur
R.C. Sproul menegaskan pentingnya kejujuran dalam bisnis sebagai kesaksian iman. Dalam dunia yang penuh kompromi, integritas seorang Kristen bersinar sebagai terang di tengah kegelapan.
d. Mengasihi Sesama
Tim Keller menulis bahwa salah satu tujuan utama pekerjaan adalah melayani sesama manusia. Apapun profesi Anda, pekerjaan Anda harus membawa manfaat nyata bagi orang lain, bukan hanya memperkaya diri sendiri.
e. Menghadirkan Shalom
Kuyper berbicara tentang panggilan untuk membawa damai dan ketertiban ke dalam masyarakat. Di tempat kerja, ini bisa berarti menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung rekan, dan mengupayakan keadilan.
4. Praktik Membuka Pintu Iman di Tempat Kerja
✅ Berdoa Sebelum dan Sesudah Bekerja
Mohon hikmat, kekuatan, dan kasih dari Allah agar setiap tugas dilakukan sesuai kehendak-Nya.
✅ Menjadi Teladan dalam Etika Kerja
Disiplin, jujur, rendah hati, dan dapat diandalkan—semua ini adalah kesaksian diam yang kuat.
✅ Mencari Kesempatan untuk Memberi Dampak Positif
Bukan memaksakan iman, tetapi peka terhadap momen untuk menunjukkan kasih Kristus, seperti mendengarkan rekan yang sedang kesulitan.
✅ Berbagi Iman Secara Alami
Jika ada kesempatan berbicara tentang iman, lakukan dengan rendah hati dan bijaksana, bukan memaksa atau menghakimi.
✅ Bergabung dalam Komunitas Iman di Tempat Kerja
Banyak tempat kerja memiliki kelompok doa atau persekutuan kecil yang bisa menjadi tempat bertumbuh bersama.
5. Tantangan dan Resiko
a. Penolakan atau Diskriminasi
Yesus sudah memperingatkan bahwa dunia akan menolak murid-murid-Nya (Yohanes 15:18-19). Tetaplah setia tanpa menjadi fanatik yang tidak bijak.
b. Godaan Memisahkan Iman dari Profesi
Sering kali, kita tergoda untuk “bermain dua kaki”—di gereja taat, di kantor kompromi. Teologi Reformed menegaskan bahwa iman harus menyentuh seluruh aspek hidup.
c. Beban dan Kelelahan
Dalam dunia kerja modern, burnout adalah masalah serius. Iman memberi kita identitas dan makna yang tidak bergantung pada performa, sehingga kita bisa bekerja dengan ritme yang sehat.
6. Contoh-Contoh Alkitabiah
✅ Yusuf di Mesir
Sebagai pejabat, Yusuf memimpin dengan integritas dan takut akan Allah, bahkan di lingkungan pagan.
✅ Daniel di Babel
Daniel mempertahankan iman sambil tetap bekerja dengan cemerlang di pemerintahan kafir.
✅ Lidia, Pedagang Kain Ungu
Lidia menggunakan bisnisnya untuk mendukung pelayanan Paulus dan menjadi pusat gereja rumah.
7. Pandangan Teolog Reformed
-
John Calvin: Semua pekerjaan adalah pelayanan kepada Allah, bukan hanya pelayanan gerejawi.
-
Abraham Kuyper: Tidak ada wilayah kehidupan yang netral; Kristus berdaulat atas semuanya.
-
R.C. Sproul: Bekerja dengan integritas adalah bagian dari panggilan kekudusan.
-
Tim Keller: Pekerjaan adalah sarana untuk melayani sesama dan memulihkan ciptaan.
-
John Piper: Pekerjaan adalah kesempatan untuk memuliakan Allah melalui kesenangan kita di dalam Dia.
8. Aplikasi Pribadi
Berikut beberapa pertanyaan reflektif:
-
Apakah saya bekerja untuk menyenangkan Allah atau manusia?
-
Apakah pekerjaan saya membawa manfaat bagi sesama?
-
Apakah saya menjaga integritas, bahkan ketika tidak ada yang melihat?
-
Apakah saya menemukan sukacita dalam pekerjaan sebagai bagian dari ibadah kepada Allah?
-
Bagaimana saya bisa membawa nilai-nilai Kristus ke dalam tim atau proyek saya?
Kesimpulan
Membuka pintu iman di tempat kerja bukan soal mengubah profesi menjadi pendeta atau misionaris, tetapi menghidupi iman dalam segala hal yang kita lakukan. Teologi Reformed mengajarkan bahwa pekerjaan adalah panggilan mulia di bawah kedaulatan Allah, di mana kita dipanggil untuk melayani, memuliakan Dia, dan membawa berkat bagi dunia.
Allah memanggil kita untuk bekerja dengan integritas, keunggulan, kasih, dan ketekunan—bukan demi menyelamatkan diri, tetapi sebagai buah dari iman yang sejati. Dunia kerja adalah ladang misi yang luas, dan setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi terang dan garam di sana.