Penghakiman dari Allah: Nahum 3:5-7

Penghakiman dari Allah: Nahum 3:5-7

Pendahuluan

Kitab Nahum adalah salah satu kitab kecil dalam kelompok Nabi-Nabi Kecil (Minor Prophets) di Perjanjian Lama. Fokus utama kitab ini adalah penghakiman Allah atas kota Niniwe, ibukota kerajaan Asyur, yang terkenal akan kekejaman dan kesombongannya. Nahum berbicara dengan lantang mengenai keadilan Allah yang tidak bisa dihindari oleh bangsa mana pun, termasuk bangsa sekuat Asyur. Dalam Nahum 3:5–7, Allah sendiri berbicara tentang penghukuman-Nya, menyatakan bagaimana Dia akan mempermalukan dan menghancurkan Niniwe di depan bangsa-bangsa lain.

Mari kita lihat ayat-ayatnya terlebih dahulu sesuai teks dari Alkitab AYT:

Nahum 3:5-7 - 5 “Lihatlah, Aku akan menjadi lawanmu,” firman TUHAN semesta alam. “Aku akan mengangkat ujung kainmu sampai ke wajahmu, dan akan memperlihatkan ketelanjanganmu kepada bangsa-bangsa, serta kemaluanmu kepada kerajaan-kerajaan.6 Aku akan membuang ke atasmu benda-benda kekejian, dan membuatmu tercemar, serta membuatmu menjadi tontonan.7 Oleh sebab itu, setiap orang yang melihatmu akan lari meninggalkanmu, sambil berkata, ‘Niniwe telah rusak! Siapakah yang akan meratap baginya? Dari mana aku akan mencari penghiburan-penghiburan baginya?’”

Eksposisi Ayat per Ayat

Nahum 3:5: Tuhan Menjadi Lawan

Di ayat ini, Allah secara langsung menyatakan bahwa Dia sendiri yang akan menjadi lawan Niniwe. Dalam banyak nubuat Alkitab, Allah sering memakai bangsa lain sebagai alat penghukuman, tetapi di sini jelas: Allah-lah yang berdiri sebagai musuh langsung.

Pakar teologi Reformed, seperti John Calvin, menekankan bahwa ketika Allah menjadi lawan seseorang atau suatu bangsa, tidak ada kekuatan di dunia yang bisa melawan. Calvin mengatakan, “Ketika Tuhan mengangkat tangan-Nya, siapa yang dapat menurunkannya? Ini adalah tanda bahwa tidak hanya kekuatan manusia, tetapi juga rencana-rencana mereka, akan hancur di hadapan kuasa-Nya.”

Lebih jauh, pengangkatan ujung kain adalah gambaran mempermalukan. Dalam budaya kuno, membuka kain seseorang di depan umum adalah tindakan mempermalukan, bahkan memperlihatkan ketelanjangan moral, bukan hanya fisik. Ini bukan sekadar penghukuman, tetapi penghukuman dengan penghinaan.

Nahum 3:6: Kekejian dan Pencemaran

Ayat ini membawa kita kepada gambaran menjijikkan: Allah akan membuang benda-benda kekejian ke atas Niniwe. Secara harfiah, kata yang digunakan bisa berarti kotoran atau sesuatu yang sangat najis. Ini melambangkan pembuangan total, bahwa Niniwe tidak hanya dihancurkan secara politik, tetapi juga dicemari secara reputasi. Bangsa yang dulu ditakuti kini menjadi tontonan yang memalukan.

R.C. Sproul, teolog Reformed terkenal, berbicara tentang ayat-ayat seperti ini sebagai contoh “penghakiman terbuka” (public judgment). Sproul menekankan bahwa Allah bukan hanya menghukum secara rahasia, tetapi sering membuat contoh terbuka untuk menunjukkan kepada dunia konsekuensi dari dosa besar. Ini menjadi peringatan bagi bangsa-bangsa lain agar tidak jatuh ke dalam kesombongan yang sama.

Nahum 3:7: Kehancuran Total

Ayat terakhir dari bagian ini berbicara tentang reaksi bangsa-bangsa lain: mereka akan lari meninggalkan Niniwe. Tidak ada belas kasihan, tidak ada ratapan, tidak ada penghiburan. Niniwe yang dulu disegani kini menjadi reruntuhan yang dijauhi.

Menurut Matthew Henry, penulis tafsiran Alkitab klasik, ayat ini menunjukkan bahwa dosa mendatangkan isolasi. Bangsa yang hidupnya penuh kekejaman, ketidakadilan, dan kesombongan akhirnya tidak punya teman ketika kehancuran datang. Henry menulis, “Dosa mengundang kebinasaan, dan kebinasaan membawa kesepian; teman-teman palsu akan meninggalkan kita ketika kita jatuh.”

Makna Teologis: Penghakiman Allah yang Adil

Kedaulatan Allah dalam Penghakiman

Teologi Reformed sangat menekankan kedaulatan Allah: bahwa Dia memerintah atas segala sesuatu, termasuk sejarah bangsa-bangsa. Penghakiman atas Niniwe bukanlah kecelakaan sejarah; ini adalah keputusan Allah yang berdaulat. Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menjelaskan bahwa keadilan Allah tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif. Bangsa-bangsa yang menumpuk dosa akan menghadapi penghakiman, dan Allah menggunakan sarana sejarah untuk melaksanakan keputusan-Nya.

Dosa Tidak Pernah Lepas dari Penghukuman

Kadang manusia berpikir bahwa karena penghukuman tidak segera datang, Allah tidak peduli atau melupakan dosa. Namun, Nahum menunjukkan sebaliknya. Meski Niniwe sempat bertobat di masa Yunus (sekitar seratus tahun sebelumnya), mereka kembali kepada dosa-dosa lama. Tuhan yang sabar itu juga adalah Tuhan yang adil. John Piper menekankan dalam salah satu khotbahnya: “Jangan keliru menafsirkan kesabaran Allah sebagai persetujuan-Nya atas dosa.”

Penghukuman yang Mempermalukan

Allah tidak hanya menghancurkan, tetapi mempermalukan. Ini menunjukkan bahwa dosa tidak hanya menghasilkan kehancuran fisik, tetapi juga kehancuran moral. Dalam konteks ini, teologi Reformed menekankan pentingnya martabat dan kemuliaan Allah. Niniwe, dengan kecongkakannya, telah mencuri kemuliaan yang seharusnya hanya bagi Tuhan. Karena itu, Tuhan memperlihatkan kepada seluruh dunia bahwa hanya Dia yang layak dipermuliakan.

Aplikasi bagi Gereja Masa Kini

1. Jangan Mengandalkan Kekuatan Sendiri

Bangsa Asyur dikenal sebagai salah satu kekuatan militer terbesar pada zamannya. Namun, semua itu tidak ada artinya ketika Allah memutuskan untuk bertindak. Gereja masa kini diingatkan untuk tidak bersandar pada kekuatan politik, kekayaan, atau popularitas. Seperti tertulis dalam Mazmur 20:8, “Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangkit berdiri dan tetap teguh.”

2. Serius terhadap Dosa Kolektif

Teks ini juga menjadi peringatan tentang dosa bersama, bukan hanya dosa pribadi. Gereja perlu merenungkan: apakah kita sebagai komunitas sudah hidup sesuai kehendak Allah? Apakah ada kesombongan, ketidakadilan, atau penindasan dalam tubuh Kristus? Reformasi mengajarkan pentingnya pertobatan terus-menerus (semper reformanda), artinya gereja harus terus diperbaharui dan dikoreksi oleh Firman Tuhan.

3. Memberitakan Injil dalam Kerendahan Hati

Penghukuman atas Niniwe menjadi latar belakang penting untuk memahami pentingnya pemberitaan Injil. Meski Nahum berbicara tentang penghukuman, gereja hari ini dipanggil untuk memberitakan kabar baik bahwa di dalam Kristus ada pengampunan. Namun, pengampunan itu hanya tersedia bagi mereka yang bertobat, bukan yang keras hati.

Kesimpulan

Nahum 3:5-7 memberikan gambaran tajam tentang penghukuman Allah atas dosa, khususnya dosa kesombongan, kekejaman, dan keangkuhan bangsa. Dalam teologi Reformed, teks ini mengingatkan kita akan kedaulatan dan keadilan Allah, serta pentingnya hidup dalam pertobatan terus-menerus. Sebagai gereja, kita dipanggil untuk rendah hati, takut akan Allah, dan setia memberitakan kabar baik tentang keselamatan di dalam Kristus, sambil mengingat bahwa Allah tidak membiarkan dosa tidak dihukum.

Next Post Previous Post