Tanda-Tanda Pertobatan Sejati dan Iman yang Menyelamatkan

Pandangan Teologi Reformed Tentang Kehidupan yang Diubahkan oleh Injil
Pendahuluan
Pertanyaan mendasar yang sering muncul dalam kehidupan iman adalah: Bagaimana seseorang tahu bahwa ia benar-benar telah bertobat dan memiliki iman yang menyelamatkan? Dalam tradisi Reformed, pertanyaan ini tidak dijawab secara dangkal. Teolog Reformed memandang pertobatan dan iman sebagai buah dari karya Roh Kudus dan tanda-tandanya dapat dikenali dalam kehidupan orang percaya yang sejati. Artikel ini akan mengulas tanda-tanda tersebut secara mendalam menurut pemahaman para teolog Reformed klasik dan kontemporer.
I. Pengertian Pertobatan Sejati (True Repentance)
A. Definisi Menurut John Calvin
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion mendefinisikan pertobatan sebagai:
“Transformasi sejati dalam hidup, yang timbul dari rasa takut akan Allah, yang menghasilkan penyangkalan diri dan kematian atas daging, dan pembaruan dalam hidup yang disertai kesalehan sejati.”
Bagi Calvin, pertobatan tidak sekadar rasa bersalah atau kesedihan emosional atas dosa, melainkan perubahan hidup yang berasal dari hati yang diperbarui.
B. Komponen-Komponen Pertobatan
Menurut Louis Berkhof dalam Systematic Theology, pertobatan sejati terdiri dari dua elemen:
-
Kesedihan akan dosa (sorrow for sin / contrition)
Ini bukan hanya kesedihan karena akibat dosa, tapi karena dosa itu sendiri menghina Allah. -
Berbalik dari dosa (conversion / turning away)
Ini termasuk keputusan sadar untuk meninggalkan dosa dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.
II. Pengertian Iman yang Menyelamatkan (Saving Faith)
A. Esensi Iman Sejati
R.C. Sproul menggarisbawahi bahwa iman menyelamatkan adalah:
“Bukan hanya pengetahuan (notitia), bukan hanya persetujuan (assensus), tapi juga kepercayaan pribadi (fiducia).”
Dalam kerangka ini, iman bukan hanya menerima informasi tentang Yesus, tetapi mempercayakan seluruh hidup kepada-Nya.
B. Elemen Iman Menurut Teologi Reformed
Berkhof merinci tiga aspek penting dari iman yang menyelamatkan:
-
Notitia (pengetahuan) – Mengenal isi Injil.
-
Assensus (persetujuan) – Mengakui bahwa Injil adalah benar.
-
Fiducia (kepercayaan pribadi) – Bersandar penuh kepada Kristus untuk keselamatan.
Tanpa elemen ketiga, iman menjadi iman yang mati seperti yang dimiliki setan (Yakobus 2:19).
III. Tanda-Tanda Pertobatan Sejati
1. Kesadaran dan Pengakuan Akan Dosa
Seseorang yang benar-benar bertobat akan memiliki kesadaran mendalam tentang natur dosanya. Ia tidak hanya mengakui dosa-dosanya secara umum, tetapi secara spesifik dan dengan kerendahan hati.
“Pertobatan dimulai ketika manusia menyadari betapa dalam dan bobroknya dosa di dalam dirinya.”
— Martyn Lloyd-Jones
2. Kesedihan yang Kudus
Kesedihan atas dosa bukanlah rasa bersalah duniawi, tetapi godly sorrow seperti dalam 2 Korintus 7:10. Kesedihan ini mendorong pertobatan dan perubahan hidup, bukan penyesalan kosong.
3. Keinginan untuk Meninggalkan Dosa
Sinclair Ferguson menekankan bahwa pertobatan sejati melibatkan tekad untuk tidak lagi bermain-main dengan dosa:
“Orang yang bertobat tidak mencoba mencari pembenaran atau pembenaran dosa, tetapi menganggap dosa sebagai sesuatu yang harus dimatikan.”
4. Perubahan Hidup Nyata (Fruit of Repentance)
Yohanes Pembaptis berkata, “Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:8). Dalam tradisi Reformed, pertobatan bukan hanya keputusan mental, tapi disertai dengan perubahan dalam tindakan, gaya hidup, dan nilai-nilai.
5. Pengakuan Terbuka dan Rendah Hati
Pertobatan sejati membuat orang percaya tidak malu mengakui kegagalan mereka dan mengandalkan belas kasih Allah.
IV. Tanda-Tanda Iman yang Menyelamatkan
1. Percaya kepada Kristus Sebagai Satu-Satunya Jalan
Iman sejati tidak bercabang. Ia tidak menaruh harapan pada perbuatan baik, gereja, atau orang lain, melainkan hanya kepada Kristus.
“Iman sejati itu eksklusif dan total; hanya Yesus satu-satunya sandaran.”
— R.C. Sproul
2. Mengandalkan Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari
Iman yang menyelamatkan mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Orang percaya akan menunjukkan ketergantungan kepada Tuhan dalam keputusan, relasi, dan kesulitan hidup.
3. Ketaatan yang Bertumbuh
Iman yang sejati akan menghasilkan buah dalam bentuk ketaatan. Calvin berkata:
“Tidak mungkin seseorang sungguh percaya kepada Kristus dan tetap hidup dalam pemberontakan terhadap hukum-Nya.”
4. Kasih kepada Kristus dan Firman-Nya
Orang yang lahir baru akan mencintai Kristus dan mencari kehendak-Nya dalam Firman. Kasih ini tidak bersifat emosional semata, tapi diwujudkan dalam kesetiaan.
5. Ketekunan dalam Iman (Perseverance)
Menurut teologi Reformed, iman sejati tidak akan gagal di tengah jalan. Mereka yang benar-benar diselamatkan akan dipelihara oleh anugerah Allah hingga akhir.
“They who are truly converted will persevere in faith because it is God who holds them, not they who hold themselves.”
— Louis Berkhof
V. Hubungan Antara Pertobatan dan Iman
A. Dua Sisi dari Koin Keselamatan
Teologi Reformed menekankan bahwa pertobatan dan iman tidak bisa dipisahkan. Iman yang sejati pasti disertai pertobatan, dan pertobatan yang sejati pasti timbul dari iman.
“Faith and repentance are two sides of the same coin. When you turn to Christ in faith, you turn away from sin in repentance.”
— Sinclair Ferguson
B. Dimensi Waktu dan Pertumbuhan
Pertobatan dan iman bisa bersifat bertahap. Seseorang mungkin mengalami proses bertumbuh dalam pengertian dosa dan kepercayaan kepada Kristus. Namun, keduanya akan tetap tampak nyata dan aktif.
VI. Kesalahan Umum Terkait Pertobatan dan Iman
1. Mengandalkan Emosi Semata
Banyak orang mengira bahwa pertobatan sejati harus disertai tangisan atau kesedihan emosional yang mendalam. Padahal, menurut Calvin dan Berkhof, pertobatan adalah perubahan hati dan kehendak, bukan sekadar emosi.
2. Memisahkan Iman dan Ketaatan
Beberapa pandangan modern mengajarkan bahwa seseorang dapat percaya kepada Kristus tanpa perlu tunduk pada kehendak-Nya. Ini bertentangan dengan iman Reformed, yang menegaskan bahwa iman sejati pasti berbuah dalam ketaatan.
3. Legalisme atau Meremehkan Anugerah
Di satu sisi, ada yang jatuh dalam legalisme, mengandalkan usaha sendiri untuk membuktikan pertobatan. Di sisi lain, ada yang meremehkan anugerah, berpikir bahwa keselamatan tidak memerlukan pertobatan sama sekali. Keduanya adalah penyimpangan dari Injil.
VII. Bagaimana Mengenali Jika Kita Telah Bertobat dan Percaya?
Ujian diri rohani (self-examination) adalah praktik penting dalam tradisi Reformed. Paulus sendiri berkata, “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.” (2 Korintus 13:5)
Berikut beberapa pertanyaan reflektif:
-
Apakah aku menyesali dosa karena itu menyakiti hati Allah, atau karena aku takut akibatnya?
-
Apakah aku mempercayai Kristus saja, atau aku masih bergantung pada hal lain untuk keselamatanku?
-
Apakah ada buah pertobatan dalam hidupku?
-
Apakah aku semakin mengasihi Kristus dan Firman-Nya?
-
Apakah aku bertahan dalam iman, bahkan di tengah pencobaan?
Kesimpulan: Hidup dalam Pertobatan dan Iman
Pertobatan dan iman bukanlah satu kali peristiwa, melainkan gaya hidup. Orang percaya sejati akan terus-menerus bertobat dan percaya, seiring dengan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup mereka.
Martyn Lloyd-Jones pernah berkata:
“The Christian life is a life of repentance and faith from beginning to end.”
Pertobatan sejati dan iman yang menyelamatkan adalah bukti dari kelahiran baru. Itu bukan hasil dari usaha manusia, tetapi buah dari anugerah Allah yang aktif dalam diri mereka. Maka, marilah kita mengejar tanda-tanda ini bukan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk memastikan panggilan dan pilihan kita (2 Petrus 1:10), dan hidup dalam syukur atas kasih karunia yang besar dari Allah di dalam Kristus.