Apa yang Alkitab Katakan tentang Allah sebagai Bapa Kita?

Pendahuluan: Keintiman Paling Dalam dari Injil
Salah satu kebenaran yang paling indah namun sering disalahpahami dalam kekristenan adalah bahwa Allah adalah Bapa bagi umat-Nya. Dalam seluruh Alkitab, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, Allah secara progresif menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, bukan hanya sebagai Pencipta atau Hakim.
Dalam teologi Reformed, hubungan ini bukan hasil usaha manusia, melainkan karunia anugerah yang dimungkinkan melalui Yesus Kristus dan penerapan oleh Roh Kudus.
“Pengertian seorang Kristen terletak pada fakta bahwa ia mengenal Allah sebagai Bapanya.” – J.I. Packer, Knowing God
1. Ke-Bapa-an Allah dalam Perjanjian Lama
A. Allah sebagai Bapa Secara Kolektif
Dalam Perjanjian Lama, Allah jarang disebut secara langsung sebagai "Bapa" dalam pengertian pribadi, tetapi Ia digambarkan sebagai Bapa bagi bangsa Israel.
-
Ulangan 32:6
"Bukankah Dia Bapamu, yang telah menciptakan engkau?"
-
Yesaya 63:16
"Engkaulah Bapa kami, sebab Abraham tidak mengenal kami... Engkaulah TUHAN, Bapa kami!"
B. Konteks Kovenan
John Calvin menyatakan bahwa penggunaan istilah "Bapa" dalam Perjanjian Lama harus dipahami dalam kerangka perjanjian (kovenan), di mana Allah adalah Bapa bagi Israel sebagai umat pilihan-Nya.
“Hubungan Bapa dalam Perjanjian Lama bersifat nasional dan tipologis, menantikan penggenapan dalam Kristus.” – Calvin, Institutes II
2. Allah sebagai Bapa dalam Perjanjian Baru
Dengan kedatangan Kristus, ke-Bapa-an Allah tidak hanya bersifat kolektif, tetapi menjadi relasi pribadi yang penuh kasih dan kekal. Yesus secara konsisten menyebut Allah sebagai Bapa—dan mengajarkan murid-murid-Nya untuk melakukan hal yang sama.
A. Pengajaran Yesus: "Bapa Kami yang di Surga"
-
Matius 6:9
“Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu...”
Yesus memperkenalkan intimasi baru dengan Allah, sebuah relasi anak dan Bapa.
R.C. Sproul menekankan bahwa pengajaran ini bukan hanya revolusioner, tapi juga eksklusif bagi mereka yang lahir baru.
“Yesus tidak pernah mengajarkan semua orang menyebut Allah sebagai Bapa dalam pengertian penebusan, hanya mereka yang adalah anak-anak-Nya.”
B. Karya Kristus Mengantar pada Hubungan dengan Bapa
-
Yohanes 1:12
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya... diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah."
-
Galatia 4:6
"Allah telah mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'Abba, ya Bapa!'"
John Owen menegaskan bahwa penyataan Allah sebagai Bapa hanya mungkin karena karya Kristus yang memperdamaikan manusia dengan Allah.
“Orang percaya mengenal Allah sebagai Bapa melalui Anak oleh kuasa Roh Kudus.” – Communion with God
3. Aspek Teologis Ke-Bapa-an Allah (Reformed Perspective)
A. Bapa dalam Tritunggal
Dalam teologi Reformed klasik, Allah Bapa adalah Pribadi Pertama dari Tritunggal, yang mengasihi Putra dari kekekalan, dan melalui Putra mengasihi umat pilihan.
Herman Bavinck menyatakan:
“Bapa bukanlah atribut, melainkan Pribadi. Dia adalah asal mula dari Putra dan Roh, dan menjadi sumber kasih bagi anak-anak-Nya yang ditebus.”
B. Bapa sebagai Sumber Anugerah dan Otoritas
-
Yakobus 1:17
"Setiap pemberian yang baik berasal dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang..."
-
Efesus 1:3-5
“...Bapa Tuhan kita Yesus Kristus... telah mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya...”
Dalam doktrin Reformed, Allah Bapa adalah inisiator keselamatan (sola gratia), dan semua yang terjadi dalam keselamatan dimulai dari kehendak kekal-Nya.
4. Konsep Adopsi dalam Teologi Reformed
A. Adopsi: Bukan Sekadar Pengampunan
Menurut Westminster Confession of Faith:
“Adopsi adalah tindakan kasih karunia Allah di mana mereka yang dibenarkan dijadikan anak-anak Allah dan menikmati hak-hak sebagai anak.”
B. Hak-hak Anak Allah
-
Penerimaan penuh dalam keluarga Allah
-
Warisan rohani (Roma 8:17)
-
Didikan dan disiplin dalam kasih (Ibrani 12:6)
-
Kebebasan dari rasa takut (Roma 8:15)
J.I. Packer menyatakan bahwa adopsi adalah inti dari Injil, dan bahwa menjadi anak Allah adalah kehormatan terbesar yang diterima manusia.
“Jika kamu ingin menilai seberapa baik seseorang mengerti kekristenan, tanyakan padanya apa artinya menjadi anak Allah.”
5. “Abba, Bapa” dan Relasi Intim yang Sejati
A. Penggunaan “Abba” oleh Yesus dan Orang Percaya
Kata “Abba” adalah bahasa Aram sehari-hari untuk “Bapa”—setara dengan “Ayah” atau “Papa”, namun bukan informal atau tidak hormat.
-
Markus 14:36
“Abba, ya Bapa, bagi-Mu segala sesuatu mungkin...”
-
Roma 8:15
“...kita berseru: ‘Abba, ya Bapa!’”
John Frame menegaskan bahwa ini menunjukkan bahwa relasi kita dengan Allah bersifat personal, penuh kasih, dan berakar dalam penebusan.
6. Keseimbangan antara Keintiman dan Kekudusan
Meskipun Allah adalah Bapa, Ia juga kudus, berdaulat, dan harus dihormati. Keintiman tidak boleh menjadi alasan untuk memperlakukan Allah secara sembrono.
A. Matius 6:9
“Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu...”
R.C. Sproul memperingatkan bahwa banyak orang Kristen modern menyalahgunakan konsep Bapa menjadi pop-psychological dewa yang toleran terhadap dosa.
B. Disiplin Seorang Bapa
-
Ibrani 12:6
"Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
John Owen: “Disiplin ilahi adalah tanda dari anak-anak sejati.”
7. Implikasi Praktis: Hidup sebagai Anak dari Bapa Surgawi
A. Doa
Kita berdoa dengan keyakinan, bukan ketakutan.
-
Matius 7:11
"Bapa-Mu yang di surga akan memberikan yang baik..."
B. Identitas
Kita tidak mendefinisikan diri dari dunia, tetapi dari fakta bahwa kita adalah anak Bapa surgawi.
C. Penghiburan dan Perlindungan
Di tengah penderitaan, kita tahu bahwa Bapa kita:
-
Berdaulat (Matius 10:29–31)
-
Peduli (1 Petrus 5:7)
-
Tidak pernah meninggalkan kita (Yohanes 14:18)
8. Peringatan dan Kesalahan Umum
A. Semua orang bukan anak Allah secara otomatis
-
Yohanes 8:44: Yesus berkata kepada orang Farisi, “Kamu berasal dari bapamu, si Iblis...”
-
Hanya mereka yang dilahirkan kembali dan percaya pada Kristus disebut anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
B. Mengabaikan ketaatan terhadap Bapa
Kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Bapa:
-
Matius 5:48
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Kesimpulan: Allah sebagai Bapa adalah Kabar Injil yang Terbesar
Mengetahui Allah sebagai Bapa adalah puncak dari keselamatan, bukan sekadar pelengkap.
“Menjadi benar di hadapan Allah sebagai hakim adalah hal besar; tetapi memiliki Allah sebagai Bapa adalah hal yang lebih besar.” – J.I. Packer
Dalam terang teologi Reformed:
-
Allah Bapa merancang keselamatan
-
Allah Anak menggenapinya
-
Allah Roh Kudus menerapkannya
Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk:
-
Menikmati relasi kasih dengan Bapa
-
Meneladani karakter-Nya
-
Mengabarkan kasih Bapa kepada dunia yang kehilangan arah