Ibrani 11:10 - Menanti Kota yang Dirancang dan Dibangun oleh Allah

Ibrani 11:10  - Menanti Kota yang Dirancang dan Dibangun oleh Allah

Eksposisi Ibrani 11:10 dan Implikasinya bagi Iman Kristen

"Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang dirancang dan dibangun oleh Allah."(Ibrani 11:10, AYT)

Pendahuluan

Ibrani 11 sering disebut sebagai “Hall of Faith” – galeri tokoh-tokoh iman dalam sejarah umat Allah. Di antara tokoh-tokoh tersebut, Abraham menempati posisi yang sangat istimewa. Dalam ayat 10, penulis Surat Ibrani menyoroti motivasi terdalam dari perjalanan iman Abraham: ia mencari kota yang dirancang dan dibangun oleh Allah.

Eksposisi ayat ini membawa kita pada pemahaman eskatologis yang sangat penting dalam teologi Reformed. Apa yang dimaksud dengan "kota yang mempunyai dasar"? Mengapa Abraham meninggalkan negeri asalnya demi janji yang belum terlihat? Dan bagaimana harapan ini membentuk kehidupan umat Allah sepanjang masa?

1. Makna Tekstual dan Teologis Ayat

A. Frasa Kunci

  • “Menanti-nantikan” (προσδεχόμενος - prosdexomenos)
    Ini menunjuk pada tindakan aktif menunggu dengan pengharapan yang teguh. Dalam pengertian Reformed, iman sejati selalu bersifat eskatologis — menanti penggenapan janji Allah yang kekal.

  • “Kota yang mempunyai dasar” (τὴν τοὺς θεμελίους ἔχουσαν πόλιν)
    Ini bukan sekadar kota biasa, melainkan sesuatu yang kokoh, stabil, dan kekal — tidak seperti tenda yang ditinggali Abraham.

  • “Dirancang dan dibangun oleh Allah”
    Dalam bahasa Yunani, dua kata kerja ini menunjukkan Allah sebagai Arsitek Agung (technitēs) dan Pembuat (dēmiourgos) dari realitas surgawi yang kekal.

B. Kota Surgawi: Gambaran Kerajaan Allah

Menurut tafsiran Reformed, “kota” dalam konteks ini menunjuk pada Yerusalem Baru (lih. Wahyu 21:2). Ini adalah simbol dari perhentian kekal umat Allah — kota yang bukan hasil tangan manusia, tetapi karya Allah sendiri.

2. Pandangan Para Teolog Reformed

A. John Calvin: Iman yang Menembus Kehidupan Duniawi

Dalam komentarnya atas Ibrani, Calvin menegaskan:

“Abraham, meskipun hidup di dunia, mengarahkan matanya kepada kehidupan yang lebih baik. Ia puas dengan janji-janji Allah dan tidak terikat oleh hal-hal fana.”

Bagi Calvin, iman Abraham adalah contoh dari sola fide yang tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga membentuk cara hidup yang tidak melekat pada dunia.

B. Jonathan Edwards: Kehausan Akan Surga

Edwards, dalam khotbah-khotbahnya, sering menekankan realitas surgawi sebagai motivasi utama umat Allah.

“Orang percaya adalah musafir di bumi, dan semua kerinduannya adalah akan tempat tinggal kekal — kota Allah.”

Menurut Edwards, pengharapan akan kota kekal memurnikan keinginan dan memfokuskan hidup kepada kekekalan.

C. Geerhardus Vos: Eskatologi yang Meresapi Iman

Dalam Biblical Theology, Vos menyatakan:

“Iman para bapa patriark adalah iman yang menyatu dengan pengharapan akan hal-hal yang akan datang. Mereka bukan hanya memandang ke masa lalu, tetapi ke masa depan, ke Kerajaan Allah.”

3. Kontras antara Kota Dunia dan Kota Allah

A. Kota yang Tidak Berdasar: Babel dan Dunia

Kita dapat membandingkan kota Allah dengan kota Babel. Kota Babel, dibangun oleh manusia, mencerminkan ketidaktaatan dan keinginan manusia untuk mencapai kemuliaan tanpa Allah (Kejadian 11).

“Manusia membangun menara; Allah membangun kota.” – R.C. Sproul

B. Kota yang Berdasar: Yerusalem Baru

Yerusalem baru bukan hasil pembangunan kolektif manusia, tetapi hadiah ilahi. Kota ini melambangkan:

  • Pemerintahan Allah yang kekal.

  • Persekutuan sempurna dengan Allah.

  • Perhentian dari segala penderitaan.

John Bunyan, dalam The Pilgrim’s Progress, menggambarkan kota ini sebagai tujuan akhir dari setiap musafir yang beriman.

4. Iman yang Menunggu: Kesabaran dalam Eskatologi

A. Kesabaran Abraham

Abraham hidup sebagai pengembara sepanjang hidupnya. Ia tidak pernah melihat kota itu secara fisik dalam masa hidupnya. Tapi ia hidup berdasarkan janji, bukan berdasarkan penglihatan.

“Karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.” (Ibrani 11:1)

B. Thomas Watson: Iman yang Tak Terlihat

Watson menulis:

“Iman yang sejati tidak memerlukan bukti yang kelihatan. Ia bersandar kepada karakter Allah dan janji-Nya.”

5. Aplikasi Bagi Gereja Masa Kini

A. Hidup sebagai Pengembara

Seperti Abraham, kita adalah “pendatang dan perantau” (Ibrani 11:13). Dunia ini bukan rumah kita yang sejati. Hidup Kristen harus mencerminkan sikap lepas dari keterikatan duniawi.

“Kita tidak dibentuk untuk menetap di sini, tapi untuk terus berjalan menuju rumah sejati.” – Martyn Lloyd-Jones

B. Kerinduan Akan Kekekalan

Jika iman kita tidak melahirkan kerinduan akan kota surgawi, mungkin kita terlalu nyaman di dunia ini. Gereja yang sejati adalah gereja yang hidup dengan harapan eskatologis yang aktif.

C. Menolak Keamanan Palsu

Kota dunia menjanjikan kenyamanan, keamanan, dan kestabilan. Tapi hanya kota Allah yang memberikan dasar sejati. Itulah sebabnya Abraham lebih memilih tenda — karena ia menantikan fondasi surgawi.

6. Kaitan dengan Tema-tema Teologi Reformed

A. Soli Deo Gloria – Kemuliaan bagi Allah saja

Kota yang dibangun oleh Allah menunjukkan bahwa keselamatan, tempat tinggal kekal, dan warisan surgawi adalah semata-mata karya-Nya — bukan hasil usaha manusia.

B. Perseverance of the Saints

Abraham terus menantikan kota itu sampai akhir hidupnya. Dalam teologi Reformed, hal ini mencerminkan ketekunan orang percaya sebagai bukti iman sejati.

7. Kekuatan Iman Eskatologis

A. Iman yang Memberi Arah Hidup

Karena Abraham menantikan kota itu, ia hidup berbeda. Ia taat ketika dipanggil, bahkan bersedia mempersembahkan Ishak. Semua tindakan itu berakar dari iman yang menatap kota kekal.

B. Iman yang Memberi Penghiburan

Ketika kita menderita atau kehilangan, ingatlah bahwa hidup kita diarahkan pada kota yang tidak tergoyahkan. Itulah penghiburan terbesar.

8. Pandangan Kontemporer: John Piper dan Tim Keller

John Piper:

“Jika kamu menaruh harapan pada dunia ini, kamu akan dikecewakan. Tapi jika kamu menaruh hatimu pada kota Allah, kamu tidak akan pernah dipermalukan.”

Tim Keller:

Dalam banyak khotbahnya, Keller menekankan bahwa Injil membentuk kerinduan akan dunia yang diperbarui.

“Orang Kristen bukan melarikan diri dari dunia, tapi menantikan dunia yang akan ditebus secara sempurna.”

9. Yerusalem Baru dan Pengharapan Kekal

A. Wahyu 21:1-4 sebagai Penggenapan

Penulis Ibrani dan Yohanes di Wahyu memberikan visi yang konsisten: sebuah kota di mana Allah diam bersama umat-Nya, tidak ada lagi air mata, penderitaan, dan maut.

“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem baru, turun dari surga dari Allah...” (Wahyu 21:2)

B. Harapan yang Menyala

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, iman kepada kota Allah adalah jangkar yang kokoh (Ibrani 6:19).

Kesimpulan: Memandang ke Depan, Berdiri di Atas Janji

Ibrani 11:10 bukan sekadar catatan sejarah iman Abraham. Itu adalah cetak biru bagi setiap orang percaya — bahwa kita hidup dalam dunia ini, tapi untuk dunia yang akan datang. Kita bekerja, membangun, melayani, dan menderita dalam terang janji akan kota yang kekal.

Dalam kata-kata Augustine:

“Hati kami gelisah sampai beristirahat di dalam Engkau, ya Tuhan.”

Doa Penutup

Tuhan, ajarlah kami seperti Abraham untuk hidup dengan iman yang tidak melekat pada dunia ini. Teguhkan kami dalam pengharapan akan kota yang Engkau bangun sendiri, tempat di mana kami akan bersama-Mu selamanya.

Next Post Previous Post