Kisah Para Rasul 3:9–11 - Dari Ketakjuban Menuju Pewartaan

I. Pendahuluan
Kisah Para Rasul pasal 3 mencatat salah satu mujizat besar yang terjadi pasca-Pentakosta — penyembuhan seorang lumpuh di Gerbang Indah oleh Petrus dan Yohanes. Ayat 9–11 menjadi tanggapan umat terhadap mujizat tersebut dan transisi penting menuju khotbah Petrus. Eksposisi ini akan mengeksplorasi makna teologis dan relevansi dari respons jemaat serta posisi orang lumpuh yang baru disembuhkan, sebagai simbol dari kebangunan Injil dan pengakuan akan kuasa Yesus Kristus.
II. Teks: Kisah Para Rasul 3:9–11 (AYT)
9 Semua orang melihat dia berjalan dan memuji Allah.10 Mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, dan mereka dipenuhi rasa takjub dan heran atas apa yang telah terjadi padanya.11 Sementara orang itu berpegang pada Petrus dan Yohanes, semua orang yang sangat takjub itu berlari kepada mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo.
III. Konteks Naratif dan Teologis
Peristiwa ini terjadi segera setelah mujizat penyembuhan atas seorang yang lumpuh sejak lahir (ayat 1–8). Petrus menyatakan bahwa bukan emas atau perak yang ia berikan, tetapi kuasa nama Yesus Kristus dari Nazaret. Pria itu kemudian bangkit, berjalan, melompat, dan memuji Allah. Ayat 9–11 menggambarkan bagaimana orang banyak merespons peristiwa luar biasa tersebut.
IV. Eksposisi Ayat-per-Ayat
Kisah Para Rasul 3:9: “Semua orang melihat dia berjalan dan memuji Allah”
1. Kesaksian Visual dan Transformasi yang Terlihat
Perubahan pria lumpuh itu tidak bersifat pribadi atau tersembunyi, tetapi terlihat oleh semua orang. John Calvin menulis bahwa "Tuhan menunjukkan kuasa-Nya secara publik agar umat-Nya dibangun melalui kesaksian yang nyata."
R.C. Sproul menambahkan bahwa mujizat dalam Alkitab seringkali memiliki fungsi apologetik dan pedagogis — mereka menyatakan kebenaran rohani melalui bukti fisik.
Aplikasi Reformed:
-
Teologi Reformed menekankan kesaksian hidup yang terlihat. Seperti dalam sola fide, iman sejati harus membuahkan tindakan nyata (lih. Yakobus 2:18).
-
Ketika seseorang diselamatkan oleh Kristus, hidupnya berubah secara nyata dan menjadi kesaksian bagi orang lain.
Kisah Para Rasul 3:10: “Mereka mengenal dia… dan mereka dipenuhi rasa takjub dan heran…”
2. Mujizat sebagai Alat Pewahyuan
Mereka mengenali pria itu sebagai pengemis tetap di gerbang. Fakta bahwa orang yang mereka anggap ‘tak mungkin sembuh’ kini melompat dan memuji Allah membuat mereka takjub dan heran.
Matthew Henry menulis:
"Keajaiban Injil tidak hanya menyentuh tubuh, tetapi menggoncang cara pikir manusia. Mereka yang menyaksikan itu dipaksa mengakui bahwa sesuatu yang ilahi sedang terjadi."
Teologi Reformed memahami mujizat bukan sebagai pertunjukan, melainkan konfirmasi terhadap wahyu Allah dan penyertaan-Nya terhadap utusan-Nya.
Aplikasi:
-
Dalam konteks pelayanan masa kini, perubahan hidup karena Injil harus menjadi bukti hidup kuasa Kristus, bukan hanya retorika.
-
Gereja dipanggil bukan sekadar untuk berkhotbah, tetapi menjadi tanda hidup Injil yang mentransformasi.
Kisah Para Rasul 3:11: “Orang itu berpegang pada Petrus dan Yohanes...”
3. Berpegang pada Sumber Berkat vs. Mengarah pada Kristus
Orang itu berpegang erat pada Petrus dan Yohanes — tanda rasa syukur, ketergantungan, dan mungkin keterkejutan atas apa yang ia alami.
Namun yang luar biasa adalah bahwa para rasul tidak menerima pujian, melainkan segera mengarahkan perhatian kepada Kristus (lihat ayat 12–16). John Calvin menekankan bahwa "Para rasul menjaga agar kemuliaan tetap bagi Tuhan, dengan segera mengalihkan fokus dari diri mereka kepada Dia yang memberi kuasa."
Aplikasi:
-
Pelayan Tuhan harus menolak segala bentuk kultus pribadi. Dalam tradisi Reformed, hal ini tercermin dalam soli Deo gloria — hanya Allah yang layak menerima kemuliaan.
-
Orang percaya sejati, ketika mengalami pertolongan Allah, tidak memuliakan perantara, tetapi Sang Sumber Anugerah itu sendiri.
V. Tema Teologis Utama dalam Kisah Ini
1. Mujizat sebagai Pintu Penginjilan
Mujizat ini bukan tujuan akhir, tetapi sarana agar Injil diberitakan (lihat ayat 12 dan seterusnya). Ini sesuai dengan pemahaman Reformed bahwa tanda dan mujizat mendukung pewahyuan Firman, bukan menggantikannya.
“Mujizat bukan puncak iman, tetapi jembatan menuju Firman yang menyelamatkan.” – John Stott
2. Kuasa Yesus yang Mengubah Total
Perubahan total dalam hidup orang lumpuh ini melambangkan transformasi yang terjadi ketika Injil menyentuh manusia berdosa. Dalam tradisi Reformed, ini mencerminkan doktrin regenerasi, bahwa anugerah Allah bukan hanya mengampuni, tetapi juga memperbarui.
“Regenerasi membuat orang berdosa menjadi ciptaan baru, seperti orang lumpuh yang tiba-tiba melompat dan bersorak.” – Louis Berkhof
3. Kristus sebagai Fokus Kemuliaan
Respons para rasul yang tidak menuntut pujian melainkan memuliakan Kristus adalah cermin dari prinsip utama Reformed: segala kemuliaan hanya bagi Allah (soli Deo gloria).
VI. Pandangan Reformed terhadap Mujizat dan Iman
A. Mujizat dan Teologi Iman
Reformed Theology tidak menolak mujizat, tetapi melihatnya dalam kerangka besar rencana penebusan. Mujizat memiliki tiga tujuan utama:
-
Mengkonfirmasi pewahyuan baru.
-
Menunjukkan belas kasih Allah.
-
Menguatkan iman para saksi.
Bavinck menyebut mujizat sebagai "tanda-tanda yang tidak terlepas dari Firman, tetapi mendukung otoritas Firman."
B. Mujizat dan Regenerasi
Dalam teologi Reformed, penyembuhan si lumpuh dapat diartikan sebagai simbol kelahiran baru. Seperti orang lumpuh tidak bisa berjalan tanpa pertolongan dari luar, demikian juga manusia berdosa tidak dapat datang kepada Allah tanpa anugerah yang mendahului (prevenient grace).
VII. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
1. Kesaksian Hidup yang Menarik Perhatian Dunia
Masyarakat di sekitar kita menunggu bukti nyata akan kuasa Injil. Gereja harus menjadi komunitas yang memancarkan transformasi hidup, bukan hanya pengajaran yang teoritis.
2. Kerendahan Hati dalam Pelayanan
Ketika gereja atau individu diberkati secara luar biasa, apakah kita mengarahkan kemuliaan kepada Kristus? Ataukah kita membiarkan orang “berpegang” pada kita dan membangun kultus figur?
3. Mendorong Orang Kepada Kristus, Bukan Diri Kita
Seperti Petrus dan Yohanes, kita harus menjadi jembatan menuju Yesus, bukan penghalang. Dalam setiap pelayanan, pusat perhatian harus tetap Kristus yang bangkit, bukan kehebatan atau kesalehan pribadi.
VIII. Kesimpulan: Takjub, Tergerak, dan Tertuju pada Kristus
Perikop Kisah Para Rasul 3:9–11 tidak hanya mencatat reaksi orang-orang terhadap mujizat, tetapi juga membuka pintu bagi penginjilan yang kuat. Dari kekaguman atas penyembuhan, mereka akhirnya akan diperhadapkan dengan kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Sang Mesias yang mereka salibkan — dan yang kini menyembuhkan, menyelamatkan, dan mengubah hidup.
Sebagai umat Tuhan masa kini, kita dipanggil untuk:
-
Menjadi saksi atas transformasi hidup yang Allah kerjakan.
-
Mengalihkan semua kemuliaan kepada Kristus.
-
Memimpin orang lain bukan kepada kekuatan manusia, tetapi kepada Injil yang menyelamatkan.