Tugas Persekutuan Orang Percaya
Pendahuluan: Mengapa Persekutuan Kristen Itu Penting
Persekutuan Kristen (Christian fellowship) bukan hanya sekadar pertemuan sosial atau acara makan bersama, melainkan suatu persekutuan rohani yang Allah rancangkan bagi pertumbuhan iman umat-Nya. Dalam teologi Reformed, persekutuan adalah salah satu sarana anugerah (means of grace) yang Tuhan berikan, selain Firman dan sakramen, untuk menguatkan tubuh Kristus. Rasul Yohanes menulis:
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”
(1 Yohanes 1:3)
John Calvin menegaskan bahwa fellowship yang sejati tidak bisa dilepaskan dari kesatuan dengan Kristus. Persekutuan sejati lahir dari persatuan dengan Dia, lalu mengalir kepada persatuan dengan sesama orang percaya.
1. Dasar Alkitabiah Persekutuan Kristen
1.1 Persekutuan yang Berpusat pada Kristus
Persekutuan Kristen sejati dimulai dari hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Paulus menyebut gereja sebagai “tubuh Kristus” (1 Korintus 12:27). Dalam tubuh ini, setiap anggota memiliki fungsi yang berbeda tetapi saling bergantung.
Martyn Lloyd-Jones menegaskan:
“Tidak ada persekutuan Kristen tanpa Kristus di pusatnya. Persekutuan sejati lahir dari pengalaman bersama akan kasih karunia Allah.”
1.2 Persekutuan sebagai Perintah, Bukan Pilihan
Ibrani 10:24-25 mengingatkan:
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati.”
John Owen dalam The Duties of Christian Fellowship menulis bahwa mengabaikan persekutuan berarti melemahkan tubuh Kristus dan menolak salah satu cara Allah memelihara iman kita.
2. Tugas-Tugas Persekutuan Orang Percaya
Dalam The Duties of Christian Fellowship, John Owen menguraikan beberapa kewajiban praktis orang percaya dalam persekutuan. Teologi Reformed melihat tugas-tugas ini sebagai wujud nyata kasih Kristus di tengah jemaat.
2.1 Saling Mengasihi dalam Kasih Kristus
Yohanes 13:34-35:
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi... Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku.”
Calvin menekankan bahwa kasih ini bukan sekadar emosi, tetapi tindakan nyata yang mengorbankan kepentingan pribadi demi saudara seiman.
Aplikasi SEO keyword: kasih persaudaraan Kristen, saling mengasihi dalam gereja, tugas persekutuan Kristen.
2.2 Saling Mendoakan
Yakobus 5:16:
“Doakanlah seorang akan yang lain, supaya kamu sembuh.”
Owen menekankan doa syafaat sebagai nafas persekutuan. Gereja yang sehat adalah gereja yang anggotanya saling membawa beban dalam doa (Galatia 6:2).
2.3 Saling Menasihati dan Mengoreksi
Amsal 27:17:
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.”
Teologi Reformed menekankan church discipline bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai bentuk kasih yang menjaga kekudusan jemaat (Matius 18:15-17).
R.C. Sproul menulis bahwa disiplin gereja adalah tanda kasih Allah bagi umat-Nya agar mereka tidak tersesat.
2.4 Saling Melayani Sesuai Karunia
1 Petrus 4:10:
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”
Dalam teologi Reformed, karunia rohani adalah pemberian Allah untuk membangun tubuh Kristus, bukan untuk meninggikan diri.
2.5 Menanggung Beban Bersama
Galatia 6:2:
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”
Calvin menafsirkan ayat ini sebagai panggilan untuk sabar menanggung kelemahan saudara kita, sebagaimana Kristus telah sabar terhadap kita.
3. Ciri-Ciri Persekutuan Kristen yang Sehat
Berdasarkan Kitab Kisah Para Rasul 2:42-47, persekutuan Kristen yang sehat memiliki unsur-unsur berikut:
-
Setia pada pengajaran rasul (sound doctrine).
-
Kesatuan hati dalam doa dan ibadah.
-
Kepedulian sosial dan saling berbagi.
-
Kesaksian yang membawa pertumbuhan jemaat.
John Stott dalam The Living Church menekankan bahwa gereja yang sehat selalu memadukan Firman, persekutuan, ibadah, dan penginjilan.
4. Hambatan dalam Persekutuan Kristen
Meski idealnya persekutuan adalah indah, realitas di lapangan sering menghadapi hambatan:
-
Individualisme – budaya modern yang menekankan kebebasan pribadi di atas kepentingan bersama.
-
Perpecahan – akibat gosip, iri hati, atau perselisihan teologis.
-
Ketidakdewasaan rohani – yang membuat jemaat mudah tersinggung atau tidak mau dikoreksi.
Teologi Reformed mengajarkan bahwa solusi dari semua hambatan ini adalah kembali kepada Injil, karena hanya kasih karunia yang dapat mengubah hati.
5. Persekutuan dan Misi Gereja
Persekutuan bukan tujuan akhir, melainkan sarana untuk melaksanakan misi Allah di dunia. Yesus berdoa agar kesatuan murid-murid-Nya menjadi kesaksian bagi dunia (Yohanes 17:21).
Jonathan Edwards menulis bahwa kesatuan umat Allah adalah gambaran dari kemuliaan surgawi, di mana semua orang kudus akan bersama-sama memuji Allah untuk selama-lamanya.
6. Aplikasi Praktis bagi Jemaat Masa Kini
-
Hadiri ibadah dan pertemuan doa secara konsisten – persekutuan dimulai dari kehadiran.
-
Bangun hubungan pribadi – bukan hanya salam di pintu gereja, tetapi kenal lebih dalam satu sama lain.
-
Praktekkan doa syafaat – buat daftar nama jemaat untuk didoakan setiap minggu.
-
Terlibat dalam pelayanan – gunakan karunia untuk membangun tubuh Kristus.
-
Jaga kekudusan hidup – supaya persekutuan tidak ternoda dosa yang tidak diakui.
Kesimpulan: Persekutuan sebagai Cerminan Kemuliaan Allah
Tugas persekutuan orang percaya bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi panggilan ilahi yang mencerminkan hubungan Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dalam persekutuan, kita mengalami, membagikan, dan memancarkan kasih Allah.
Seperti kata John Owen:
“Persekutuan orang kudus adalah bagian dari kemuliaan Kristus di dunia ini, dan kewajiban kita adalah memeliharanya dengan segala kesungguhan hati.”