Markus 4:21–25 Terang yang Tidak Disembunyikan

Pendahuluan: Terang yang Tidak Dapat Disembunyikan
Ketika Tuhan Yesus berbicara dalam perumpamaan, Ia tidak hanya bermaksud memberikan kisah moral, tetapi menyingkapkan misteri kerajaan Allah kepada mereka yang memiliki telinga untuk mendengar. Dalam Markus 4:21–25, Yesus melanjutkan pengajaran-Nya setelah perumpamaan tentang penabur dan benih. Jika perumpamaan penabur berbicara tentang cara Injil diterima oleh hati manusia, maka bagian ini berbicara tentang tanggung jawab mereka yang telah menerima Injil itu — yakni untuk memancarkan terang kebenaran dan bertumbuh dalam pemahaman rohani.
Mari kita baca teksnya:
“Lalu Yesus berkata lagi kepada mereka: ‘Tidak pernahkah orang membawa pelita untuk diletakkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur? Bukankah untuk diletakkan di atas kaki dian? Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!’ Lalu Ia berkata lagi: ‘Perhatikanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu dan malah akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa yang ada padanya akan diambil juga.’” (Markus 4:21–25)
I. Terang yang Tidak Disembunyikan (Markus 4:21–22)
1. Gambaran Pelita di atas Kaki Dian
Yesus menggunakan gambaran yang sangat sederhana dan dikenal di rumah tangga Yahudi: pelita (lampu minyak) yang digunakan untuk menerangi rumah pada malam hari. Pelita kecil itu tidak berguna bila disembunyikan di bawah gantang (wadah takaran gandum) atau di bawah tempat tidur. Ia harus diletakkan di atas kaki dian agar cahayanya menyinari seluruh ruangan.
Menurut John Calvin, perumpamaan ini menegaskan bahwa Injil Kristus adalah terang yang tidak dapat disembunyikan selamanya. Calvin menulis dalam Commentary on the Synoptic Gospels:
“Kristus datang untuk menyalakan terang kebenaran, bukan untuk menyembunyikannya. Maka setiap murid yang telah menerima terang itu dipanggil untuk memancarkannya, karena Injil tidak diberikan agar tinggal tersembunyi di hati seseorang, tetapi agar bersinar bagi dunia.”
Dengan kata lain, iman sejati tidak hanya bersifat pribadi dan tersembunyi, tetapi bersifat misioner dan terbuka. Orang yang telah menerima terang Kristus dipanggil untuk membiarkan terang itu bersinar melalui perkataan, tindakan, dan kesaksian hidupnya.
2. Terang sebagai Kebenaran yang Akan Dinampakkan
Markus 4:22 menyatakan,
“Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.”
Ayat ini memiliki dua lapisan makna:
Pertama, secara positif, Yesus mengacu pada kebenaran kerajaan Allah yang semula tampak tersembunyi dalam perumpamaan, tetapi suatu hari akan dinyatakan sepenuhnya. William Hendriksen dalam komentarnya menjelaskan bahwa pelayanan Yesus saat itu memang masih tersembunyi dari banyak orang, tetapi terang Injil akan bersinar semakin terang melalui kematian dan kebangkitan-Nya, serta pemberitaan para rasul.
Kedua, secara moral dan eskatologis, ayat ini juga mengingatkan bahwa semua hal tersembunyi — termasuk keadaan hati manusia — akan dibuka oleh Allah. Tidak ada kemunafikan yang dapat bertahan di hadapan terang Kristus. Ini sejalan dengan Yohanes 3:19–20:
“Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang…”
Oleh sebab itu, terang Injil selalu membawa dua efek: menghibur orang yang menerima, tetapi menghakimi orang yang menolak.
3. Aplikasi bagi Gereja
Sebagai gereja, kita dipanggil menjadi kaki dian bagi terang Kristus. Gereja bukan tempat untuk menyembunyikan Injil di balik liturgi, tradisi, atau tembok bangunan. Gereja sejati adalah komunitas yang hidup dari Injil dan memancarkannya keluar ke dunia.
R.C. Sproul mengatakan,
“The church is not a museum for saints but a lighthouse for sinners.”
(Gereja bukan museum bagi orang suci, tetapi menara suar bagi orang berdosa.)
Terang Kristus tidak boleh dipadamkan oleh ketakutan, kompromi, atau keinginan untuk menyenangkan dunia. Di tengah relativisme moral dan tekanan budaya sekular, gereja harus tetap menempatkan pelita di atas kaki dian — memberitakan Kristus dengan setia dan tanpa malu
II. Pendengaran yang Benar terhadap Firman (Markus 4:23–24a)
Yesus melanjutkan dengan peringatan penting:
“Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
“Perhatikanlah apa yang kamu dengar!”
Ungkapan ini mengandung panggilan untuk tanggung jawab rohani. Tidak cukup hanya mendengar secara fisik, tetapi kita harus mendengar dengan hati yang taat. Dalam konteks Markus 4, banyak orang mendengar perumpamaan Yesus, tetapi hanya sedikit yang sungguh mengerti maknanya.
1. Tanggung Jawab Pribadi terhadap Kebenaran
Menurut Herman Ridderbos, Yesus menegaskan prinsip kerajaan Allah: setiap wahyu Allah menuntut respons yang sesuai. Semakin besar terang yang kita terima, semakin besar pula tanggung jawab kita. Firman Tuhan bukan hanya untuk dikagumi, tetapi untuk ditaati.
Kata “perhatikanlah” (Yunani: blepete) berarti “waspadalah, berhati-hatilah, renungkanlah dengan sungguh-sungguh.” Ini berarti setiap orang percaya harus aktif memperhatikan isi dan kebenaran Firman yang didengar. Tidak boleh ada sikap pasif atau acuh terhadap pemberitaan Firman.
John Stott, seorang teolog Reformed Injili, menulis:
“Pendengaran yang sejati terhadap Firman tidak pernah berhenti pada pendengaran. Firman Allah menuntut ketaatan, dan ketaatan adalah bukti bahwa seseorang sungguh mendengar.”
2. Aplikasi Praktis
Kita hidup di zaman di mana Firman Tuhan dapat diakses begitu mudah — melalui Alkitab digital, khotbah daring, dan berbagai media. Namun paradoksnya, generasi ini sering kali paling dangkal dalam mendengarkan Firman. Banyak orang mendengar tanpa merenungkan, mengetahui tanpa menghidupi.
Yesus menegur dengan keras: “Perhatikanlah apa yang kamu dengar.” Artinya, jangan biarkan Firman hanya lewat di telinga, tetapi biarlah menembus hati dan mengubah hidup.
III. Prinsip Ukuran yang Diberikan (Markus 4:24b–25)
“Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu dan malah akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa yang ada padanya akan diambil juga.”
Ayat ini tampak sederhana, tetapi mengandung hukum rohani yang sangat dalam.
1. Prinsip Timbal Balik dalam Mendengar Firman
Yesus memakai gambaran “ukuran” — sebuah prinsip yang sering digunakan dalam budaya Ibrani untuk menunjukkan keadilan timbal balik (band. Matius 7:2). Tetapi dalam konteks ini, Yesus menggunakannya untuk menjelaskan cara Allah memperlakukan seseorang berdasarkan sikapnya terhadap Firman.
-
Siapa yang mendengar dengan sungguh dan taat, akan menerima lebih banyak pengertian rohani.
-
Siapa yang acuh dan tidak menghargai Firman, akan kehilangan bahkan apa yang sedikit dimilikinya.
William Hendriksen menyebut ini sebagai “the law of spiritual growth and decay” — hukum pertumbuhan dan kemerosotan rohani. Orang yang setia menerima terang akan ditambahkan terang lebih besar; orang yang menolak terang akan semakin tenggelam dalam kegelapan.
John Calvin menulis:
“Allah tidak pernah membiarkan terang-Nya tetap diam dalam hati yang malas. Siapa yang mengabaikan Firman, ia sedang menutup pintu bagi lebih banyak anugerah.”
2. Anugerah yang Bertumbuh dalam Ketaatan
Ini sejalan dengan prinsip Reformed tentang pertumbuhan dalam anugerah (growth in grace). Allah memberikan lebih banyak pengertian dan hikmat kepada mereka yang setia menggunakan terang yang telah mereka miliki. Sebaliknya, mereka yang tidak menghargai Firman akan kehilangan kepekaan rohani.
Sinclair Ferguson menegaskan bahwa ini adalah bentuk anugerah progresif, di mana Allah menambahkan pemahaman bagi yang setia. Ia berkata:
“The measure of our growth in grace is determined by our obedience to the truth we already know.”
(Ukuran pertumbuhan kita dalam anugerah ditentukan oleh ketaatan kita terhadap kebenaran yang sudah kita ketahui.)
3. Aplikasi bagi Pelayanan Gereja
Gereja yang setia mengajarkan Firman dengan benar akan mengalami pertumbuhan rohani yang sejati. Namun gereja yang mengabaikan kebenaran — yang lebih fokus pada hiburan, popularitas, atau hal-hal duniawi — akan kehilangan terang Injil.
Pertumbuhan gereja sejati bukanlah soal jumlah, melainkan soal kedalaman dan ketaatan terhadap Firman. Firman yang diberitakan dengan setia akan menghasilkan jemaat yang bertumbuh dalam kasih, kekudusan, dan pengenalan akan Kristus.
IV. Terang, Pendengaran, dan Ukuran: Kesatuan Prinsip Kerajaan Allah
Bila kita memperhatikan keseluruhan Markus 4:21–25, kita melihat satu rangkaian logika rohani:
-
Terang (Markus 4:21–22): Kebenaran Kristus tidak boleh disembunyikan.
-
Pendengaran (ay. 23–24a): Kebenaran harus diterima dengan hati yang taat.
-
Ukuran (ay. 24b–25): Respons terhadap kebenaran menentukan berkat rohani berikutnya.
Dengan demikian, kehidupan rohani tidak pernah statis. Siapa yang setia akan bertumbuh; siapa yang acuh akan merosot. Ini adalah hukum rohani yang berlaku sepanjang zaman.
1. Penerapan bagi Orang Percaya
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, kehidupan iman kita adalah perjalanan di bawah terang Injil. Kita tidak dipanggil untuk menjadi pendengar pasif, tetapi penanggung jawab terang itu di dunia. Tuhan Yesus menegaskan bahwa terang tidak bisa disembunyikan — sama seperti kehidupan orang percaya yang sejati tidak bisa terus-menerus bersembunyi dari kesaksian.
Kita dipanggil untuk:
-
Membiarkan terang Kristus bersinar dalam pekerjaan, keluarga, dan pelayanan.
-
Mendengar Firman dengan hati yang rendah dan haus akan kebenaran.
-
Menggunakan setiap berkat rohani untuk kemuliaan Allah, bukan untuk kepentingan diri sendiri.
2. Penerapan bagi Gereja Reformed Masa Kini
Dalam tradisi Reformed, kita menekankan bahwa Firman adalah pusat ibadah dan kehidupan gereja (Sola Scriptura). Namun bahaya yang harus diwaspadai adalah ketidaktaatan praktis terhadap Firman yang kita akui.
Kita bisa memiliki teologi yang benar, liturgi yang indah, dan pengakuan iman yang kokoh, tetapi jika kita tidak hidup dalam ketaatan dan kesaksian, maka terang itu sedang kita sembunyikan di bawah gantang.
Gereja Reformed sejati adalah gereja yang memancarkan terang Firman ke dalam dunia, yang berani bersuara melawan dosa, menegakkan kebenaran, dan mengasihi dengan kasih Kristus.
V. Kesimpulan: Berjalan dalam Terang Kristus
Markus 4:21–25 mengajarkan kepada kita tiga prinsip besar:
-
Terang Injil harus dipancarkan.
Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan (Roma 1:16). -
Firman harus didengar dengan hati yang taat.
Pendengaran yang sejati menuntun kepada ketaatan. Tanpa ketaatan, pengetahuan hanya menjadi kebanggaan kosong. -
Anugerah bertumbuh melalui ketaatan.
Siapa yang setia menggunakan terang yang dimiliki akan menerima lebih banyak terang. Tetapi siapa yang menolak terang, akan kehilangan bahkan apa yang sedikit dimilikinya.
Akhirnya, sebagaimana pelita tidak dibuat untuk disembunyikan, demikian juga kehidupan orang percaya tidak diciptakan untuk berdiam dalam kegelapan. Kita adalah pelita di dunia ini, bukan karena terang kita sendiri, tetapi karena Kristus, Sang Terang Dunia, hidup di dalam kita (Yohanes 8:12).