Mazmur 5:11–12 Sukacita dan Perlindungan Bagi Orang Benar

Mazmur 5:11–12 Sukacita dan Perlindungan Bagi Orang Benar

Pendahuluan

Kehidupan orang percaya di dunia ini tidak lepas dari kesulitan, bahaya, dan kejahatan. Kita hidup di tengah dunia yang menentang Allah, dan sering kali hati kita merasa tertekan oleh ketidakadilan, ketidakpastian, dan penderitaan. Namun, di tengah semua itu, Mazmur 5 mengajarkan bahwa Allah bukan hanya mendengar doa umat-Nya, tetapi juga memberikan sukacita dan perlindungan kepada mereka yang berlindung pada-Nya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud, seorang raja yang hidup dalam tekanan dan ancaman, baik dari luar maupun dari dalam. Namun, di akhir mazmur, ia tidak menutup dengan ratapan, melainkan dengan nyanyian kemenangan. Dua ayat terakhir ini (Mazmur 5:11–12) adalah puncak sukacita yang lahir dari iman kepada Allah yang hidup dan setia.

Mari kita baca firman Tuhan:

“Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya; Engkau akan menaungi mereka, dan orang yang mengasihi nama-Mu akan bersukacita karena Engkau. Sebab Engkau, ya TUHAN, memberkati orang benar; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.”
Mazmur 5:11–12

Inilah tema khotbah kita hari ini: “Sukacita dan Perlindungan Bagi Orang Benar.”

Mazmur ini mengajarkan kepada kita bahwa di tengah dunia yang jahat, Allah menjadi tempat perlindungan yang aman, sumber sukacita yang sejati, dan pelindung yang setia bagi umat-Nya.

1. Konteks dan Latar Belakang Mazmur 5

Mazmur 5 merupakan doa pagi dari Daud. Dalam ayat 1–3, Daud memohon agar Tuhan mendengarkan seruannya di awal hari. Ayat 4–10 menggambarkan kontras antara orang fasik yang Allah tolak dengan orang benar yang Allah terima.

Kemudian, ayat 11–12 menjadi klimaks dari seluruh mazmur: di tengah situasi yang menekan, Daud mengalihkan pandangannya kepada Allah dan menemukan damai serta sukacita.

John Calvin dalam komentarnya mengatakan:

“Di dalam Mazmur ini, Daud menunjukkan bahwa jalan satu-satunya untuk memiliki ketenangan sejati adalah dengan bersandar kepada Allah. Sekalipun orang fasik tampak berkuasa, orang benar memiliki perlindungan yang tidak dapat ditembus karena Allah sendiri menjadi perisainya.”

Dengan demikian, Mazmur 5:11–12 bukan sekadar penutup doa, melainkan deklarasi iman: Allah memelihara umat-Nya, memberi mereka sukacita, dan melindungi mereka dari segala kejahatan.

2. “Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita” (Mazmur 5:11a)

Frasa pertama ini mengandung kontras yang kuat. Dalam ayat sebelumnya (ayat 10), Daud menggambarkan kebinasaan orang fasik — mereka ditolak karena tipu daya dan kejahatannya. Tetapi di Mazmur 5:11, Daud berkata “Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita.”

Kata “berlindung” dalam bahasa Ibrani adalah ḥāsâ, yang berarti “bersembunyi di bawah perlindungan seseorang yang lebih kuat.” Ini adalah bahasa perjanjian — gambaran umat Allah yang menemukan keamanan di bawah sayap-Nya.

Matthew Henry menafsirkan bagian ini dengan berkata:

“Mereka yang menjadikan Allah sebagai perlindungan mereka tidak akan kehilangan sukacita, bahkan ketika dunia menentang mereka. Sebab mereka tahu, perlindungan Allah lebih kokoh daripada tembok-tembok dunia.”

Sukacita yang dimaksud di sini bukanlah perasaan dangkal yang bergantung pada keadaan, melainkan sukacita yang lahir dari iman kepada Allah yang berdaulat.

John Gill menjelaskan:

“Orang benar bersukacita bukan karena keadaan mereka nyaman, tetapi karena mereka tahu kepada siapa mereka berlindung. Sukacita itu tidak berasal dari dunia, melainkan dari Tuhan yang menjadi perlindungan mereka.”

Sukacita ini adalah buah dari kepercayaan. Di tengah bahaya, orang percaya tidak perlu takut, karena mereka tahu bahwa Allah adalah tempat perlindungan yang kokoh.

Seperti Daud berkata dalam Mazmur lain:

“TUHAN adalah gunung batuku, kubu pertahananku, dan penyelamatku.” (Mazmur 18:3)

Artinya, iman yang sejati selalu melahirkan sukacita sejati. Orang yang benar-benar percaya kepada Allah tidak hanya hidup dalam rasa aman, tetapi juga dalam sukacita yang mendalam — sebab mereka tahu siapa yang memegang hidup mereka.

3. “Mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya” (Mazmur 5:11b)

Kata “bersorak-sorai” di sini (Ibrani: rānān) berarti “berseru dengan sukacita yang meluap.” Ini menggambarkan ekspresi eksternal dari sukacita batin.

Daud tidak hanya berkata bahwa orang benar akan bersukacita, tetapi bahwa mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya. Ini menunjukkan ketekunan dan kekekalan sukacita orang benar.

Calvin menulis bahwa sukacita ini “tidak sebentar seperti kebahagiaan dunia, melainkan kekal karena berakar pada hubungan yang kekal dengan Allah.” Dunia memberi kebahagiaan yang cepat hilang, tetapi sukacita dari Allah bersifat abadi.

Kata “selama-lamanya” menunjukkan bahwa sukacita orang percaya tidak akan terputus, bahkan oleh penderitaan atau kematian. Sukacita ini melampaui batas waktu dan ruang, karena berakar pada karakter Allah yang tidak berubah.

Charles Spurgeon dalam The Treasury of David berkata:

“Sukacita orang benar tidak bergantung pada musim kehidupan, karena sumbernya adalah Allah yang kekal. Dunia mungkin merampas segalanya, tetapi tidak dapat merampas sukacita di dalam Tuhan.”

Inilah penghiburan besar bagi gereja. Dunia dapat menindas tubuh kita, tetapi tidak dapat merampas sukacita kita di dalam Kristus.

4. “Engkau akan menaungi mereka” (Mazmur 5:11c)

Kalimat ini menggambarkan tindakan aktif Allah dalam melindungi umat-Nya. Kata “menaungi” (Ibrani: sāḵaḵ) sering dipakai untuk menggambarkan perlindungan sayap Allah seperti induk burung yang melindungi anak-anaknya.

Daud memakai metafora yang lembut namun kuat — perlindungan yang bukan sekadar fisik, tetapi menyeluruh dan penuh kasih.

John Calvin menulis:

“Allah bukan hanya pelindung dari bahaya luar, tetapi juga peneduh yang menenangkan hati yang gundah. Ia menaungi kita bukan hanya dengan kuasa-Nya, tetapi juga dengan kasih-Nya.”

Mazmur 91:4 menegaskan:

“Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung.”

Perlindungan Allah bukan seperti benteng dingin yang tanpa perasaan, melainkan perlindungan yang penuh kelembutan dari seorang Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya.

Matthew Henry menambahkan bahwa “Allah menaungi orang percaya dengan pemeliharaan yang terus-menerus. Bahkan ketika mereka tidak menyadarinya, tangan-Nya yang kuat tetap bekerja untuk menjaga mereka dari kejahatan.”

Kita tidak selalu melihat perlindungan Allah secara kasat mata, tetapi iman meyakinkan kita bahwa setiap naungan-Nya nyata. Dalam kesendirian, dalam pencobaan, dalam penganiayaan — naungan Allah tetap ada.

5. “Orang yang mengasihi nama-Mu akan bersukacita karena Engkau” (Mazmur 5:11d)

Daud melanjutkan dengan menyebut kelompok khusus: “orang yang mengasihi nama-Mu.”
Mengasihi nama Tuhan berarti menghormati karakter dan kehendak-Nya — bukan hanya mengucap nama-Nya dengan bibir, tetapi hidup untuk kemuliaan-Nya.

John Gill menjelaskan bahwa kasih kepada nama Tuhan adalah tanda sejati dari orang percaya:

“Mereka yang mengasihi nama Tuhan, bukan hanya karena berkat-Nya, tetapi karena siapa Dia adanya. Mereka bersukacita bukan karena mendapat sesuatu dari Tuhan, melainkan karena mereka memiliki Tuhan itu sendiri.”

Inilah puncak dari iman yang dewasa: sukacita bukan karena keadaan, tetapi karena Allah sendiri menjadi sukacita kita.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyatakan, “Puncak kebahagiaan manusia adalah bersukacita di dalam Allah, bukan di luar Dia. Semua sukacita sejati bersumber dalam relasi perjanjian antara Allah dan umat-Nya.”

Bagi orang yang mengasihi nama Tuhan, tidak ada keadaan yang bisa memadamkan sukacita mereka. Mereka tahu bahwa kasih setia Allah lebih besar daripada penderitaan apa pun.

Seperti Rasul Paulus berkata:

“Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!” (Filipi 4:4)

6. “Sebab Engkau, ya TUHAN, memberkati orang benar” (Mazmur 5:12a)

Mazmur 5:12 menjelaskan dasar dari semua sukacita ini: berkat Tuhan atas orang benar.

Kata “memberkati” di sini menunjukkan tindakan Allah yang aktif dalam mengaruniakan kebaikan-Nya kepada umat-Nya. Ini bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah yang mengalir dari kasih perjanjian-Nya.

Calvin menulis:

“Segala kebaikan yang dimiliki orang benar bersumber dari berkat Allah. Tanpa berkat itu, segala kerja keras manusia akan sia-sia.”

Berkat yang dimaksud bukan hanya berkat materi, tetapi terutama berkat rohani: kehadiran Allah, damai sejahtera-Nya, dan jaminan keselamatan.

Geerhardus Vos menekankan bahwa “berkat dalam Perjanjian Lama selalu menunjuk kepada persekutuan dengan Allah.” Maka, ketika Daud berkata bahwa Allah memberkati orang benar, itu berarti Allah memberi diri-Nya sendiri sebagai bagian mereka.

Inilah inti dari Injil: Allah tidak hanya memberi kita berkat, tetapi menjadi berkat itu sendiri.

7. “Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai” (Mazmur 5:12b)

Frasa terakhir ini adalah salah satu gambar paling indah dalam Mazmur 5. Kata “memagari” (Ibrani: ʿāṭar) berarti “mengelilingi” atau “menutup rapat.” Dan yang menjadi pagar itu bukan tembok batu, melainkan anugerah Allah.

Daud memakai metafora “perisai” — alat pelindung dalam pertempuran. Artinya, Allah melingkupi orang benar dari segala sisi dengan kasih karunia-Nya, sehingga tidak ada serangan musuh yang dapat menembusnya.

Spurgeon menulis:

“Lihatlah betapa lembut tetapi kuatnya perlindungan Allah! Ia tidak hanya menaruh perisai di depan kita, tetapi mengelilingi kita dengan anugerah seperti perisai yang menutup seluruh tubuh.”

Calvin menegaskan hal serupa:

“Anugerah Allah tidak hanya menutupi dosa kita, tetapi juga menjaga kita dari serangan baru. Seperti perisai yang melindungi dari panah, anugerah menangkis segala tuduhan musuh.”

Anugerah adalah pagar rohani yang tidak dapat ditembus oleh Iblis, dunia, atau dosa. Ini berarti keamanan orang benar bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena kasih karunia Allah yang melindungi mereka.

Rasul Paulus menulis hal serupa:

“Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31)

Anugerah Allah bukan hanya memberi pengampunan, tetapi juga perlindungan aktif. Ia menjaga kita agar tetap setia, dan memastikan bahwa kita tidak akan binasa.

Thomas Watson, teolog Puritan, berkata:

“Anugerah Allah adalah benteng yang tidak dapat ditembus. Orang yang hidup di bawah naungan anugerah tidak akan pernah kehilangan keselamatan, karena Allah sendiri yang menjaganya.”

8. Penerapan Bagi Gereja Masa Kini

Mazmur 5:11–12 bukan hanya nyanyian pribadi Daud, tetapi juga doa bagi seluruh gereja di setiap zaman. Di dalamnya kita menemukan tiga kebenaran praktis yang meneguhkan hidup iman kita hari ini.

a. Sukacita sejati hanya ada di dalam Allah

Banyak orang mencari kebahagiaan dalam kenyamanan, kekayaan, atau reputasi. Tetapi sukacita sejati tidak ditemukan di luar Allah.

Sukacita Kristen bukan hasil dari keadaan baik, tetapi hasil dari hubungan benar dengan Allah.
Oleh sebab itu, ketika hidup kita berguncang, kita dipanggil untuk kembali kepada sumber sukacita sejati — Allah sendiri.

b. Perlindungan sejati bukan dari dunia, tetapi dari kasih karunia Allah

Dunia menawarkan keamanan palsu: kekuasaan, uang, atau popularitas. Namun, hanya anugerah Allah yang menjadi perisai sejati bagi jiwa kita.

Kita mungkin tidak selalu dilindungi dari penderitaan, tetapi kita pasti dilindungi dari kebinasaan rohani.
Kristus sendiri berkata:

“Tidak seorang pun akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yohanes 10:28)

c. Kasih kepada nama Tuhan adalah tanda iman sejati

Orang benar tidak hanya mencari perlindungan dari Tuhan, tetapi juga mengasihi nama-Nya.
Mereka tidak hanya datang kepada Allah karena butuh pertolongan, tetapi karena hati mereka melekat pada-Nya.

Sebagaimana Jonathan Edwards menulis, “Kasih sejati kepada Allah membuat kita bersukacita dalam hadirat-Nya lebih daripada dalam berkat-berkat-Nya.”

9. Kesimpulan: Gereja yang Bersukacita di Bawah Naungan Anugerah

Mazmur 5:11–12 menutup doa Daud dengan nada kemenangan. Di tengah dunia yang jahat, Daud menemukan dua hal yang tak tergoyahkan: sukacita dan perlindungan.

Allah adalah tempat perlindungan umat-Nya, sumber sukacita mereka, dan perisai kasih karunia yang mengelilingi mereka.

Ketika kita menghadapi pencobaan, kita dapat berkata seperti Daud:

“Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita.”

Dan ketika dunia menekan kita, kita dapat berkata dengan iman:

“Engkau memagari aku dengan anugerah-Mu seperti perisai.”

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post