Mazmur 11:1–3 - Tetap Teguh Saat Dasar Runtuh

Mazmur 11:1–3 - Tetap Teguh Saat Dasar Runtuh

Pendahuluan

Mazmur 11 merupakan salah satu nyanyian Daud yang menggambarkan konflik antara ketakutan manusia dan kepercayaan yang teguh kepada Allah. Dalam konteks ini, Daud menghadapi situasi bahaya besar—baik secara politik, sosial, maupun spiritual. Orang-orang di sekelilingnya menasihatinya untuk melarikan diri dari ancaman musuh, namun Daud menolak saran itu karena imannya berakar pada Tuhan, bukan pada strategi manusia.

Mazmur 11:1–3 menggambarkan ketegangan antara iman dan ketakutan. Ini menjadi refleksi bagi umat percaya sepanjang zaman: ketika “dasar-dasar” kehidupan—kebenaran, keadilan, moralitas, dan iman—runtuh di sekeliling kita, kepada siapa kita berpaling?

1. “Dalam TUHAN aku mencari perlindungan” (Mazmur 11:1a)

Daud memulai dengan deklarasi iman yang tegas: “Dalam TUHAN aku mencari perlindungan.” Kalimat ini adalah inti dari seluruh mazmur. Dalam bahasa Ibrani, kata untuk “perlindungan” (ḥāsāh) sering digunakan untuk menggambarkan tindakan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan di tengah bahaya.

Menurut John Calvin dalam Commentary on the Psalms, Daud menyatakan kepercayaannya sebagai bentuk penolakan terhadap nasihat duniawi. Calvin menulis:

“Ketika dunia memerintahkan kita untuk lari dari kesulitan, iman memerintahkan kita untuk tetap berdiri teguh dalam Tuhan.”

Bagi Calvin, kepercayaan kepada Tuhan bukanlah sikap pasif atau fatalistik, tetapi tindakan aktif untuk menolak rasa takut dan menegaskan bahwa keselamatan sejati hanya berasal dari Allah.

Matthew Henry dalam tafsirnya juga menekankan bahwa Daud bukan sekadar mengucapkan keyakinan, melainkan menghidupinya. Ia tidak menunggu kondisi aman untuk percaya, tetapi percaya di tengah ancaman. Henry menulis:

“Iman sejati diuji bukan ketika bahaya telah berlalu, tetapi ketika panah sedang diarahkan kepada kita.”

Dengan demikian, Mazmur 11:1 bukan hanya pernyataan iman Daud, melainkan juga seruan bagi setiap orang percaya untuk menjadikan Tuhan satu-satunya tempat perlindungan, bahkan ketika semua alternatif tampak lebih logis.

2. “Bagaimana kamu dapat berkata kepada jiwaku: ‘Terbanglah ke gunungmu seperti burung!’” (Mazmur 11:1b)

Bagian ini menggambarkan tekanan dari pihak luar—mungkin sahabat atau penasihat Daud—yang mendorongnya untuk melarikan diri dari bahaya. Dalam bahasa puitis, mereka berkata, “Terbanglah ke gunungmu seperti burung!” Ungkapan ini mencerminkan keinginan untuk menghindari konflik, mencari keamanan diri, dan menjauh dari tanggung jawab iman.

Namun, Daud menolak. Ia menegaskan bahwa melarikan diri bukan solusi bagi orang yang beriman.

Charles Spurgeon, dalam The Treasury of David, menafsirkan bagian ini sebagai gambaran perbedaan antara orang dunia dan orang beriman:

“Orang dunia berkata: ‘Lari dan lindungi dirimu.’ Orang beriman berkata: ‘Tinggallah dan percayalah kepada Tuhan.’”

Spurgeon menambahkan bahwa iman sejati menolak kepanikan moral. Dunia mungkin menawarkan tempat persembunyian, tetapi hanya Tuhan yang memberi perlindungan sejati.

Dalam konteks kehidupan modern, nasihat “terbanglah ke gunung” bisa berarti menghindari tanggung jawab moral, kompromi dengan kejahatan, atau menyerah terhadap tekanan dunia. Tetapi, seperti Daud, umat Tuhan dipanggil untuk berdiri teguh di tengah badai iman.

3. “Sebab, lihat, orang fasik melenturkan busurnya...” (Mazmur 11:2)

Ayat ini menggambarkan realitas ancaman. Orang fasik bukan hanya tidak aktif; mereka sedang menyiapkan serangan. Daud sadar bahwa dunia ini penuh dengan ketidakadilan dan bahwa orang benar sering menjadi sasaran.

Dalam tafsir Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan doktrin kejatuhan manusia (total depravity). R.C. Sproul menulis bahwa “ketika manusia terlepas dari anugerah Allah, kecenderungannya adalah menyerang kebenaran.” Dalam konteks ini, panah yang dilenturkan orang fasik melambangkan serangan terhadap kebenaran, keadilan, dan integritas.

John Piper, dalam salah satu khotbahnya mengenai mazmur-mazmur penghiburan, menafsirkan panah-panah ini sebagai bentuk tekanan spiritual dan sosial yang dihadapi orang percaya:

“Panah-panah dalam kegelapan adalah segala bentuk keputusasaan, fitnah, penganiayaan, dan pencobaan yang ditujukan kepada hati orang benar.”

Piper menekankan bahwa orang percaya tidak bisa menghindari kegelapan ini. Namun, mereka memiliki perlindungan yang lebih tinggi—Tuhan sendiri adalah perisai mereka (bandingkan dengan Mazmur 3:4 dan Efesus 6:16).

4. “Jika dasar-dasar diruntuhkan, apa yang bisa orang benar lakukan?” (Mazmur 11:3)

Inilah inti perenungan Daud. Kata “dasar-dasar” dalam bahasa Ibrani (haššāṯôṯ) dapat merujuk pada struktur sosial, hukum moral, keadilan, atau bahkan tatanan kehidupan yang diatur oleh kebenaran Allah.

Ketika dasar-dasar ini hancur—ketika keadilan digantikan oleh korupsi, kebenaran oleh kebohongan, dan moralitas oleh relativisme—apa yang dapat dilakukan oleh orang benar?

John Calvin melihat ayat ini bukan sebagai seruan keputusasaan, tetapi sebagai pertanyaan retoris yang mengarahkan hati kembali kepada Allah:

“Ketika dasar-dasar dunia ini hancur, orang benar tetap memiliki dasar yang tidak tergoncangkan, yaitu Tuhan sendiri.”

Demikian pula, Timothy Keller, dalam bukunya Songs of Jesus, menafsirkan ayat ini sebagai pengingat bahwa dunia mungkin kehilangan arah moral, tetapi umat Allah harus berpegang pada dasar yang kekal—firman dan karakter Tuhan. Keller menulis:

“Dasar iman kita bukan stabilitas dunia, tetapi kesetiaan Tuhan.”

5. Relevansi Teologis dan Kontekstual

a. Iman vs Ketakutan

Mazmur 11 menunjukkan bahwa iman sejati tidak diukur dari absennya rasa takut, melainkan dari pilihan untuk percaya di tengah ketakutan. Ketika dunia menawarkan solusi cepat—melarikan diri, bersembunyi, berkompromi—Daud justru memilih tetap teguh di bawah perlindungan Tuhan.

b. Kedaulatan Allah sebagai Dasar Iman

Teologi Reformed menekankan kedaulatan mutlak Allah atas segala sesuatu. Mazmur ini mencerminkan doktrin tersebut: meski dasar-dasar dunia goyah, Allah tetap di takhta-Nya (ayat 4, yang mengikuti konteks ayat 1–3). Iman Daud tidak bergantung pada kestabilan situasi, melainkan pada ketetapan ilahi yang tidak berubah.

c. Kehidupan dalam Dunia yang Rusak

Mazmur 11 adalah gambaran kehidupan Kristen di tengah dunia yang moralitasnya runtuh. Orang benar harus terus memegang prinsip Alkitab, bahkan ketika sistem dunia menentangnya. Ini selaras dengan ajaran Abraham Kuyper yang menekankan sphere sovereignty: setiap aspek kehidupan harus tunduk pada otoritas Kristus, bukan pada tekanan sosial.

6. Pandangan Beberapa Pakar Reformed

a. John Calvin

Calvin menafsirkan Mazmur 11 sebagai kontras antara nasihat manusia yang berakar pada ketakutan dan iman yang berakar pada keyakinan bahwa Tuhan memerintah. Ia menulis:

“Tidak ada perlindungan yang lebih aman selain dalam kebenaran Allah. Melarikan diri dari panggilan iman berarti menyangkal kehadiran Tuhan di tengah kesulitan.”

Calvin menegaskan bahwa “melarikan diri” dalam konteks ini bukan berarti menghindari penderitaan fisik, tetapi menolak untuk berdiam dalam kebenaran.

b. Charles H. Spurgeon

Spurgeon menekankan bahwa Mazmur 11 adalah “nyanyian keberanian iman.” Ia menyebut ayat 3 sebagai refleksi dari zaman moral yang gelap—sama seperti zaman modern. Spurgeon menulis:

“Ketika pilar kebenaran dirobohkan oleh manusia, Tuhan mendirikan fondasi baru di hati orang yang percaya.”

Ia menantang setiap orang percaya untuk tidak sekadar menyesali keruntuhan moral dunia, tetapi menjadi saksi yang menegakkan kebenaran melalui kehidupan yang kudus.

c. R.C. Sproul

Sproul mengaitkan Mazmur 11 dengan doctrine of providence (pemeliharaan Allah). Ia menulis dalam The Holiness of God bahwa ketakutan muncul karena manusia gagal melihat tangan Allah dalam setiap keadaan. Mazmur 11 menjadi panggilan untuk mempercayai bahwa Allah memegang kendali mutlak bahkan ketika keadilan tampak hilang.

d. Timothy Keller

Keller menekankan aspek emosional dan eksistensial dari mazmur ini. Dalam refleksinya, ia mengatakan bahwa ayat 1–3 menggambarkan krisis iman modern—ketika struktur moral masyarakat hancur, banyak orang Kristen tergoda untuk “melarikan diri secara rohani”, baik dengan sinisme maupun apatisme. Namun, iman sejati mengarah pada tindakan berani dan harapan aktif dalam Tuhan.

e. Herman Bavinck

Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menulis bahwa iman yang hidup adalah “pengetahuan yang teguh dan keyakinan akan Allah yang setia, bahkan ketika realitas dunia bertentangan.” Mazmur 11 menjadi ilustrasi dari prinsip ini—bahwa pengetahuan akan karakter Tuhan adalah dasar keberanian iman.

7. Aplikasi bagi Kehidupan Kristen Modern

a. Di Tengah Ketidakpastian Politik dan Sosial

Ketika “dasar-dasar” keadilan dan kebenaran di masyarakat tampak goyah, umat Kristen dipanggil bukan untuk melarikan diri, melainkan menjadi saksi kebenaran. Seperti Daud, kita harus menolak ketakutan yang melumpuhkan dan memilih untuk percaya bahwa Tuhan tetap berdaulat atas sejarah.

b. Dalam Dunia yang Relatif dan Sekuler

Mazmur 11:3 relevan dengan tantangan modern di mana relativisme moral dan skeptisisme merusak fondasi iman Kristen. Orang benar harus kembali kepada dasar yang tidak berubah: firman Tuhan. Ini sejalan dengan prinsip Sola Scriptura dalam teologi Reformed—bahwa hanya Alkitab yang menjadi otoritas tertinggi bagi iman dan moral.

c. Dalam Pergumulan Pribadi

Ketika hidup kita sendiri goyah—pekerjaan, hubungan, kesehatan—kita dapat bertanya seperti Daud: “Apa yang dapat orang benar lakukan?” Jawabannya adalah tetap berpegang pada Tuhan. Bukan melarikan diri, tetapi berdiri teguh di bawah perlindungan-Nya.

d. Dalam Pelayanan dan Gereja

Banyak gereja hari ini menghadapi tekanan untuk menyesuaikan diri dengan budaya dunia. Mazmur 11 memanggil gereja untuk tidak “terbang ke gunung” melainkan tetap menjadi terang dan garam. Gereja yang berdiri di atas dasar kebenaran tidak akan goyah, sebab dasarnya adalah Kristus sendiri (1 Korintus 3:11).

8. Refleksi Spiritualitas

Mazmur 11 mengajarkan bahwa iman bukan sekadar perasaan aman, tetapi keputusan teologis yang sadar. Ketika dunia mengatakan, “Lari!”, iman berkata, “Percayalah.” Ketika dasar-dasar runtuh, orang benar tidak kehilangan pegangan karena dasar mereka bukan pada dunia, tetapi pada Allah yang kekal.

Doa sederhana dari mazmur ini bisa menjadi renungan pribadi:

“Tuhan, ketika dunia di sekelilingku goyah, biarlah aku menemukan perlindungan hanya dalam Engkau. Ajarlah aku untuk berdiri di atas dasar yang tidak tergoncangkan—Firman dan kasih-Mu.”

Penutup

Mazmur 11:1–3 adalah panggilan abadi bagi setiap orang percaya untuk tetap beriman di tengah dunia yang berantakan. Seperti Daud, kita dipanggil untuk menolak nasihat ketakutan dan memilih kepercayaan yang berani kepada Tuhan.

Bagi teologi Reformed, bagian ini menegaskan tiga kebenaran utama:

  1. Kedaulatan Allah adalah dasar iman di tengah ketidakpastian.

  2. Keteguhan orang benar tidak bergantung pada stabilitas dunia, melainkan pada karakter Allah.

  3. Panggilan iman adalah tetap setia ketika “dasar-dasar” kehidupan moral dan sosial runtuh.

Next Post Previous Post