Perkara Allah dan Kebenaran

PENDAHULUAN
Istilah The Cause of God and Truth (“Perkara Allah dan Kebenaran”) dikenal dalam tradisi Reformed sebagai ungkapan yang menegaskan bahwa Allah sendirilah yang menjaga, membela, dan memajukan kebenaran-Nya di dunia. Salah satu karya paling terkenal yang memakai judul ini adalah tulisan John Gill, teolog Baptis-Reformed abad ke-18, yang berusaha membela doktrin-doktrin anugerah dari serangan teologis masanya. Namun, lebih daripada titel sebuah buku, “Perkara Allah dan Kebenaran” merupakan tema besar Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu: Allah bekerja di balik sejarah untuk memelihara kebenaran-Nya, menggenapkan janji-Nya, dan menyatakan kemuliaan-Nya meskipun manusia menolak, memutarbalikkan, atau mengabaikannya.
Artikel ini akan menguraikan tema tersebut melalui eksposisi Alkitab, disertai pandangan teolog-teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, John Owen, Jonathan Edwards, dan John Gill. Kita akan melihat bahwa kebenaran Allah tidak pernah hilang karena Ia sendiri adalah Gembala, Pelindung, dan Penjamin bagi firman-Nya. Kita akan menyelami bagaimana kebenaran itu dipertahankan di tengah dunia yang penuh kompromi, kesalahan tafsir, dan pemberontakan moral.
I. ALLAH ADALAH DASAR DAN PENJAMIN KEBENARAN
1. Kebenaran berasal dari karakter Allah
Alkitab tidak pernah memulai pembahasan tentang kebenaran dari manusia, tetapi dari Allah.
Mazmur 119:160
“Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil untuk selamanya.”
Frasa “dasar firman-Mu” (Ibrani: ro’sh devar) berarti inti, permulaan, dan esensi. Kebenaran bukan sekadar proposisi abstrak, tetapi berasal dari karakter Allah sendiri. John Calvin menegaskan dalam Institutes bahwa kebenaran tidak dapat dipisahkan dari siapa Allah itu:
“Firman Allah adalah cermin yang memantulkan wajah Allah; karena itu kebenaran firman tidak akan mungkin goyah selama Allah tetap setia.” — Calvin
Karena Allah tidak berubah (Mal. 3:6), maka kebenaran-Nya pun tidak berubah. Di tengah budaya yang terus berubah, konsep kebenaran yang relatif, dan pandangan teologi yang terus bergeser, orang percaya diundang untuk kembali kepada kebenaran yang kekal.
2. Kebenaran Allah tidak bisa dibatalkan manusia
Paulus menulis:
Roma 3:3–4
“Jika beberapa orang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan mereka membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! Allah tetap benar...”
John Owen menafsirkan ayat ini sebagai deklarasi mengenai kemutlakan kebenaran Allah:
“Kebenaran Allah tidak bergantung pada penerimaan manusia, melainkan pada diri-Nya sendiri.” — John Owen
Ini berarti “Perkara Allah” tidak pernah bergantung pada keadaan dunia. Sekalipun orang berdosa menolak Injil, kebenaran Injil tetap berdiri. Sekalipun gereja menjadi lemah, Allah tetap tegas. Bahkan ketika bangsa-bangsa memberontak, rancangan Allah tetap berjalan.
II. KEBENARAN ALLAH DI TENGAH PEMBERONTAKAN MANUSIA
1. Kejatuhan manusia tidak membatalkan tujuan Allah
Sejak Taman Eden, manusia memilih dusta daripada kebenaran (Kej. 3). Namun, sebagaimana Jonathan Edwards mengatakan:
“Dosa dapat menghalangi manusia dari menikmati Allah, tetapi tidak dapat menghalangi Allah dari menggenapkan rencana-Nya.”
Perkara Allah tidak pernah bergantung pada keberhasilan manusia. Justru kegagalan manusia membuka ruang untuk penyataan kemuliaan Allah melalui penebusan.
2. Contoh: Israel menolak Allah, tetapi Allah tidak membatalkan janji-Nya
Mazmur 106 menggambarkan pemberontakan Israel: mereka melupakan Allah, mencobai Allah, menciptakan anak lembu emas, dan berulang kali memberontak.
Namun ayat 44–45 mengatakan:
“Namun Ia berbalik dan mengasihani mereka... Ia ingat perjanjian-Nya.”
Herman Bavinck menjelaskan:
“Kesetiaan Allah kepada perjanjian adalah dasar bagi seluruh pengharapan umat Allah, sekalipun umat itu sendiri berulang kali tidak setia.”
Artinya, Perkara Allah lebih kuat daripada kegagalan umat Allah.
3. Kebenaran Allah berdiri di atas sejarah dan politik dunia
Mazmur 2:1–4 berkata bahwa bangsa-bangsa mengamuk melawan Tuhan dan Mesias-Nya. Tetapi Allah duduk di surga dan tertawa. Ia tidak gentar oleh perlawanan dunia.
Dalam kacamata teologi Reformed, ini disebut kedaulatan absolut Allah. Calvin berkata:
“Allah memerintah dunia dengan tangan-Nya yang tidak terlihat, memastikan bahwa tidak ada satu pun tindakan manusia yang dapat membatalkan keputusan-Nya.”
Oleh karena itu, kebenaran Allah tidak dapat ditaklukkan ideologi, negara, atau kekuatan apa pun.
III. KEBENARAN ALLAH TERNYATA MELALUI FIRMAN-NYA
1. Firman adalah alat Allah untuk menyatakan dan menjaga kebenaran
Mazmur 119:89
“Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di surga.”
Indikasi firman “tetap teguh di surga” berarti firman itu tidak dipengaruhi oleh perubahan budaya atau zaman. Firman ada dalam dimensi kekekalan.
John Gill menjelaskan:
“Firman Allah tidak dapat ditambahi, dikurangi, atau dibatalkan. Ia kekal dalam pikiran Allah dan kekal dalam penyataan-Nya kepada manusia.”
2. Allah memelihara firman-Nya di tengah serangan
Sejak zaman Yesus, firman disalahpahami, diserang, ditentang, namun tidak hilang.
Yesus berkata:
Matius 24:35
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Pernyataan ini adalah deklarasi bahwa:
-
budaya berlalu
-
kerajaan dunia berlalu
-
filsafat berlalu
-
sains berubah
-
peradaban bangkit dan runtuh
tetapi firman tetap.
John Piper pernah menyimpulkan:
“Perkara Allah dan Kebenaran tidak pernah goyah karena Allah menopangnya.”
IV. ALLAH MEMAJUKAN KEBENARAN MELALUI KRISTUS
1. Kristus adalah puncak penyataan kebenaran Allah
Yesus berkata:
Yohanes 14:6
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup...”
Kebenaran bukan sekadar konsep melainkan pribadi. Herman Bavinck menekankan bahwa semua aspek kebenaran Allah—moral, teologis, historis—mencapai puncaknya dalam diri Kristus.
“Kristus menyatakan bahwa kebenaran tertinggi bukanlah sistem, tetapi Pribadi yang hidup.”
2. Kristus adalah Pembela Perkara Allah
Seluruh pelayanan Yesus di bumi adalah untuk:
-
menyatakan kerajaan Allah
-
menegakkan kebenaran moral
-
menggenapkan nubuat
-
mengalahkan dosa dan kuasa gelap
-
memulihkan umat Allah
Pada salib, Yesus menunjukkan bahwa kebenaran Allah tidak dapat dikompromikan. Dosa harus dihukum, tetapi kasih menyediakan korban.
Paulus menulis:
Roma 3:25–26
“Untuk menunjukkan keadilan-Nya... supaya nyata bahwa Ia benar...”
John Owen menafsirkan:
“Di salib, Allah memajukan kebenaran-Nya dengan cara yang paling mulia: Ia menghukum dosa dan menyelamatkan orang berdosa secara bersamaan.”
3. Kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa “Perkara Allah” menang
Jika Yesus tidak bangkit, maka kebenaran Allah runtuh. Tetapi kebangkitan mengafirmasi bahwa:
-
dosa dikalahkan
-
kuasa maut dihancurkan
-
seluruh firman Allah digenapi
-
kerajaan Allah pasti menang
V. KEBENARAN ALLAH DIPERTAHANKAN MELALUI PEKERJAAN ROH KUDUS
1. Roh Kudus menuntun umat kepada kebenaran
Yohanes 16:13
“Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”
Tanpa Roh, kita tidak mampu memahami firman. Dalam teologi Reformed, ini disebut illuminasi.
Calvin berkata:
“Roh Kudus adalah kunci yang membuka mata kita terhadap kemuliaan firman.”
2. Roh Kudus menjaga gereja agar tetap dalam kebenaran
Meski gereja pernah tersesat secara historis, Roh Kudus tetap bekerja menjaga inti Injil—justifikasi oleh iman, keilahian Kristus, otoritas Alkitab.
Sebagaimana Bavinck katakan:
“Gereja mungkin salah, tetapi Gereja tidak pernah ditinggalkan Allah dalam hal-hal kebenaran yang esensial.”
VI. TANTANGAN TERHADAP KEBENARAN ALLAH DI ERA MODERN
Saat ini kita hidup dalam dunia yang sangat mirip dengan abad pertama:
-
relativisme
-
materialisme
-
penyimpangan moral
-
pluralisme agama
-
penolakan otoritas firman
-
kesalahpahaman teologi
Namun, sebagaimana John Gill tulis dalam The Cause of God and Truth:
“Kebenaran Allah tidak pernah berada dalam bahaya, meskipun umat Allah tampak seolah kalah.”
1. Tantangan: relativisme kebenaran
Banyak orang berkata: “Kebenaranmu—kebenaranmu; kebenaranku—kebenaranku.”
Tetapi Alkitab berkata:
Yesaya 45:19
“Aku, Tuhan, berfirman kebenaran.”
Kebenaran moral dan teologis tidak relatif; ia absolut karena bersumber dari Allah.
2. Tantangan: teologi yang kompromistis
Beberapa gereja meninggalkan:
-
keilahian Kristus
-
kematian substitusi
-
kebangkitan literal
-
kejatuhan manusia
-
otoritas Kitab Suci
Namun, teolog Reformed seperti Owen, Calvin, Gill, dan Bavinck sudah menegaskan:
“Kebenaran Allah tidak bisa dinegosiasikan.”
3. Tantangan: kejahatan dan penderitaan
Banyak orang meninggalkan iman karena bertanya:
“Jika Allah benar, mengapa Ia tidak bertindak?”
Mazmur 73 menggambarkan pergumulan serupa. Namun pemazmur menemukan jawabannya ketika masuk ke hadirat Allah. Di sana ia melihat:
-
Allah menghakimi kejahatan
-
Allah menopang umat-Nya
-
Allah menggenapkan tujuan kekal
Sehingga ia berkata:
“Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”
Itulah inti “Perkara Allah dan Kebenaran”:
Pada akhirnya Allah menang.
VII. PERKARA ALLAH DAN KEBENARAN DALAM HIDUP ORANG PERCAYA
1. Orang percaya dipanggil untuk memegang kebenaran
Efesus 6:14
“Berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran...”
Kebenaran bukan hanya doktrin, tetapi gaya hidup.
2. Orang percaya dipanggil untuk membela kebenaran
1 Petrus 3:15
“Siap sedialah membela pengharapan.”
Jonathan Edwards menulis:
“Orang kudus adalah saksi Allah di dunia yang menentang kebenaran-Nya.”
3. Orang percaya dipanggil untuk menghidupkan kebenaran
Titus 2:10
“Supaya mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah.”
Kebenaran bukan hanya diajarkan, tetapi diperlihatkan melalui hidup suci.
VIII. PUNCAK PERKARA ALLAH DAN KEBENARAN: KEMENANGAN KEKAL
Pada akhirnya, seluruh sejarah berjalan menuju penggenapan Wahyu 21–22.
Wahyu 21:5
“Perkataan ini adalah benar dan dapat dipercaya.”
Di langit dan bumi baru:
-
tidak ada dusta
-
tidak ada kejahatan
-
tidak ada ajaran palsu
-
tidak ada pemberontakan
Hanya kebenaran Allah yang kekal.
John Gill menutup karya The Cause of God and Truth dengan kalimat:
“Pada akhirnya, seluruh bumi akan melihat bahwa Allah benar, dan semua perkara-Nya menang.”
KESIMPULAN: PERKARA ALLAH DAN KEBENARAN TETAP BERDIRI
Seluruh artikel ini menunjukkan bahwa:
-
kebenaran berasal dari Allah
-
Allah memelihara kebenaran di tengah pemberontakan
-
firman adalah alat penyataan kebenaran
-
Kristus adalah pusat kebenaran
-
Roh Kudus memampukan umat memahami kebenaran
-
dunia menentang kebenaran
-
tetapi kebenaran Allah tidak pernah bisa dikalahkan
Sehingga orang percaya dapat berkata bersama Daud:
Mazmur 138:2
“Engkau telah membuat nama-Mu dan firman-Mu melebihi segala sesuatu.”
The Cause of God and Truth bukan hanya tema teologi, melainkan realitas kekal.
Ketika dunia berubah, ketika teologi terkontaminasi kompromi, ketika gereja lemah, ketika moral runtuh—Perkara Allah tetap maju.
Karena Allah sendirilah Penopangnya.