PENJABARAN LUKAS 9:1-6 (PENGUTUSAN: OLEH YESUS, TUJUAN, LARANGAN, PELAKSANAAN)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
PENJABARAN LUKAS 9:1-6 (PENGUTUSAN: OLEH YESUS, TUJUAN, LARANGAN, PELAKSANAAN). Lukas 9:1-6 - “(Lukas 9:1) Maka Yesus memanggil kedua belas muridNya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. (Lukas 9:2) Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, (Lukas 9:3) kataNya kepada mereka: ‘Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. (Lukas 9:4) Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. (Lukas 9:5) Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.’ (Lukas 9:6) Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.”.
I) Yesus memanggil dan mengutus 12 murid.
Lukas 9:1-2: “(1) Maka Yesus memanggil kedua belas muridNya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. (2) Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,”.
1) Yang memanggil dan mengutus adalah Yesus sendiri.
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Mat 10:1,5 - “(1) Yesus memanggil kedua belas muridNya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. ... (5) Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,”.
1Kor 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita,”.
2 Korintus 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya.”.
Galatia 1:1,15-17 - “(1) Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, ... (15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; (17) juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik.”.
Efesus 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.”.
Seseorang melayani Tuhan harus karena ada pengutusan dari Tuhan. Dengan kata lain, pelayanan harus dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 10:4): “the Lord appoints His own labourers, and for this thing must be entreated of us to do it for us; remembering that whatever be the gifts which men bring to the work of the ministry, and whatever their external success in it, unless they be of God’s own selecting and appointing, they have no right to be there.” [= Tuhan menetapkan pekerja-pekerjaNya sendiri, dan kita harus diminta untuk melakukan hal ini; mengingat bahwa karunia-karunia apapun yang dibawa orang-orang ke dalam pelayanan, dan kesuksesan lahiriah apapun yang ada di dalam pelayanan itu, kecuali mereka dipilih dan ditetapkan oleh Allah sendiri, mereka tidak mempunyai hak untuk berada di dalamnya.].
Kita tidak boleh melayani karena alasan-alasan yang lain (misalnya: dari pada menganggur, atau karena desakan majelis / pendeta / orang kristen yang lain, dsb). Kita harus melayani karena panggilan Tuhan. Memang adanya permintaan dari seseorang bisa / mungkin merupakan panggilan Tuhan, tetapi itu harus dicheck lebih dahulu. Coba periksa apa sebabnya saudara melayani!
2) Mengapa jumlah mereka 12 orang?
Bilangan 12 jelas dipilih / ditentukan oleh Yesus secara sengaja untuk menyesuaikan dengan 12 suku Israel dalam Perjanjian Lama.
Pulpit Commentary: “As the sons of Jacob were the fathers of Israel according to the flesh, so are the twelve apostles the fathers of Israel after the Spirit.” [= Sebagaimana anak-anak Yakub adalah bapa-bapa dari Israel menurut daging, demikianlah kedua-belas rasul adalah bapa-bapa dari Israel menurut Roh.] - hal 431.
William Hendriksen: “The fact that Jesus appointed exactly 12 men, no more and no less, indicates that he had in mind the new Israel, for ancient Israel had 12 tribes and 12 patriarchs. The new Israel was going to be gathered from among all the nations, Jews and Gentiles alike.” [= Fakta bahwa Yesus menetapkan persis 12 orang, tidak lebih dan tidak kurang, menunjukkan bahwa Ia memikirkan Israel yang baru, karena Israel yang kuno mempunyai 12 suku dan 12 kepala suku. Israel yang baru akan dikumpulkan dari antara semua bangsa, Yahudi maupun non Yahudi.].
Penafsiran ini didukung oleh:
Wahyu 7:4 - 144.000 orang. 144.000 = 12 x 12 x 1000.
Wahyu 4:1-11 - 24 tahta dan 24 tua-tua. 24 = 12 + 12.
3) Mula-mula orang-orang ini mendapat panggilan untuk mengikut Yesus (Mat 4:19,21 Mat 9:9 Yoh 1:43), dan sekarang mereka mendapat panggilan untuk melayani. Tidak ada orang yang hanya dipanggil untuk ikut Yesus dan tidak dipanggil untuk melayani Dia!
Bdk. Mark 3:14 - “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil”.
KJV: ‘And he ordained twelve, that they should be with him, and that he might send them forth to preach’ [= Dan Ia menentukan dua belas orang, supaya mereka bersama dengan Dia, dan supaya Ia bisa mengutus mereka untuk berkhotbah].
NASB: ‘He appointed twelve, that they might be with Him and that He might send them out to preach’ [= Ia menetapkan dua belas orang, supaya mereka bisa bersama dengan Dia dan supaya Ia bisa mengutus mereka keluar untuk berkhotbah].
William Barclay: “If they were to do his work in the world, they must live in his presence, before they went out to the world; they must go from the presence of Jesus into the presence of men.” [= Jika mereka harus mengerjakan pekerjaanNya di dunia, mereka harus hidup di hadapanNya, sebelum mereka keluar kepada dunia; mereka harus pergi dari hadapan Yesus ke hadapan manusia.] - hal 361.
Pulpit Commentary: “the closeness of our personal following of Christ is the measure of our power for his service.” [= Kedekatan kita dalam mengikut Kristus secara pribadi merupakan ukuran dari kuasa kita untuk pelayananNya.] - hal 425.
Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara sudah mengikut Yesus? Kalau ya, sudahkah saudara melayani Dia?
4) Yang diutus oleh Yesus untuk melayani / memberitakan Injil adalah murid-muridNya.
a) Ini menunjukkan bahwa orang yang mengajar / melayani Tuhan harus belajar lebih dulu, dan bahkan terus menerus belajar.
Matthew Henry: “They that design to be teachers must first be learners; they must receive, that they may give; ... Gospel truths must be first committed to them, before they be commissioned to be gospel ministers.” [= Mereka yang merencanakan untuk menjadi pengajar / guru harus lebih dulu menjadi pelajar; mereka harus menerima, supaya mereka bisa memberi; ... Kebenaran Injil harus lebih dulu diberikan kepada mereka, sebelum mereka diutus menjadi pelayan-pelayan Injil.].
William Barclay: “These men were appointed from amongst the disciples. The word ‘disciple’ means ‘a learner’. The men whom Christ needs and desires are the men who are willing to learn. The shut mind cannot serve him. The servant of Christ must be willing to learn more every day.” [= Orang-orang ini ditetapkan dari antara murid-murid. Kata ‘murid’ berarti ‘seorang pelajar / yang belajar’. Orang-orang yang Kristus butuhkan dan inginkan adalah orang-orang yang mau belajar. Pikiran yang tertutup tidak bisa melayani Dia. Pelayan Kristus harus mau belajar lebih banyak setiap hari.] - hal 361.
Adam Clarke (tentang Mat 10:1): “let it be observed, that, though the spiritual gifts requisite for the ministry must be supplied by God himself, yet this does not preclude the importance of human learning.” [= hendaklah diperhatikan, bahwa sekalipun karunia-karunia rohani yang dibutuhkan untuk pelayanan harus disuplai oleh Allah sendiri, tetapi ini tidak membuang pentingnya tindakan belajar dari orang itu.].
Adam Clarke (tentang Mat 10:2): “It is worthy of notice, that those who were Christ’s apostles were first his disciples; to intimate, that men must be first taught of God, before they be sent of God. Jesus Christ never made an apostle of any man who was not first his scholar or diciple.” [= Merupakan sesuatu yang layak diperhatikan bahwa mereka yang adalah rasul-rasul Kristus mula-mula adalah murid-muridNya; untuk menunjukkan bahwa orang harus diajar lebih dulu oleh Allah, sebelum mereka diutus oleh Allah. Yesus Kristus tidak pernah membuat seorang rasul dari orang manapun yang tidak lebih dulu menjadi pelajar atau muridNya.].
Kata-kata ini perlu diperhatikan oleh pendeta-pendeta yang ‘anti sekolah theologia’ dengan alasan bahwa rasul-rasul juga tidak sekolah theologia!
Bdk. Amsal 19:2a - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik;”.
NIV: ‘It is not good to have zeal without knowledge,’ [= Adalah tidak baik untuk mempunyai semangat tanpa pengetahuan,].
b) Bahkan pelayanan yang paling rendahpun mengharuskan pelayan tersebut belajar Firman Tuhan.
Pulpit Commentary: “even the lowest ministry in the kingdom is not possible to those who have not listened for the voice of Christ and endeavoured to obey him.” [= bahkan pelayanan yang paling rendah dalam KerajaanNya tidaklah memungkinkan bagi mereka yang tidak mendengarkan suara Kristus dan berusaha untuk mentaatiNya.] - hal 425.
5) Mereka diutus berdua-dua.
Bdk. Markus 6:7 - “Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,”.
Pulpit Commentary: “They were sent out two and two. Christ would have his servants work together; it is not good to be alone.” [= Mereka diutus berdua-dua. Kristus ingin pelayan-pelayanNya bekerja-sama; tidaklah baik untuk berada seorang diri.] - hal 418.
Bdk. Pkh 4:9-12 - “(9) Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. (10) Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! (11) Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? (12) Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”.
II) Tujuan pengutusan dan perlengkapan bagi orang-orang yang diutusNya.
1) Tujuan pengutusan.
Lukas 9:1-2: “(1) Maka Yesus memanggil kedua belas muridNya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. (2) Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang,”.
a) Apa yang luar biasa dari Yesus adalah bahwa Ia bukan hanya bisa melakukan mujijat-mujijat yang luar biasa, tetapi juga bisa memberikan kuasa kepada orang-orang lain untuk melakukan mujijat-mujijat (Lukas 9: 1). Ini tidak bisa dilakukan oleh orang-orang lain / rasul-rasul.
b) Dari text di atas terlihat bahwa ada 3 hal yang menjadi tujuan pengutusan.
1. Menguasai setan-setan.
2. Menyembuhkan penyakit.
3. Memberitakan Kerajaan Allah.
Bahwa ‘menguasai / mengusir setan’ dipisahkan dari ‘menyembuhkan penyakit’ menunjukkan bahwa keduanya merupakan hal yang berbeda (bdk. Lukas 19:1 Mat 10:1). Memang bisa saja setan merasuk dan lalu menimbulkan penyakit, seperti dalam Matius 12:22 Mark 9:16-18 dan sebagainya. Tetapi jelas bahwa tidak semua penyakit disebabkan karena ada setan yang merasuk.
Adam Clarke: “Luke mentions both demons and diseases; therefore he was either mistaken, or demons and diseases are not the same. ... The treatment of these two was not the same: - the demons were to be cast out, the diseases to be healed.” [= Lukas menyebutkan baik setan-setan dan penyakit-penyakit; karena itu, atau ia salah, atau setan dan penyakit tidaklah sama. ... Penanganan /pengobatan dari kedua hal ini tidaklah sama: - setan-setan harus diusir, penyakit-penyakit harus disembuhkan.].
Pengertian ini penting untuk menghadapi pandangan orang-orang Pentakosta dan Kharismatik yang pada umumnya menganggap bahwa orang sakit selalu / pasti karena adanya roh jahat yang merasuk mereka.
c) Apakah itu berarti bahwa orang-orang yang diutus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan selalu harus diberi kemampuan untuk melakukan pengusiran setan / penyembuhan / mujijat?
Matthew Henry: “When he sent them to preach the same doctrine that he had preached, he empowered them to confirm it, by the same divine seals, ... This is not necessary now the kingdom of God is come; to call for miracles now is to lay again the foundation when the building is reared. The point being settled, and the doctrine of Christ sufficiently attested, by the miracles which Christ and his apostles wrought, it is tempting God to ask for more signs.” [= Pada waktu Ia mengutus mereka untuk memberitakan ajaran yang sama dengan yang telah Ia beritakan, Ia memberi kuasa kepada mereka untuk meneguhkannya, dengan meterai ilahi yang sama, ... Sekarang hal ini tidak perlu karena kerajaan Allah sudah datang; meminta mujijat-mujijat sekarang sama dengan meletakkan lagi fondasi pada saat bangunan sudah didirikan. Hal itu sudah dibereskan, dan ajaran Kristus sudah dibuktikan kebenarannya dengan cukup, oleh mujijat-mujijat yang dibuat oleh Kristus dan rasul-rasulNya,sehingga merupakan tindakan mencobai Allah untuk meminta lebih banyak tanda.].
Bdk. Yohanes 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”.
Ayat di atas ini berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia jelas adalah seorang nabi / pemberita Injil / Firman Tuhan, tetapi ayat ini mengatakan bahwa ia tidak melakukan satu tandapun!
d) Adanya karunia kesembuhan, tidak berarti bahwa orang Kristen harus menentang penggunaan dokter maupun obat.
A. T. Robertson (tentang Matius 10:1): “Jesus is still the master of soul and body. But intelligent faith does not justify us in abstaining from the help of the physician who must not be confounded with the quack and the charlatan.” [= Yesus tetap adalah Tuan dari jiwa dan tubuh. Tetapi iman yang cerdas tidak membenarkan kita untuk tidak menggunakan pertolongan dari dokter, yang harus dibedakan dengan dukun.].
2) Perlengkapan.
Mereka diberi kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit, tetapi tidak dikatakan bahwa mereka diberi kuasa untuk mempertobatkan.
Pulpit Commentary: “Observe that nothing is said of their receiving authority to convert. This God himself keeps.” [= Perhatikan bahwa tidak ada apapun yang dikatakan tentang penerimaan mereka terhadap otoritas untuk mempertobatkan. Ini disimpan / ditahan oleh Allah sendiri.] - hal 404.
Karena itu, dalam memberitakan Injil, kita tidak perlu memusingkan apakah orang yang kita injili itu akan bertobat atau tidak. Ini bukan berarti bahwa kita tidak punya beban terhadap keselamatan orang itu. Tetapi memang pertobatan mutlak tergantung Allah sendiri, dan tugas kita hanyalah memberitakan Injil.
3) Dengan orang-orang seperti ini (kecuali Yudas Iskariot), yang boleh dikatakan semuanya mempunyai banyak kelemahan / kekurangan, Yesus ‘menggoncangkan dunia’!
Bdk. 1Kor 1:25-29 - “(25) Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. (26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”.
Penerapan:
a) Kalau saudara mempunyai kekurangan / kelemahan, dan kalau saudara bukanlah orang yang mempunyai karunia-karunia yang hebat, janganlah beranggapan bahwa Tuhan tidak bisa / mau memakai saudara. Asal saudara mau menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan, Tuhan mau / bisa memakai saudara sebagai alatNya yang berguna untuk kemuliaanNya!
b) Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan, jangan merasa kecil hati karena jemaat saudara bukanlah orang-orang yang pandai, dan juga bukan orang-orang yang mempunyai karunia-karuniayang hebat. Asal saudara dan jemaat saudara mau menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan, Tuhan bisa menggunakan saudara dan jemaat saudara untuk hal-hal yang besar.
William Barclay: “They were very ordinary men. ... It has been said that Jesus is looking, not so much for extraordinary men, as for ordinary men who can do ordinary things extraordinarily well. ... No man need ever think that he has nothing to offer Jesus, for Jesus can take what the most ordinary man can offer and use it for greatness.” [= Mereka adalah orang-orang biasa. ... Dikatakan bahwa Yesus mencari, bukan orang-orang yang luar biasa, tetapi orang-orang biasa yang bisa melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa baiknya. ... Tak seorangpun perlu untuk berpikir bahwa ia tidak mempunyai apapun untuk dipersembahkan kepada Yesus, karena Yesus bisa mengambil apa yang bisa dipersembahkan oleh orang yang paling biasa dan menggunakannya untuk sesuatu yang besar.] - hal 358.
III) Larangan / perintah yang menyertai pengutusan murid-murid.
1) Lukas 9: 3: “kataNya kepada mereka: ‘Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.”.
Larangan membawa bekal, roti, uang, baju serep dan sebagainya ini hanya berlaku untuk para rasul pada missi itu saja [Calvin hal 438,443 dan William Hendriksen hal 472]. Ini terlihat dengan jelas kalau kita membaca Luk 22:35-36 yang terjadi belakangan, yang mengijinkan, atau bahkan memerintahkan, mereka untuk membawa apa-apa yang dilarang untuk dibawa dalam pengutusan di sini.
Lukas 22:35-36 - “(35) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Ketika Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?’ Jawab mereka: ‘Suatupun tidak.’ (36) KataNya kepada mereka: ‘Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang.”.
a) Dilarang atau diperbolehkan membawa tongkat?
Lukas 9: 3 mengatakan ‘jangan membawa tongkat’ dan ini sama dengan Mat 10:10 - “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”.
Tetapi anehnya, Mark 6:8a berbunyi: “dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat,”.
Ada macam-macam cara untuk mengharmoniskan 2 bagian yang kelihatannya bertentangan ini:
1. Sama seperti baju dan sandal, yang dilarang adalah membawa tongkat extra.
Ada manuscripts yang menggunakan bentuk jamak RABDOUS [= tongkat-tongkat], bukanlah bentuk tunggal RABDON [= tongkat].
KJV: ‘staves’ [= tongkat-tongkat) - bentuk jamak.
RSV/NIV/NASB: ‘a staff’ [= suatu tongkat] - bentuk tunggal.
Penafsir-penafsir tertentu menyetujui bentuk jamak itu untuk menghilangkan pertentangan ini.
Keberatan:
a. Yang betul adalah RABDON (bentuk tunggal) karena manuscripts yang paling kuno menulis demikian (Tasker, Tyndale, hal 107), dan itu adalah pembacaan yang lebih sukar [more difficult reading]. Kalau ada perbedaan antar manuscripts, maka biasanya pembacaan yang lebih sukar / tak masuk akal yang diterima.
b. Penggunaan RABDOUS (bentuk jamak) ini aneh. Siapa yang membawa tongkat extra dalam perjalanan?
2. Calvin: RABDON bisa berarti:
a. ‘rod’ [= tongkat yang berat]. Ini yang dimaksud oleh Matius / Lukas (tak boleh dibawa).
b. ‘walking stick’ [= tongkat yang ringan]. Ini yang dimaksud oleh Markus (boleh dibawa).
3. Mungkin dari antara 12 rasul itu ada yang sudah mempunyai tongkat dan ada yang belum. Untuk yang sudah mempunyai tongkat, berlaku Mark 6:8 (boleh dibawa); sedangkan bagi yang belum mempunyai tongkat berlaku Mat 10:10 / Luk 9:3 (tidak boleh membawa tongkat, artinya mereka tidak perlu mencari tongkat). Ini penafsiran yang saya setujui.
Barnes’ Notes (tentang Mat 10:10): “Some of them, probably, when he addressed them, ‘had staves,’ and some had not. To those who ‘had,’ he did not say that they should throw them away, as the instructions he was giving them might seem to require, but he suffered them to take them (Mark]. To those who had not, he said they should not spend time in procuring them (Matthew), but ‘they were all to go just as they were.’” [= Mungkin pada waktu Ia berbicara kepada mereka, beberapa dari mereka sudah mempunyai tongkat, dan beberapa belum mempunyainya. Kepada mereka yang mempunyainya, Ia tidak mengatakan bahwa mereka harus membuangnya, seperti yang kelihatannya dituntut oleh instruksi yang Ia berikan kepada mereka, tetapi Ia membiarkan mereka membawanya (Markus). Kepada mereka yang tidak mempunyainya, Ia berkata bahwa mereka tidak boleh membuang waktu untuk mendapatkannya (Matius), tetapi mereka semua harus pergi sebagaimana adanya mereka.].
b) Larangan membawa bekal / kantong perbekalan.
Kata ‘bekal’ salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahannya dalam Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘scrip’ [= dompet / kantong kecil].
RSV/NIV/NASB: ‘bag’ [= kantong / koper].
William Hendriksen: “‘traveler’s bag.’ This was a kind of knapsack, a bag ‘for the road’ or ‘for traveling.’ It is a bag that, before leaving, a person would fill with supplies which he thinks he might need while traveling.” [= ‘kantong orang yang bepergian’. Ini adalah sejenis ransel, sebuah kantong untuk di jalan atau untuk bepergian. Ini adalah suatu kantong yang, sebelum pergi diisi oleh seseorang dengan perbekalan / persediaan yang ia anggap bisa ia butuhkan pada saat bepergian.] - hal 472.
Tetapi kalau kantong untuk perbekalan ini tak boleh dibawa, maka tentu itu juga berarti bahwa mereka tak boleh membawa bekal, seperti uang, makanan, dan sebagainya.
Matthew Henry (tentang Luk 9:3-4): “they must depend upon Providence, and the kindness of their friends, to furnish them with what was convenient for them. They must not take with them either bread or money, and yet believe they should not want. Christ would not have his disciples shy of receiving the kindnesses of their friends, but rather to expect them.” [= mereka harus bersandar pada Providensia, dan kebaikan dari teman-teman mereka, untuk menyediakan mereka dengan apa yang cocok / baik untuk mereka. Mereka tidak boleh membawa roti atau uang, tetapi tetap percaya bahwa mereka tidak akan kekurangan. Kristus tidak mau murid-muridNya malu menerima kebaikan dari teman-teman mereka, tetapi sebaliknya, mengharapkannya.].
Ada ‘hamba-hamba Tuhan’ yang selalu mendesak jemaat untuk memberi sesuatu kepada mereka. Ini tentu tidak pada tempatnya. Tetapi ada juga hamba-hamba Tuhan yang terlalu tinggi gengsinya, dan selalu menolak pemberian jemaat. Menurut saya, ini juga salah!
Ada yang memberikan penafsiran yang berbeda tentang larangan membawa kantong perbekalan ini.
Wycliffe Bible Commentary: “Deissmann suggests that the scrip (Gr. PERA) was the wallet which a beggar carried (LAE, pp. 108-110]. Jesus forbade the disciples to beg as representatives of other religions did.” [= Deissmann mengusulkan bahwa dompet (Yn. PERA) adalah dompet yang dibawa oleh seorang pengemis (LAE, hal 108-110]. Yesus melarang murid-murid untuk mengemis seperti yang dilakukan oleh orang-orang dari agama-agama lain.].
Tetapi Lenski (hal 498) menentang pandangan Deissmann ini. Alasan yang ia berikan adalah sebagai berikut:
1. Adanya kata-kata ‘dalam perjalanan’ atau ‘untuk di jalan / perjalanan’, tak memungkinkan pandangan itu.
Lukas 9: 3: “kataNya kepada mereka: ‘Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.”.
2. Posisi dari kata ini diletakkan sebelum ‘roti atau uang’ di sini (Injil Lukas), tetapi di antara keduanya dalam Injil Markus.
Mark 6:8 - “dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan,”.
Kalau kata Yunani PERA itu diartikan ‘dompet untuk mengemis’, maka rasanya aneh kalau kata itu ditempatkan dalam posisi seperti dalam Mark 6:8 ini.
3. Yesus dan murid-murid tidak pernah mengemis dalam perjalanan mereka untuk memberitakan Injil / Firman Tuhan. Jadi, tidak mungkin Yesus berpikir bahwa murid-murid akan melakukan hal itu. Karena itu, tak mungkin juga Yesus memberikan larangan seperti itu.
Kalaupun pandangan Wycliffe dan Deissmann di atas itu (bahwa PERA adalah dompet untuk mengemis) salah, saya tetap setuju dengan mereka dalam hal bahwa hamba Tuhan tak boleh ‘mengemis’!
c) Larangan membawa 2 helai baju.
Sebetulnya yang dmaksud dengan ‘baju’ di sini, bukan ‘baju’ dalam pengertian kita di sini.
William Hendriksen: “‘two tunics.’ The tunic was an undershirt worn next to the skin. It reached almost to the feet and was equipped with arm holes.” [= ‘dua tunic’. Tunic adalah baju dalam yang dipakai setelah kulit. Itu hampir mencapai kaki dan diperlengkapi dengan lubang lengan.] - hal 472.
Catatan: dalam kamus kata ‘tunic’ diterjemahkan ‘jubah’. Tetapi lagi-lagi ini berbeda dengan ‘jubah’ dalam pengertian kita. Kata ini bisa diartikan ‘pakaian dalam’, tetapi lagi-lagi ini berbeda dengan ‘pakaian dalam’ bagi kita. Untuk bisa mengerti dengan lebih baik tentang arti sebenarnya dari kata ini perhatikan kutipan di bawah ini.
Fred H. Wight: “The tunic ... was a shirt which was worn next to the skin. It was made of leather, haircloth, wool, linen, or in modern times, usually of cotton. The simplest form of it was without sleeves and reached to the knees or sometimes to the ankles. The well-to-do wore it with sleeves and extending to the ankles. Women as well as men wore it (see Cant. 5:8, ARV), although there was no doubt a difference in style and pattern in what was worn by the two. Among the lower classes, the tunic was often the only dress worn in warm weather. Persons of higher rank might wear the tunic alone inside the house, but would not wear it without the outer garment outside, or when they were to receive a caller. In the Bible the term ‘naked’ is used of men clad only with their tunic (cf. Isa. 20:2-4; Micah 1:8; John 21:7). To be dressed in such a scanty manner was thought of as ‘nakedness.’” [= Tunic ... adalah baju yang dipakai langsung setelah kulit. Itu dibuat dari kulit, kain bulu, wol, lenan, atau dalam jaman modern, biasanya dari katun. Bentuk yang paling sederhana darinya adalah tanpa lengan baju dan mencapai lutut atau kadang-kadang sampai pada pergelangan kaki. Orang-orang yang kaya memakai tunic yang mempunyai lengan baju dan mencapai pergelangan kaki. Perempuan maupun laki-laki memakainya (lihat Kidung 5:8, ARV), sekalipun tak diragukan ada perbedaan dalam gaya dan pola dalam apa yang dipakai oleh keduanya. Di kalangan yang lebih rendah, tunic sering merupakan satu-satunya pakaian yang dipakai dalam cuaca panas. Orang-orang dari tingkatan yang lebih tinggi memakai tunic saja di dalam rumah, tetapi tidak akan memakainya tanpa jubah luar di luar rumah, atau pada waktu mereka menerima tamu. Dalam Alkitab istilah ‘telanjang’ digunakan bagi orang yang hanya memakai tunic (bdk. Yes 20:2-4; Mikha 1:8; Yoh 21:7). Berpakaian dengan cara yang begitu sedikit dianggap sebagai ‘ketelanjangan’.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 91-92.
Yesaya 20:2-4 - “(2) pada waktu itu berfirmanlah TUHAN melalui Yesaya bin Amos. FirmanNya: ‘Pergilah dan bukalah kain kabung dari pinggangmu dan tanggalkanlah kasut dari kakimu,’ lalu iapun berbuat demikian, maka berjalanlah ia telanjang dan tidak berkasut. (3) Berfirmanlah TUHAN: ‘Seperti hambaKu Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut tiga tahun lamanya sebagai tanda dan alamat terhadap Mesir dan terhadap Etiopia, (4) demikianlah raja Asyur akan menggiring orang Mesir sebagai tawanan dan orang Etiopia sebagai buangan, tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir.”.
Mikha 1:8 - “Karena inilah aku hendak berkeluh kesah dan meratap, hendak berjalan dengan tidak berkasut dan telanjang, hendak melolong seperti serigala dan meraung seperti burung unta:”.
Yohanes 21:7 - “Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian [KJV: ‘naked’ {= telanjang}], lalu terjun ke dalam danau.”.
Lenski: “Travelers often had two or more tunics, not only in order to have a change but also to wear as a protection against the cold. These orders are not intended to inflict hardship on the disciples but to relieve them of all worry regarding their bodily needs.” [= Orang yang bepergian sering mempunyai dua atau lebih tunic, bukan hanya supaya mempunyai ganti tetapi juga untuk digunakan sebagai perlindungan terhadap cuaca dingin. Perintah-perintah ini tidak dimaksudkan untuk memberikan penderitaan kepada murid-murid, tetapi untuk membebaskan mereka dari semua kekuatiran berkenaan dengan kebutuhan tubuh / jasmani mereka.] - hal 498.
d) Dalam Matius 10:10 ada tambahan larangan yaitu membawa kasut.
Ini seharusnya adalah ‘sandal’, dan ini tidak berarti bahwa mereka harus telanjang kaki. Ini harus diartikan seperti baju. Jadi, yang dilarang adalah membawa sandal extra (bdk. Mark 6:9 - “boleh memakai alas kaki”.).
Kesimpulan dari larangan-larangan ini:
Lenski: “The orders which Jesus issues to the apostles are to teach them absolute dependence upon their Lord who sends them out. They are to take nothing along for the road because Jesus will see that they are provided for. After this lesson had once been thoroughly learned, they would be ready for their world-wide mission so that, whether they had something with them or not, their dependence on their Lord would always be the same.” [= Perintah-perintah yang diberikan oleh Yesus kepada rasul-rasul adalah untuk mengajar mereka ketergantungan mutlak kepada Tuhan mereka yang mengutus mereka. Mereka tidak boleh membawa apa-apa untuk perjalanan karena Yesus akan menjaga / mengatur sehingga mereka dipelihara / dicukupi. Setelah pelajaran ini dipelajari sekali dengan sepenuhnya, maka mereka akan siap untuk missi mereka di seluruh dunia, sehingga apakah mereka mempunyai sesuatu atau tidak, ketergantungan mereka kepada Tuhan mereka akan selalu sama.] - hal 497.
2) Lukas 9: 4: “Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ.”.
Matthew Henry mengatakan bahwa alasan mengapa mereka tak boleh berpindah-pindah tempat tinggal adalah sebagai berikut:
a) Supaya orang-orang bisa menemukan mereka dengan mudah.
b) Supaya teman-teman mereka tak menganggap mereka mundur dari pelayanan terhadap mereka.
c) Supaya mereka tak dianggap takut / malu menghadapi musuh-musuh mereka.
Saya tak terlalu setuju dengan pandangan Matthew Henry. Saya lebih setuju dengan pandangan Wycllife yang mengatakan bahwa mereka dilarang berpindah-pindah itu untuk mencari tempat menginap yang paling enak (tak boleh cerewet), tetapi mereka harus menerima apapun yang ditawarkan / diberikan kepada mereka.
William Hendriksen: “It is the duty of the hearers to extend hospitality. All the more so when the travelers enrich the people with the pearl of great price. And the visitors themselves must show a co-operative spirit. They must not be so fastidious that whenever some small detail is not to their liking in one home, they immediately leave and enter another where the facilities seem to be more desirable and the food more palatable. The spread of the gospel has the priority over personal likes and dislikes.” [= Merupakan kewajiban dari pendengar-pendengar untuk menerima mereka di rumah mereka. Lebih-lebih kalau orang-orang yang bepergian itu memperkaya orang-orang dengan mutiara yang mahal. Tetapi tamu-tamu itu sendiri juga harus mau bekerja sama. Mereka tidak boleh begitu cerewet sehingga kapanpun ada hal kecil yang tidak cocok dengan kesenangan mereka di satu rumah, mereka langsung meninggalkannya dan memasuki rumah lain dimana fasilitasnya kelihatannya lebih menyenangkan dan makanannya lebih enak. Penyebaran injil harus lebih diutamakan dari kesenangan atau ketidak-senangan pribadi.] - hal 473.
Berbeda dengan larangan-larangan di atas yang hanya berlaku untuk pengutusan ini saja, maka menurut saya point ini berlaku terus, dan berlaku bagi semua hamba Tuhan. Apa alasannya? Karena hal ini didukung oleh bagian-bagian lain dari Kitab Suci, seperti sikap Yesus dan rasul-rasul sendiri, yang memang tidak pernah cerewet ataupun menuntut kemewahan.
Bandingkan dengan ‘hamba-hamba Tuhan’ tertentu yang menuntut untuk dijemput dari airport dengan mobil mewah, dan menginap di hotel bintang 5 dan sebagainya.
3) Lukas 9: 5: “Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.’”.
a) Apa artinya pengebasan debu dari kaki?
Ayat di atas jelas mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan sebagai peringatan terhadap orang-orang yang menolak Injil itu. Tetapi mengapa peringatan itu dilakukan dengan cara itu?
Albert Barnes mengatakan bahwa orang-orang Yahudi menganggap bahwa debu dari orang-orang non Yahudi adalah najis, dan karena itu harus dikebaskan. Jadi, mengebaskan debu dari kaki merupakan tindakan simbolis yang menunjukkan bahwa mereka menganggap orang-orang itu sebagai najis dan kafir, dan juga menandakan tak adanya hubungan lagi dengan orang-orang najis dan kafir itu.
Calvin: “To shake of the dust from the feet was probably a custom then prevalent in Judea, as a sign of execration; and was intended to declare that the inhabitants of the place were so polluted, that the very ground on which they trod was infected.” [= Mengebaskan debu dari kaki mungkin merupakan suatu kebiasaan yang pada saat itu umum di Yehuda, sebagai suatu tanda dari kutukan / kejijikan; dan dimaksudkan untuk menyatakan bahwa penduduk dari tempat itu begitu kotor, sehingga tempat yang mereka injak tertular.].
William Hendriksen (tentang Mat 10:14-15): “After traveling through heathen territory Jews had the custom of shaking the dust off their sandals and clothes before re-entering the Holy Land. They were afraid that otherwise in their own country levitically clean objects might be rendered unclean. What Jesus is saying, therefore, is that even an Israelitish place, be it a house or a city, that refuses to accept the gospel must be considered unclean, as if it were pagan soil. Therefore such a center of unbelief must be treated similarly.” [= Setelah bepergian melalui daerah orang kafir, orang-orang Yahudi mempunyai suatu kebiasaan untuk mengebaskan debu dari sandal dan pakaian mereka sebelum memasuki kembali Tanah yang Kudus. Mereka takut bahwa kalau mereka tidak melakukan hal itu, maka hal-hal yang secara hukum lewi adalah tahir bisa berubah menjadi najis. Karena itu, apa yang Yesus sedang katakan, adalah bahwa bahkan dalam suatu tempat Israel, apakah itu rumah atau kota, yang menolak untuk menerima Injil, harus dianggap sebagai najis, seakan-akan itu adalah tanah orang kafir. Karena itu, pusat ketidak-percayaan seperti itu harus diperlakukan dengan cara yang serupa.] - hal 460.
Adam Clarke: “The Jews considered themselves defiled by the dust of a pagan country, which was represented by the prophets as a polluted land, Amos 7:7, when compared with the land of Israel, which was considered as a holy land, Ezek. 45:1; therefore, to shake the dust of any city of Israel from off one’s clothes or feet was an emblematical action, signifying a renunciation of all further connection with them, and placing them on a level with the cities of the Heathen.” [= Orang-orang Yahudi menganggap diri mereka sendiri dikotori oleh debu dari negeri kafir, yang digambarkan oleh nabi-nabi sebagai negeri yang najis, Amos 7:7, pada waktu dibandingkan dengan tanah Israel, yang dianggap sebagai tanah yang kudus, Yeh 45:1; karena itu, mengebaskan debu dari kota manapun dari Israel dari pakaian atau kaki seseorang merupakan suatu tindakan simbolis, menunjukkan suatu penolakan dari semua hubungan lebih jauh dengan mereka, dan menempatkan mereka pada satu tingkat dengan kota-kota orang kafir.].
Catatan: Amos 7:7 itu seharusnya Amos 7:17 - “Sebab itu beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.’”.
b) Kalau semua perintah / larangan di atas hanya bersifat sementara / berlaku untuk saat itu saja, mengapa pengebasan debu ini tetap dilakukan oleh Paulus?
Kis 13:51 - “Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium.”.
Kis 18:6 - “Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: ‘Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.’”.
Alasannya:
1. Karena dalam pengutusan 70 murid perintah ini diulang.
Lukas 10:1,10-11 - “(1) Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya. ... (10) Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: (11) Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat.”.
2. Karena tindakan itu memang merupakan tradisi / kebiasaan dari orang-orang Yahudi pada jaman itu.
Tetapi bagi kita yang bukan orang Yahudi, dan tidak mempunyai tradisi seperti itu, maka tentu tindakan pengebasan debu dari kaki seperti itu tidak perlu ditiru secara hurufiah. Text seperti ini perlu dikontextualisasikan, artinya disesuaikan dengan kebiasaan pada jaman dan tempat kita sekarang. Kita bisa menggantinya dengan tindakan / sikap yang menyatakan ketidak-senangan kita terhadap penolakan Injil / Yesus tersebut.
c) Yang dipersoalkan dalam Lukas 9: 5 ini bukan penolakan terhadap mujijat tetapi terhadap firman. Memang jarang ada orang yang menolak mujijat kesembuhan, pengusiran setan, dsb, tetapi banyak orang menolak Injil / firman! Karena itu, jangan heran melihat bahwa gereja-gereja yang menekankan mujijat kesembuhan selalu laris, tak peduli di sana firmannya buruk atau bahkan sesat! Mereka memang tidak peduli pada kebenaran, mereka hanya mencari kesembuhan / berkat jasmani.
d) Ini menunjukkan keunggulan dari firman atas mujijat; Tuhan paling murka kalau firmanNya ditolak!
Calvin: “This form of execration confirms still more what I lately mentioned, that no crime is more offensive to God than contempt of his word: for he does not enjoin them to make use of so solemn a mode in expressing their detestation of adulterers, or murderers, or any description of malefactors.” [= Bentuk kutukan / kejijikan ini meneguhkan lebih lagi apa yang tadi saya sebutkan, bahwa tidak ada kejahatan yang lebih menyakitkan hati Allah dari pada kejijikan terhadap firmanNya: karena Ia tidak memerintahkan mereka untuk menggunakan cara menyatakan kejijikan mereka dengan cara yang begitu khidmat terhadap pezinah, atau pembunuh, atau penjahat-penjahat lain manapun.].
Calvin: “this passage shows in what estimation the Lord holds his gospel, and, indeed, as it is an inestimable treasure, they are chargeable with base ingratitude who refuse it when offered to them. ... ‘Shake off the dust.’ As the Lord here recommends the doctrine of the gospel, that all may receive it with reverence, and terrifies rebels by threatening severe punishment, so he enjoins the apostles to proclaim the vengeance which he threatens. But this they cannot do, unless they burn with very ardent zeal to make known the doctrines which they preach. We must therefore hold that no man is qualified to become a teacher of heavenly doctrine, unless his feelings respecting it be such, that he is distressed and agonized when it is treated with contempt.” [= text ini menunjukkan bagaimana Tuhan menilai injilNya, dan memang karena injil itu merupakan harta yang tidak ternilai, mereka yang menolaknya pada waktu injil itu ditawarkan kepada mereka, dituduh dengan rasa tak tahu terima kasih yang jelek / hina. ... ‘Kebaskanlah debunya dari kakimu’. Sebagaimana Tuhan di sini memuji kebaikan dari ajaran injil, supaya semua bisa menerimanya dengan hormat dan takut, dan menakuti pemberontak-pemberontak dengan ancaman hukuman yang berat, demikian juga ia memerintahkan rasul-rasul untuk menyatakan pembalasan yang ia ancamkan. Tetapi mereka tidak bisa melakukan hal ini kecuali mereka menyala dengan semangat yang sangat bergairah untuk menyatakan ajaran yang mereka khotbahkan. Karena itu kita harus mempercayai bahwa tidak ada orang yang memenuhi syarat untuk menjadi seorang pengajar / guru dari ajaran surgawi, kecuali perasaannya menghormati ajaran itu sedemikian rupa, sehingga ia merasa sedih dan sangat menderita pada waktu injil itu dihina.].
Matthew Henry (tentang Mat 10:14): “The best and most powerful preachers of the gospel must expect to meet with some, that will not so much as give them the hearing, nor show them any token of respect.” [= pemberita-pemberita Injil yang terbaik dan paling berkuasa harus berharap untuk bertemu dengan sebagian orang yang tidak akan mendengarkan mereka, ataupun menghormati mereka.].
e) Biasanya, kalau firman yang diberitakan ditolak, maka pemberita firman itu juga ditolak.
Bdk. Matius 10:14a - “Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu,”.
Matthew Henry (tentang Mat 10:14): “Contempt of the gospel, and contempt of gospel ministers, commonly go together,” [= Kejijikan terhadap Injil, dan kejijikan terhadap pelayan-pelayan Injil, biasanya berjalan bersama-sama,].
Kalau firman ditolak tetapi pemberitanya diterima, biasanya ada sesuatu yang tidak beres berupa kompromi-kompromi tertentu yang menyebabkan terjadinya hal itu. Ini bisa berupa kompromi dalam hal ajaran (seperti yang dilakukan oleh Bambang Noorsena), ataupun kompromi dalam sikap / tindakan.
Contoh:
1. Mereka tidak memberitakan Yesus sebagai Allah, satu-satunya jalan ke surga dan sebagainya.
2. Mereka menyetujui bahwa semua agama sama, dan sama-sama bisa masuk surga.
3. Mereka tidak memberitakan Injil.
4. Mereka mau ikut dalam acara-acara agama lain, bahkan membantu acara-acara agama lain, ataupun membantu pendirian rumah ibadah mereka.
Penerapan: banyak gereja / hamba Tuhan yang bangga kalau mereka bisa hidup rukun pada saat mereka tetap diterima oleh masyarakat sekitar mereka sekalipun ajaran mereka ditolak. Saya beranggapan bahwa ini adalah kebanggaan yang tidak pada tempatnya. Mereka seharusnya malu, bukan bangga.
Bdk. Lukas 6:22-23,26 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.
f) Adanya pengebasan debu sebagai peringatan bagi mereka yang menolak Injil, menunjukkan bahwa dalam melakukan penginjilan, orang Kristen tidak boleh melakukannya seakan-akan mereka ‘mengemis’ supaya orang mau percaya kepada Yesus. Kita harus memberitakan Injil dengan otoritas, yang di sini dilakukan dengan memberikan peringatan / kecaman terhadap orang-orang yang tidak mau bertobat / menerima Injil tersebut!
Dalam Pemberitaan Injil, kita tidak boleh selalu ramah / lemah lembut. Kalau Injil ditolak / dihina kita harus menunjukkan sikap keras. Awas, bukan harus marah, tetapi menunjukkan sikap keras! Bandingkan dengan:
1. Sikap Yohanes Pembaptis dalam Matius 3:7-12.
2. Sikap Stefanus dalam Kis 6-7.
3. Sikap Paulus dalam Kis 13:6-12,45-47,50-51 17:32-33 18:6.
4. Sikap Yesus dalam Matius 23:1-39.
Jangan memberitakan Injil dengan cara seolah-olah Injil itu adalah barang murahan / jelek yang tidak laku!
Spurgeon: “Disclaim all fellowship with those who will not have fellowship with your Lord. Be not angry; do not denounce with bitterness; just ‘shake off the dust of your feet,’ and go elsewhere. Don’t depart to rail at the people in private; but let them know that you quit them because they refuse your message. Do this openly, and in the most solemn and instructive manner, hoping that your departing act may be remembered. It is to be feared that we treat rejectors of Christ in a sadly biding manner, and do not hold up their rejection of our King to the detestation it deserves. We ought to let impenitent sinners know that we consider them out of our fellowship. If they will not hear, we must make them see that we disown them, and count them to be unclean, because they refuse Christ Jesus. How little of this is done by the smooth-tongued preachers of today! Men may refuse their gospel, and still be the bosom friends of those who preach to them. Yea, they try even from the pulpit to cheer them in their impenitence by the dream of a ‘larger hope.’” [= Lepaskanlah semua persekutuan dengan mereka yang tidak mau mempunyai persekutuan dengan Tuhanmu. Janganlah marah; janganlah mencela dengan kepahitan; hanya ‘kebaskanlah debu dari kakimu’ dan pergilah ke tempat lain. Janganlah meninggalkan sambil mencemooh kepada orang-orang secara pribadi; tetapi biarlah mereka tahu bahwa engkau meninggalkan mereka karena mereka menolak beritamu. Lakukan ini secara terbuka, dan dengan cara yang paling khidmat dan bersifat mengajar, sambil berharap bahwa tindakan kepergianmu bisa diingat. Ditakutkan bahwa kita memperlakukan penolak-penolak Kristus dengan cara menunggu / bertahan yang menyedihkan, dan tidak menunjukkan pada penolakan mereka kejijikan yang layak didapatkannya. Jika mereka tidak mau mendengar, kita harus membuat mereka melihat bahwa kita menolak mereka, dan menganggap mereka sebagai najis, karena mereka menolak Kristus Yesus. Alangkah sedikit dari hal ini yang dilakukan oleh pengkhotbah-pengkhotbah yang berlidah halus / manis pada jaman ini! Orang-orang boleh menolak Injil mereka, dan tetap adalah sahabat-sahabat baik dari mereka yang memberitakannya kepada mereka. Ya, mereka bahkan berusaha dari mimbar untuk menghibur mereka dalam keadaan tidak bertobat mereka dengan mimpi dari suatu ‘pengharapan yang lebih besar’.].
Catatan: saya kira kata-kata / ajaran di atas ini harus dijaga supaya tak dilakukan dengan terlalu extrim, dengan bersikap keras terhadap setiap orang yang menolak untuk percaya kepada Injil. Mungkin harus dibedakan antara 2 kelompok penolak Injil:
1. Orang-orang yang menolak Injil dengan sikap keras, mengejek, menghina, menyerang / menganiaya dsb.
2. Orang-orang yang menolak Injil dengan cara diam saja, atau menolak karena mempunyai argumentasi yang serius.
Mungkin hanya kelompok pertama yang patut mendapat ‘pengebasan debu dari kaki kita’ / sikap keras dari kita!
4) Dalam Injil Matius ada tambahan perintah / larangan.
Mat 10:8 - “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”.
Kemampuan-kemampuan untuk:
a) Menyembuhkan penyakit, apalagi penyakit kusta.
b) Mengusir setan.
c) Membangkitkan orang mati.
kalau mau dikomersialkan, pasti menghasilkan banyak uang.
Tetapi Yesus melarang mereka melakukan hal itu, dan mereka harus melakukannya dengan cuma-cuma. Mengapa?
1. Kemampuan-kemampuan / karunia-karunia untuk bisa melakukan hal-hal itu juga mereka dapatkan dengan cuma-cuma.
Bdk. Kis 8:18-20 - “(18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.”.
Simon tukang sihir ini pasti ingin membeli karunia itu supaya ia bisa mendapatkan uang dengan memberikan Roh Kudus kepada orang-orang lain. Dalam sejarah ada satu jejak dari Simon tukang sihir ini. Dalam bahasa Inggris ada kata ‘Simony’ yang berasal dari nama ‘Simon’ ini. Kata ‘Simony’ ini berarti: “the buying or selling of sacred or spiritual things, as ecclesiastical pardons, church offices etc” [= pembelian atau penjualan hal-hal / barang-barang yang kudus atau rohani, seperti pengampunan dosa, jabatan-jabatan gereja, dsb].
Catatan: nama Simon tukang sihir ini masuk dalam Webster’s New World Dictionary!
2. Keselamatan / hidup kekal / pengampunan dosa mereka dapatkan dengan cuma-cuma.
a. Yesaya 55:1-3 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. (3) Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKu; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.”.
b. Roma 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.
c. Wahyu 22:17b - “barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”.
Dan karena itu mereka juga tak boleh menjualnya, tetapi harus membagikannya dengan cuma-cuma. Ini tentu berlaku bukan hanya bagi para rasul itu, tetapi juga bagi semua orang Kristen.
Pada jaman sebelum Reformasi surat pengampunan dosa dijual oleh Gereja Roma Katolik pada saat itu. Saya tidak mengerti bagaimana mereka mengharmoniskan praktek mereka itu dengan text ini!
c) Injil / Firman Tuhan juga mereka dapatkan dari Yesus dengan cuma-cuma dan karena itu mereka juga harus memberitakannya dengan cuma-cuma, bukan menjualnya.
Lagi-lagi ini berlaku bukan hanya untuk para rasul itu, tetapi juga untuk pendeta-pendeta /pengkhotbah-pengkhotbah jaman sekarang.
Ini tidak berarti bahwa seorang pengkhotbah tidak boleh menerima uang (HR). Kalau diberi tentu boleh menerima, tetapi IA TIDAK BOLEH MENUNTUT, APALAGI MEMASANG TARIF KHOTBAH. Bandingkan dengan banyak pengkhotbah jaman sekarang yang menentukan tarif jutaan rupiah dalam berkhotbah! Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini, yang mengecam nabi-nabi palsu yang memang melayani demi uang!
Misalnya:
1. Yeremia 8:10 - “Sebab itu Aku akan memberikan isteri-isteri mereka kepada orang lain, ladang-ladang mereka kepada penjajah. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar, SEMUANYA MENGEJAR UNTUNG; baik nabi maupun imam, SEMUANYA MELAKUKAN TIPU.”.
2. Mikha 3:5 - “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang APABILA MEREKA MENDAPAT SESUATU UNTUK DIKUNYAH, MAKA MEREKA MENYERUKAN DAMAI, TETAPI TERHADAP ORANG YANG TIDAK MEMBERI SESUATU KE DALAM MULUT MEREKA, MAKA MEREKA MENYATAKAN PERANG.”.
3. Ro 16:18 - “Sebab ORANG-ORANG DEMIKIAN TIDAK MELAYANI KRISTUS, TUHAN KITA, TETAPI MELAYANI PERUT MEREKA SENDIRI. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.”.
4. Tit 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak UNTUK MENDAPAT UNTUNG YANG MEMALUKAN.”.
5. 2Pet 2:3 - “Dan KARENA SERAKAHNYA guru-guru palsu itu akan BERUSAHA MENCARI UNTUNG DARI KAMU dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.”.
Calvin: “he shows, that no man will be a sincere minister of his word or dispenser of his grace, till he is prepared to bestow his labour gratuitously, and that all hirelings basely corrupt and profane the sacred office of teaching. Yet it is not inconsistent with this gratuitous dispensation, that the teachers of the church receive public salaries, provided that they willingly and generously serve Christ and his church, and that their support is, in some sort, an accessory of their labour.” [= Ia menunjukkan bahwa tidak ada orang yang merupakan pelayan firman atau penyalur kasih karuniaNya yang tulus / sungguh-sungguh, sampai ia siap untuk memberikan jerih payahnya dengan cuma-cuma, dan bahwa semua orang upahan secara hina merusak dan menajiskan jabatan / tugas pengajaran yang keramat. Tetapi bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan jaman kasih karunia bahwa pengajar-pengajardari gereja menerima gaji, asal mereka melayani Kristus dan gerejaNya dengan rela dan murah hati, dan bahwa sokongan / pemeliharaan terhadap mereka itu merupakan semacam tambahan dari jerih payah mereka.] - hal 442-443.
Adam Clarke (tentang Mat 10:8b): “A minister or labourer in the Gospel vineyard, though worthy of his comfortable support while in the work, should never preach for hire, or make a secular traffic of a spiritual work. ... He who preaches to get a living, or to make a fortune, is guilty of the most infamous sacrilege.” [= Seorang pelayan atau pekerja dalam ladang anggur Injil, sekalipun layak mendapat sokongan yang cukup sementara ada dalam pekerjaan, tidak pernah boleh berkhotbah demi upah, atau membuat suatu perdagangan sekuler dari suatu pekerjaan rohani. ... Ia yang berkhotbah untuk mendapatkan penghasilan, atau untuk menjadi kaya, bersalah tentang pelanggaran dengan nama yang paling buruk.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 10:8): “That is, they were not to sell their favors of healing, preaching, etc. They were not to make a MONEY-MAKING BUSINESS of it, to bargain specifically to heal for so much, and to cast out devils for so much. This, however, neither then nor afterward precluded them from receiving a competent support. See Luke 10:7; 1Cor. 9:8-14; 1Tim. 5:18.” [= Artinya, mereka tidak boleh menjual kebaikan mereka dalam menyembuhkan, memberitakan, dsb. Mereka tidak boleh membuatnya sebagai BISNIS UNTUK MENCARI UANG, tawar menawar secara khusus berapa harga untuk menyembuhkan, dan berapa harga untuk mengusir setan. Tetapi hal ini, baik pada saat itu maupun setelahnya, tidak menghalangi mereka untuk menerima suatu sokongan / pemeliharaan yang secukupnya. Lihat Luk 10:7; 1Kor 9:8-14; 1Tim 5:18.].
Luk 10:7 - “Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”.
1Kor 9:4-18 - “(4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! (16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. (17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”.
1Tim 5:18 - “Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
Barclay (tentang Mat 10:8-10): “Here then is the double truth; the man of God must never be over-concerned with material things, but the people of God must never fail in their duty to see that the man of God receives a reasonable support.” [= Maka di sini ada kebenaran ganda; manusia dari Allah (hamba Allah) tidak pernah boleh terlalu memperhatikan hal-hal materi, tetapi umat Allah tidak pernah boleh gagal dalam kewajiban mereka untuk memperhatikan sehingga manusia dari Allah (hamba Allah) itu menerima sokongan / pemeliharaan yang layak / masuk akal.] - hal 368.
IV) Pelaksanaan pengutusan oleh murid-murid.
Lukas 9: 6: “Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.”.
1) Baik dalam pengutusan maupun dalam pelaksanaan, tubuh maupun jiwa dilayani.
Tujuan utama dari pelayanan kristen / gereja memang adalah dalam hal rohani. Tetapi kita tidak boleh sok rohani, dengan mengabaikan pelayanan untuk tubuh, dan hanya menekankan pelayanan untuk jiwa.
Matthew Henry: “Their work was the same with their Master’s, doing good both to souls and bodies.” [= Pekerjaan mereka adalah sama dengan pekerjaan Tuan / Guru mereka, melakukan kebaikan baik bagi jiwa maupun tubuh.].
William Barclay: “It is impossible to comfort men’s heart with the love of God when their feet are perishing with cold. Of course, it is possible to overstress material things. But it is equally possible to neglect them.” [= Adalah tidak mungkin untuk menghibur hati manusia dengan kasih Allah pada saat kaki mereka sedang binasa kedinginan. Tentu, adalah mungkin untuk terlalu menekankan hal-hal yang bersifat materi. Tetapi adalah sama mungkinnya untuk mengabaikan hal-hal itu.] - hal 116.
2) Baik dalam Lukas 9: 2 maupun dalam ay 6 ini pemberitaan Firman Tuhan didahulukan / diutamakan / lebih dipentingkan dari penyembuhan penyakit. Jaman sekarang kedua hal ini dibalik, dan bahkan pemberitaan Firman Tuhan sering diabaikan sama sekali.
Norval Geldenhuys (NICNT): “The performance of the miracles is of secondary importance ... The preaching of the kingdom is to remain the main purpose.” [= Tindakan melakukan mujijat-mujijatmerupakan hal terpenting kedua ... Pemberitaan kerajaan harus tetap menjadi tujuan utama.] - hal 266.
3) Tak semua orang diberi karunia kesembuhan. Tetapi hamba Tuhan tetap bisa melakukan hal-hal yang baik untuk tubuh / jasmani dari orang-orang yang dilayani. Tetapi pemberitaan Firman Tuhan tak tergantikan. Itu harus dilakukan. Kalau seorang hamba Tuhan tidak bisa melakukan hal itu, ia memang tak pernah dipanggil menjadi hamba Tuhan!
4) Haruskah pemberitaan Injil dilakukan dari rumah ke rumah?
Pengutusan berdua-dua untuk melakukan pemberitaan Injil dari rumah ke rumah, dan pelaksanaannya oleh murid-murid, sering dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengatakan bahwa ini merupakan satu-satunya cara penginjilan yang Alkitabiah. Saya tidak anti dengan penginjilan dari rumah ke rumah, selama Injil yang diberitakan betul-betul adalah Injil yang sejati, dan bukannya Injil sesat seperti yang diberitakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi kalau dikatakan bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk memberitakan Injil, ini jelas merupakan suatu omong kosong! Alasannya:
a) Pada jaman itupun sudah ada penginjilan masal, melalui ‘mimbar’ kepada banyak orang sekaligus. Jadi, pada jaman itupun penginjilan dari rumah ke rumah bukanlah satu-satunya cara untuk memberitakan Injil.
b) Pada jaman itu belum ada radio, TV, internet, percetakan dan sebagainya. Tetapi pada jaman sekarang dimana hal-hal itu sudah ada, kita bukan hanya boleh, tetapi bahkan harus menggunakannya!
6) Jangan menganggap remeh pelayanan dari murid-murid Yesus ini, seakan-akan ini hanyalah pelayanan dari orang-orang yang tergolong ‘krucukan’ / orang yang masih baru / hijau. Yang memegang peranan terpenting bukan diri mereka tetapi kuasa Allah yang menyertai mereka.
William Hendriksen: “Did not Spurgeon ascribe his conversion to a sermon preached (with God’s blessing) in a small chapel by a layman? What is small in the eyes of men may be very important, indeed, in the eyes of God.” [= Tidakkah Spurgeon menganggap pertobatannya berasal dari sebuah khotbah yang dikhotbahkan (dengan berkat Allah) di sebuah chapel kecil oleh seorang awam? Apa yang kecil di mata manusia bisa sungguh-sungguh sangat penting di mata Allah.] - hal 482.
Karena itu, kalau saudara adalah seorang pengkhotbah awam, saudara tak boleh merasa minder dalam memberitakan Firman Tuhan / Injil. Dan kalau saudara adalah jemaat, jangan saudara memandang rendah pemberitaan Firman Tuhan / Injil yang dilakukan oleh orang awam!
7) Murid-murid diutus untuk melakukan pelayanan dan mereka diperlengkapi untuk hal itu, dan mereka mau melaksanakannya. Saudara juga diutus untuk melayani, dan saudara pasti juga diperlengkapi untuk itu, tetapi persoalannya adalah: maukah saudara melaksanakan pelayanan itu?PENJABARAN LUKAS 9:1-6 (PENGUTUSAN: OLEH YESUS, TUJUAN, LARANGAN, PELAKSANAAN)
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-