2 KHOTBAH TEOLOGIA PEMURIDAN DI GEREJA LOKAL
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
Amanat agung itu sangat penting, bukan saja karena merupakan misi utama semua gereja, tetapi juga karena gereja-gereja lokal akan terbentuk apabila ada orang-orang yang taat melaksanakan amanat agung tersebut.
“(Matius 28:18) Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (28:19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (28:20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20; Bandingkan Markus 16:15-20; Lukas 24:47-51; Yohanes 20:21-22; Kisah Para Rasul 1:4-9).
Tanpa amanat agung tidak akan ada gereja-gereja lokal. Pelaksanaan amanat agung menghasilkan gereja-gereja lokal. Gereja ada karena amanat agung dan untuk amanat agung. Dengan demikian amanat agung merupakan perintah bukan pilihan dan keharusan bukan sekedar progam. Melaksanakan amanat agung adalah tujuan gereja karena amanat agung merupakan esensi gereja. Amanat agung adalah perintah yang berlaku terus menerus (kontinuitas) “Sampai akhir zaman (εως της συντελειας του αιωνος - heôs tês sunteleias tou aiônos) ”. Frase Yunani “sunteleias tou aiônos” berarti “mengakhiri, menyudahi, dan menyelesaikan”. Kata ini digunakan khusus untuk menyatakan akhir zaman.
Tanpa amanat agung tidak akan ada gereja-gereja lokal. Pelaksanaan amanat agung menghasilkan gereja-gereja lokal. Gereja ada karena amanat agung dan untuk amanat agung. Dengan demikian amanat agung merupakan perintah bukan pilihan dan keharusan bukan sekedar progam. Melaksanakan amanat agung adalah tujuan gereja karena amanat agung merupakan esensi gereja. Amanat agung adalah perintah yang berlaku terus menerus (kontinuitas) “Sampai akhir zaman (εως της συντελειας του αιωνος - heôs tês sunteleias tou aiônos) ”. Frase Yunani “sunteleias tou aiônos” berarti “mengakhiri, menyudahi, dan menyelesaikan”. Kata ini digunakan khusus untuk menyatakan akhir zaman.
Gereja adalah wakil dari Kerajaan Allah di dunia ini dan diperintahkan untuk membawa berita Injil ke semua manusia di bumi. Jika kita melihat prioritas dari program-program, berbagai aktivitas sebuah gereja sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah kita telah lupa atau bingung akan misi kita sebagai orang-orang percaya. Kita sibuk, tetapi sibuk mengerjakan apa? Berapa banyak program, pertemuan, dan aktivitas kita yang benar-benar menghasilkan jiwa-jiwa baru? Jika kita tergugah untuk memenuhi amanat agung Kristus, maka kita harus menjadi gereja yang misioner. Sebuah gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan amanat agung Kristus.
PERINTAH PEMURIDAN DALAM AMANAT AGUNG KRISTUS
Beberapa orang memahami bahwa inti amanat agung terletak hanya pada penginjilan (Matius 28:19-20). Pemahaman tersebut didasarkan pada penekanan kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat yang diikuti langkah selanjutnya yaitu menjadikan murid, membaptis dan mengajar. Tetapi jika diperhatikan menurut struktur tata bahasa Yunani ayat 19-20 dari Matius 28 tersebut, maka inti amanat agung justru terletak pada pemuridan.
Perhatikanlah empat kata kerja “pergilah (πορευθεντες poreuthentes), jadikanlah murid (μαθητευσατε mathêteusate), baptiskanlah (βαπτιζοντες baptizontes), dan ajarkanlah (διδασκοντες didaskontes)”. Kata “pergilah, baptiskanlah, ajarkanlah” adalah kata kerja partisip atau bentuk kata kerja bantu. Kata “jadikanlah semua bangsa murid-Ku {μαθητευσατε παντα τα εθνη; mathêteusate panta ta ethnê; jadikanlah murid(-Ku) semua bangsa-bangsa}” adalah kata kerja imperatif atau kata kerja bentuk perintah. Imperatif artinya suatu panggilan yang berbentuk perintah mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar.
Proses pelaksanaan amanat agung yang di dalamnya terdapat siklus empat langkah untuk menjangkau dunia bagi Kristus adalah sebagai berikut :
(1) Dunia hanya dapat dijangkau jika murid-murid Kristus pergi memberitakan Injil dan bersaksi;
(2) Sementara itu, orang-orang yang telah mendengarkan Injil dan percaya serta mengambil keputusan untuk mengikut Kristus harus menyatakan pengakuan imannya di muka umum dan memberi diri untuk dibaptisan ke dalam air. Baptisan adalah kesaksian awal yang dapat dilihat dari luar tentang pengalaman seseorang dengan Kristus;
(3) Kemudian, orang-orang yang baru menjadi pengikut Kristus itu disebut orang percaya dengan status sebagai murid Kristus yang harus diajarkan perintah-perintah (ajaran-ajaran) Tuhan kita dan dibimbing untuk melakukan (praktek) perintah-perintah itu dalam ketaatan, sukacita dan kasih kepada Kristus menuju kedewasaan melalui proses pemuridan di gereja lokal;
(4) Orang-orang percaya telah di murid kan dan dilengkapi itu diutus untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya dengan “pergi menjadikan semua bangsa murid Kristus”. Siklus multiplikasi ini kembali ke titik awal dan jika dilaksanakan akan menghasilkan lingkaran kesaksian yang terus menerus semakin besar “sampai akhir zaman”. Jadi pemuridan nampaknya merupakan metode yang ditetapkan Allah dalam perintah amanat agung tersebut untuk menginjili dan menjangkau dunia bagi Kristus.
Dengan demikian, jelaslah bahwa penekanan utama atau sasaran amanat agung adalah “menjadikan semua bangsa murid Kristus. Tugas para murid Kristus itu adalah menjadikan segala bangsa murid Kristus, bukan hanya sekedar menghasilkan orang yang mengaku percaya kepada Kristus. Artinya, murid sejati dari Kristus, yang telah belajar dan bertumbuh menjadi dewasa itu, juga dipanggil untuk menghasilkan murid Kristus yang baru.
Demikianlah seterusnya secara berkelanjutan proses pemuridan itu harus berlangsung, murid menghasilkan murid! Salah satu tanda murid Kristus yang sejati adalah menghasilkan murid Kristus yang lainnya. Itulah juga yang dipesankan rasul Paulus kepada murid-Nya, Timotius, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain”(2 Timotius 2:2).
Rasul Paulus berhasil memuridkan Timotius, dan Timotius diperintahkan untuk menghasilkan murid Kristus lainnya, yang juga cakap mengajar orang lain hingga bisa menghasilkan lagi murid Kristus yang lainnya. Inilah yang disebut dengan multiplikasi murid Kristus dalam proses pemuridan. Dengan melaksanakan hal ini, sesungguhnya kita sudah melakukan kehendak Allah.
PENGERTIAN MURID DAN PEMURIDAN
Kata Yunani untuk “murid” adalah “mathetes” yang menunjuk kepada para pengikut Yesus. Penggunaan paling umum kata “mathetes” adalah untuk menunjukkan para pengikut Kristus. Jadi kata “mathetes” menunjuk kepada para pengikut Yesus atau orang-orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Kristus dan Tuhan, mengikuti teladan dan ajaran-Nya, serta melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Kata “mathetes” yang diterjemahkan “murid” ini tercatat dalam Perjanjian Baru sebanyak 269 kali, sedangkan kata “Kristen” dicatat hanya 3 kali, dan kata “orang percaya” hanya 2 kali. Fakta ini memberitahukan kita bahwa betapa pentingnya panggilan Tuhan Yesus bagi kita supaya menjadi murid-Nya yang sejati. Dengan demikian program-program dan kegiatan-kegiatan gereja lokal tidak boleh lepas dari tugas pemuridan.
Seorang murid Kristus yang sejati adalah seorang yang telah diselamatkan. Seorang murid adalah seorang yang telah dilahirkan kembali (regenerasi) oleh Roh Kudus. Mereka percaya dalam hatinya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9-10). Dengan demikian, secara teologis seseorang menjadi murid Kristus ketika kuasa Roh Kudus turun atasnya dan menjadikannya suatu ciptaan baru (2 Korintus 5:17).
Keselamatan itu semata-mata adalah anugerah Allah, yang artinya, tidak ada sedikit pun melibatkan jasa dan usaha manusia (Efesus 2:8-9). Saat seseorang mendapatkan anugerah hidup kekal seketika itu juga ia diselamatkan dan menjadi murid Kristus (Yohanes 3:16; 14:6; Kisah Para Rasul 4:10-12). Dengan demikian, konsep “menjadikan murid” dalam perintah amanat agung adalah memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, dan kemudian mengajak mereka untuk percaya kepada Kristus dan menyerahkan hidup kepadaNya.
Namun, setelah seseorang percaya kepada Kristus dan diselamatkan, ia tidak secara otomatis menjadi dewasa. Ia harus bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juru selamat-Nya, Yesus Kristus (2 Petrus 3:18), hingga imannya semakin teguh, berakar kuat dan berbuah lebat dalam Kristus menuju kedewasaan yang penuh (Kolose 2:6-7). Inilah proses pemuridan, yaitu pengudusan menuju kedewasaan. Karena itu seorang murid Kristus harus terus berusaha bekerja sama dengan Roh Kudus untuk bertumbuh dalam kasih karunia menuju kedewasaan (Bandingkan Roma 5:2; 1 Korintus 15:10; Filipi 2:12; 2 Timotius 2:1; Ibrani 12:15; 13:9; 2 Petrus 3:18).
Menerima keselamatan dan menjadi murid Kristus itu semata-mata adalah anugerah. Seseorang masuk surga bukan karena ia mengikuti pemuridan, melainkan karena ia telah menerima anugerah hidup kekal dalam Kristus. Jadi pemuridan bukanlah semacam “pasport” untuk masuk surga, melainkan suatu proses pengudusan menuju kedewasaan dan menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Pemuridan merupakan hasil suatu kerja sama seumur hidup orang percaya dengan Roh Kudus yang tinggal di dalamnya. Kedewasaan itu sekalipun terjamin akan terjadi, namun tidak terjadi secara otomatis. Masing-masing orang percaya mempunyai peran dan tanggung jawab di dalamnya melalui pemuridan.
TUJUAN PEMURIDAN
Ketika seseorang diselamatkan, seketika ia mendapatkan hidup yang baru dan menjadi ciptaan baru dalam Kristus! Alkitab mengatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17). Hidup baru atau ciptaan baru ini disebut dengan istilah “regenerasi”. Regenerasi merupakan perubahan supranatural dan sepenuhnya merupakan tindakan Allah tanpa melibatkan manusia (Yohanes 3:6). Manusia yang telah mati secara rohani tidak mungkin dapat bekerja sama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri, karena itu regenerasi merupakan tindakan Allah dan manusia hanya menerimanya.
Regenerasi ini merupakan perubahan yang terjadi secara seketika, bukan suatu proses bertahap. Paulus mengatakan, “ telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Di sini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap.
Regenerasi yang kita alami merupakan perubahan yang radikal, suatu perubahan pada akar natur kita. Dengan demikian regenerasi berarti penanaman (pemberian) kehidupan rohani yang baru, karena pada dasarnya manusia telah mati secara rohani (Efesus 2:5; Kolose 2:13; Roma 8:7-8). Bersamaan dengan penanaman kehidupan rohani yang beru tersebut, terjadi perubahan yang total yaitu perubahan yang mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian kita meliputi : pikiran, hati nurani, kehendak, dan emosi.
Karena regenerasi merupakan pemberian hidup yang baru, maka artinya regenerasi merupakan awal dari proses pembaharuan hidup rohani. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaharuan. Proses hidup yang mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan disebut “pengudusan yang dinamis”.
Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Paulus dalam ayat ini bukan bermaksud memberitahukan orang-orang percaya di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukan perubahan ini, hal ini terjadi pada saat konversi, ketika mereka menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka.
Kata Yunani menanggalkan (apekdysamenoi) dan mengenakan (endysamneoi) menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika; Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu. Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”? Artinya, walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka belumlah mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa.
Pembaharuan ini terus berlanjut dan merupakan proses seumur hidup. Melalui frase ini rasul Paulus menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memerlukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Proses pengudusan yang progresif dan dinamis ini disebut juga proses pemuridan.
Paulus dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif “ananeousthai” yang diterjemahkan dengan “dibaharui”adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka berupa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1). Dengan demikian, pemuritan itu adalah suatu proses pertumbuhan yang membuat seseorang maju secara progresif dalam usaha menjadi serupa dengan Kristus.
Inilah tujuan dari pemuridan : proses menuju kedewasaan! Pemuridan merupakan proses yang membawa orang percaya meninggalkan sifat bayi dan kanak-kanak rohani bertumbuh menjadi dewasa rohani (Efesus 4:13-17) dan menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29; Galatia 4:19). Yesus sendiri mengatakan, “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya” (Matius 10:24-25b).
Ringkasnya, jelaslah bahwa pemuridan tidak terjadi secara instan, melainkan proses pembelajaran seumur hidup. Ketika seseorang di selamatan, maka ia telah masuk dalam daftar sebagai murid Kristus untuk mengikuti pemuridan dan diperkenalkan kepada kurikulum-Nya. Ini merupakan proses belajar seumur hidup hingga kita menjadi dewasa rohani.
PEMURIDAN : MENJADI ORANG KRISTEN YANG BERTUMBUHAN
Tugas seorang murid adalah belajar. Berhenti belajar sama dengan berhenti bertumbuh. Banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen tetapi karakternya tidak berubah. Mengapa? Karena mereka tidak mau belajar dan dimuridkan. Yesaya 1:17 mengatakan, “Berhenti berbuat jahat, belajarlah berbuat baik”. Akibat dari dosa maka manusia tidak perlu belajar berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik setiap orang perlu belajar. Menjadi murid memang tidak mudah, harus ada penyangkalan diri, tetapi hasilnya luar biasa yaitu kehidupan Yesus semakin nyata dalam hidup kita. Seorang pelatih olah raga mengatakan bahwa jika seseorang ingin mahir dalam salah satu cabang olahraga, ia harus berlatih selama kurang lebih delapan tahun.
Demikian juga dengan Kekristenan. Setelah diselamatkan, setiap orang Kristen wajib menjalani pemuridan menuju kedewasaan rohani. Menjadi dewasa rohani tidak terjadi secara instan, melainkan suatu proses. Karena itu, pemuridan adalah suatu proses pertumbuhan menuju kedewasaan rohani. Tujuan kedewasaan rohani adalah menjadi serupa dengan Kristus dengan cara menjadi pengikut Kristus setiap hari dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat dan baik (Bandingkan: Roma 8:29; Galatia 4:19; Efesus 4:13-17).
Walaupun anugerah keselamatan yang diberikan itu sama, fasilitas yang disediakan dan diberikan Allah untuk bertumbuh juga sama, namun kualitas pertumbuhan rohani setiap orang percaya bisa berbeda satu dengan lainnya. Mengapa? Karena dalam pertumbuhan rohani menuju kedewasaan melibatkan peran dan tanggung jawab setiap individu orang percaya.
Rumus dari pertumbuhan rohani adalah “kecepatan dikalikan waktu sama dengan jarak”. Artinya kecepatan seseorang bertumbuh dalam kehidupan rohani dalam sejumlah waktu yang diberikan kepadanya akan menentukan seberapa jauh ia sudah dalam perjalanan menuju kedewasaan.
Sebagai contoh, seorang yang baru diselamatkan, menjadi murid Kristus yang berkomitmen, dengan penuh semangat dan gairah, mudah diajar dan mau belajar, tekun belajar firman, berdoa dan beribadah, akan bertumbuh menuju kedewasaan lebih cepat dibandingkan dengan seseorang yang sudah diselamatkan dan menjalani kehidupan Kristen selama sepuluh tahun, namun membuang waktu dengan banyak hal yang sia-sia, yang tidak menunjang pertumbuhan rohaninya.
Rasul Paulus menjelaskan rumus pertumbuhan ini kepada jemaat di Korintus ketika ia berkata, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Korintus 3:1-3).
Rasul Paulus menjelaskan rumus pertumbuhan ini kepada jemaat di Korintus ketika ia berkata, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Korintus 3:1-3).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa rasul Paulus mengharapkan jemaat di Korintus telah menjadi dewasa secara rohani dalam suatu jangka waktu yang telah dilewati, tetapi kenyataannya, mereka masih bertindak seperti bayi dalam kerohanian. Rasul Paulus ke Korintus sekitar tahun 50 M, dan melalui pelayanan penginjilannya ada orang-orang di tuntun dan percaya kepada Kristus. Kira-kira tahun 55 M, yaitu kira-kira lima atau enam tahun kemudian, rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus, yaitu surat 1 Korintus.
Dalam surat itu ia menekankan bahwa seharusnya jemaat di Korintus telah menjadi dewasa bila ditinjau dari sudut waktu yang telah dilewati, namun kenyataan mereka masih bayi rohani. Artinya, waktu yang seharus cukup untuk proses pertumbuhan rohani tidak dimanfaat dengan sebaik-baiknya untuk bertumbuh. Sehingga di dalam 1 Korintus 2:14 – 3:3, Paulus nampaknya memberikan empat golongan manusia yang berhubungan dengan kehidupan rohaninya :
(1) Manusia duniawi (1 Korintus 2:14), yaitu orang non Kristen, yang belum lahir baru, dan karena itu tidak dapat memahami hal-hal rohani yang dari Allah;
(2) Orang Kristen bayi (1 Korintus 3:1), yaitu orang yang telah dilahirkan baru dalam Kristus dan diselamatkan. Bayi-bayi secara rohani ini akan bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan apabila mereka mengikuti proses pemuridan yang sehat dan baik;
Supaya dapat bertumbuh sehat dan baik secara rohani, orang-orang Kristen harus melatih dan mendisiplin diri secara rohani dengan melakukan lima hal berikut :
(1) Ibadah, yang membawa memiliki hubungan pribadi dengan Allah;
(2) Persekutuan, yang membawa mereka dalam hubungan yang penuh kasih dan suasana keakraban dengan sesama orang percaya lainnya;
(3) Pengajaran, yang membawa mereka belajar firman sesuai dengan tingkatannya dan dilengkapi dalam proses pertumbuhan rohani yang sehat hingga mencapai kedewasaan;
(4) Pelayanan, yang membantu mereka untuk menemukan, mengembangkan dan menjalankan berbagai karunia, talenta dan berbagai kemampuan lainnya dalam melayani Kristus dan orang percaya lainnya; dan
(5) Penginjilan, yang membawa mereka untuk bersaksi dan menjangkau orang-orang belum percaya kepada Kristus. Pertumbuhan rohani yang sehat harus memperhatikan kelima faktor tersebut dan tidak boleh mengabaikan satu pun di antara kelima hal tersebut.
(1) Ibadah, yang membawa memiliki hubungan pribadi dengan Allah;
(2) Persekutuan, yang membawa mereka dalam hubungan yang penuh kasih dan suasana keakraban dengan sesama orang percaya lainnya;
(3) Pengajaran, yang membawa mereka belajar firman sesuai dengan tingkatannya dan dilengkapi dalam proses pertumbuhan rohani yang sehat hingga mencapai kedewasaan;
(4) Pelayanan, yang membantu mereka untuk menemukan, mengembangkan dan menjalankan berbagai karunia, talenta dan berbagai kemampuan lainnya dalam melayani Kristus dan orang percaya lainnya; dan
(5) Penginjilan, yang membawa mereka untuk bersaksi dan menjangkau orang-orang belum percaya kepada Kristus. Pertumbuhan rohani yang sehat harus memperhatikan kelima faktor tersebut dan tidak boleh mengabaikan satu pun di antara kelima hal tersebut.
HARGA PEMURIDAN
Sesungguhnya, karena kematian dan korban Kristus di kayu salib maka jalan untuk selamat itu telah menjadi begitu sederhana, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Cara ini disebut sebagai “the greatest simplicity (kesederhanaan terbesar)”. Rasul Paulus dan Silas menyatakan kesederhanaan ini kepada kepala penjara Filipi saat mengatakan, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kisah Para Rasul 16:31).
Namun, walaupun jalan keselamatan itu sederhana, harga keselamatan itu mahal, yaitu hanya melalui pengorbanan Kristus (1 Petrus 1:18-19; Ibrani 9:11-28). Jadi, jalan keselamatan itu menjadi mudah karena korban Kristus, namun menjalaninya tidaklah mudah! Karena itu tidak semua orang yang sudah diselamatkan dan didaftarkan sebagai murid Kristus itu bersedia mengikuti pemuridan.
Banyak orang yang telah diselamatkan rindu untuk hidup bagi Allah, namun mereka gagal karena menjalani kehidupan Kristen tersebut dengan kekuatan sendiri tanpa mau mengikuti proses pemuridan. Sesungguhnya kehidupan Kristen tidak hanya sulit untuk dijalani bahkan mustahil dijalani dengan kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa hidup bagi Allah (Galatia 2:19), apabila kita terlebih dahulu mengijinkan Kristus hidup melalui kita. Karena itu, rahasia kekuatan kehidupan Kristen adalah, “Kristus yang hidup melalui kita!” Bukan kita yang hidup bagi Yesus, tetapi Yesus hidup melalui kita.
Banyak orang yang telah diselamatkan rindu untuk hidup bagi Allah, namun mereka gagal karena menjalani kehidupan Kristen tersebut dengan kekuatan sendiri tanpa mau mengikuti proses pemuridan. Sesungguhnya kehidupan Kristen tidak hanya sulit untuk dijalani bahkan mustahil dijalani dengan kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa hidup bagi Allah (Galatia 2:19), apabila kita terlebih dahulu mengijinkan Kristus hidup melalui kita. Karena itu, rahasia kekuatan kehidupan Kristen adalah, “Kristus yang hidup melalui kita!” Bukan kita yang hidup bagi Yesus, tetapi Yesus hidup melalui kita.
Rasul Paulus mengatakan, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20; 2 Korintus 4:10-11).
Berbeda dengan regenerasi dalam keselamatan yang merupakan tindakan Allah yang radikal bagi kita sehingga keselamatan itu terjamin, maka pemuridan itu melibatkan keputusan dan tindakan radikal dari kita. Sementara keselamatan itu tidak bersyarat karena semata-mata anugerah, maka pemuridan itu bersyarat adanya. Kristus mengatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23).
Sebagian orang Kristen tidak siap untuk memenuhinya, karena itu ada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh diselamatkan, tetapi tidak melanjutkannya dalam proses pemuridan. Untuk masuk dalam pemuridan diperlukan penyerahan diri yang radikal kepada Kristus. Ketika Kristus mengatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”, maka Ia sedang menyatakan keseriusan dari kehidupan Kristen yang sehat dan bertumbuh (Bandingkan Matius 16:24; Markus 8:34). Artinya, setelah diselamatkan setiap orang Kristen wajib menjalani kehidupan “menyangkal dirinya” dan “memikul salibnya”. Kedua hal ini terus menerus dilakukan “setiap hari”.
Pertanyaan logisnya adalah, “apakah yang dimaksud dengan menyangkal diri dan memikul salib? Bukankah Kristus telah mati di kayu salib bagi dosa-dosa kita dan telah menggenapi karya penebusanNya bagi kita semua? Jika Yesus telah mati dan penebusan-Nya itu sempurna, mengapa setiap orang perlu memikul salib?” Frase “menyangkal dirinya” adalah terjemahan Yunani “aparnêsasthô heauton”. Kata “aparnêsasthô” merupakan bentuk imperatif yang berasal dari kata “aparneomai”, yang berarti “membantah atau menyatakan tidak”. Jadi dalam konteks ini menyangkal diri berarti dengan tegas mengatakan “tidak” kepada kehendak diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Penyangkalan diri adalah bagian penting dari kehidupan Kristen dalam proses pemuridan. Kita melakukan ini dengan pertama-tama mengakui bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita dengan usaha kita sendiri, melainkan hanya dengan mempercayai Allah untuk keselamatan, bukan mempercayai diri kita (Efesus 2:7-9). Selanjutnya, setiap hari, kita harus menyangkal hikmat kita sendiri dan mencari hikmat dan arahan Allah untuk hidup kita. Penyangkalan diri kita sesuai dengan kehendak Tuhan apabila kita menyangkal diri kita dengan satu tujuan, yaitu meninggikan Yesus dan melakukan kehendak-Nya.
Sedangkan frase “memikul salibnya setiap hari” merupakan terjemahan frase Yunani “aratô ton stauron autou kath hêmeran”. Kata “aratô” adalah bentuk imperatif yang berasal dari kata “airô”, yang berarti “mengangkat, meletakkan beban di pundak sendiri, memikul beban yang sudah ada dan membawanya”. Salib adalah tempat di mana Yesus mati di atasnya. Demikian juga dengan “salib kita” adalah sesuatu yang memungkinkan kita mati di atasnya.
Itulah tempat kita menyerahkan hidup kita dan mati bagi diri sendiri. Sebagaimana Kristus mengorbankan hidupnya bagi kita, kini Ia menuntut agar kita mati bagi diri sendiri untuk mengalami kuasa kehidupan baru yang telah Ia berikan (Lukas 9:24) dan memampukan kita mematikan kehidupan yang lama (Kolose 3:5). Salib kita adalah kuk yang dipasang oleh Kristus, yang mengatakan, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29).
Kuk adalah sebuah ilustrasi klasik untuk menggambarkan apa artinya menjadi murid. Pada zaman dulu, para petani akan memasang kuk pada lembu yang lebih tua dan lebih berpengalaman bersama-sama dengan lembu muda yang tidak berpengalaman. Lembu yang lebih tua akan melakukan perkerjaan terbanyak dan berat sampai lembu muda yang tidak berpengalaman itu menjadi terbiasa dengan kuk dan dapat membajak dengan produktif bersama-sama lembu yang tua. Kuk itu sendiri dipasang oleh pembajak untuk tiga alasan, yaitu :
(1) supaya lembu itu dapat dikendalikan dan patuh;
(2) agar lembu itu membajak atau melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya;
(3) agar lembu-lembu itu dapat bekerja-sama. Sebuah kuk memampukan dua ekor lembu menarik beban bersama, masing-masing saling berbagi tugas sehingga konsekuensinya adalah meringankan tugas dan keduanya bersama dapat menyelesaikan tugas lebih banyak dari apa yang dapat dicapai kalau lembu itu hanya sendirian mengerjakannya.
Demikian juga dalam pemuridan, Kristus mencari kepatuhan dan Ia inginkan kita berada dalam pengendalian-Nya. Ia juga memberi kita tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang ia sediakan bagi kita (Efesus 2:10). Agar kuk itu terasa ringan maka kita harus bersedia bekerja sama sedemikian rupa dengan Roh Kudus dalam proses pemuridan.
Ringkasnya, menyangkal diri artinya berkata “tidak” pada kehendak diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan memikul salib artinya rela menderita karena melakukan kehendak Tuhan. Kedua hal ini harus terus menerus dilakukan “setiap hari”. Keduanya adalah syarat utama bagi kita dalam proses pemuridan dan mengikut Kristus setiap hari. Salib yang kita pikul hari ini adalah melakukan firman Allah yang adalah kehendak-Nya dengan ketaatan yang radikal, dan meninggikan-Nya di atas kehendak kita sendiri dalam setiap keadaan yang kita hadapi setiap hari.
Ringkasnya, menyangkal diri artinya berkata “tidak” pada kehendak diri sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan memikul salib artinya rela menderita karena melakukan kehendak Tuhan. Kedua hal ini harus terus menerus dilakukan “setiap hari”. Keduanya adalah syarat utama bagi kita dalam proses pemuridan dan mengikut Kristus setiap hari. Salib yang kita pikul hari ini adalah melakukan firman Allah yang adalah kehendak-Nya dengan ketaatan yang radikal, dan meninggikan-Nya di atas kehendak kita sendiri dalam setiap keadaan yang kita hadapi setiap hari.
TEOLOGI PEMURIDAN : LANDASAN TEOLOGIS PEMURIDAN DI GEREJA LOKAL (2).
PEMURIDAN DI GEREJA LOKAL
Di dalam Alkitab kita mendapatkan bahwa Yesus sendirilah yang pertama kali menggunakan kata Gereja atau Jemaat. Dalam Matius 16:16-18, ketika pertama kali Kristus berbicara mengenai gereja, yang Ia maksudkan adalah Gereja atau Jemaat yang Universal, yang sesungguhnya tidak kelihatan oleh mata manusia. Atas dasar pernyataan Yesus ini maka dapat disebutkan bahwa gereja adalah : Milik Kristus; hanya ada satu (kata gereja di sini tidak di tulis dalam bentuk jamak); didirikan oleh Kristus sendiri; dibangun atas Batu Karang (fondasi rohani), yaitu Yesus Kristus; dibangun atas dasar pewahyuan atau pernyataan siapa sesungguhnya Yesus Kristus itu; akan mengalahkan alam maut; akan memiliki kuasa untuk mengikat dan melepaskan, baik di bumi maupun di surga.
Gereja yang bersifat universal ini adalah kumpulan orang-orang percaya kepada Kristus di sepanjang zaman, baik yang masih hidup sekarang maupun yang sudah meninggal dunia, yaitu orang-orang yang terpisah dari dunia karena panggilan mereka di dalam Tuhan, dan yang dipersatukan ke dalam satu tubuh rohani yang didiami oleh Roh Kudus, dengan Yesus Kristus sebagai kepalanya. Kesatuan ini bukan sesuatu yang dapat dilihat dengan mata jasmani kita pada saat ini tetapi secara de jure merupakan suatu kenyataan yang terlihat jelas oleh Allah.
Gereja yang bersifat universal ini adalah kumpulan orang-orang percaya kepada Kristus di sepanjang zaman, baik yang masih hidup sekarang maupun yang sudah meninggal dunia, yaitu orang-orang yang terpisah dari dunia karena panggilan mereka di dalam Tuhan, dan yang dipersatukan ke dalam satu tubuh rohani yang didiami oleh Roh Kudus, dengan Yesus Kristus sebagai kepalanya. Kesatuan ini bukan sesuatu yang dapat dilihat dengan mata jasmani kita pada saat ini tetapi secara de jure merupakan suatu kenyataan yang terlihat jelas oleh Allah.
Di dalam seluruh Perjanjian Baru kata kata Yunani “ekklesia” atau “gereja” atau “jemaat” tercatat sebanyak 114 kali. Ayat-ayat itu kurang lebih 90 persen berbicara mengenai gereja lokal, yaitu jemaat yang dapat dilihat dengan mata. Bila kita mengatakan bahwa Allah tidak berminat akan gereja lokal, itu berarti kita sedang meremehkan apa yang digariskan oleh Tuhan sendiri mengenai hal ini. Ketika untuk kedua kalinya berbicara mengenai gereja maka yang Kristus maksudkan ialah gereja lokal, yaitu jemaat yang kelihatan (Matius 18:15-20).
Dalam ayat-ayat tersebut Kristus mengungkapkan banyak hal kepada kita tentang gereja lokal dan bagaimana gereja itu seharusnya berfungsi, yaitu bahwa gereja : Merupakan perkumpulan persaudaraan, yang terdiri dari saudara-saudara seiman; menangani masalah disiplin; suatu kepengurusan setempat; wadah dari mana seseorang dapat dikeluarkan; wadah yang mempunyai kuasa untuk mengikat dan melepaskan, baik di surga maupun di bumi; persekutuan dalam iman dan doa; perkumpulan yang menyandang nama Kristus; dan tempat di mana Kristus berjanji akan hadir.
Kitab Kisah Para Rasul memberikan kita suatu gambaran yang cukup jelas tentang gereja lokal. Gereja yang terdapat dalam Kisah Para Rasul adalah gereja yang didirikan oleh Kristus dan merupakan contoh yang seharusnya ditiru oleh gereja-gereja yang didirikan selanjutnya.
Dari Kitab Kisah Para Rasul ini kita melihat bahwa gereja lokal dalam Perjanjian Baru itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Sebuah jemaat di lokasi atau tempat tertentu (Kisah Para Rasul 8:1); Suatu perkumpulan orang-orang yang percaya akan Kristus (Kisah Para Rasul 5:14); Sebuah tempat dimana diselenggarakan pengajaran dan pendidikan, termasuk disiplin (Kisah Para Rasul 11:26); Suatu unit atau kesatuan tersendiri, yang memiliki wewenang hukum (Kisah Para Rasul 15:22); Didirikan oleh Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 2:47); Merupakan sebagian dari Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 5:14); Sebuah wadah di mana Tuhan sendiri dan bukan manusia yang menempatkan anggotanya (Kisah Para Rasul 5:13); Didisiplin oleh Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 5:5); Mempunyai struktur tertentu; ada orang-orang yang ditahbiskan untuk memegang kedudukan dengan kuasa untuk memimpin, mendisiplin dan mengawasi (Kisah Para Rasul 14:23; 20:17-28); Sebuah wadah untuk aneka pelayanan (Kisah Para Rasul 13:1; 15:4); Mempunyai persekutuan dengan gereja-gereja lokal lainnya, yang bersifat sukarela (KPR 15:3-4); Sebuah wadah yang didirikan atas dasar iman (Kisah Para Rasul 16:5); dan Sebuah wadah yang mengutus orang untuk pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2).
Jadi, gereja lokal pada dasarnya adalah suatu perkumpulan yang diorganisir sesuai dengan contoh dalam Perjanjian Baru, terdiri dari kelompok-kelompok orang percaya di lokasi atau tempat tertentu, yang mana dicirikan oleh :
(1) Suatu pengakuan iman;
(2) Suatu kehidupan tertib disiplin;
(3) ketaatan terhadap perintah untuk dibaptiskan;
(4) Berkumpul sekitar pribadi Kristus;
(5) Mempunyai berbagai pelayanan yang dikaruniakan oleh Kristus;
(6) Setia memperingati kematian dan Kebangkitan Kristus;
(7) Mereka selalu disebutkan sebagai suatu unit yang berdiri sendiri, tetapi dapat bekerja-sama dan bersekutu satu sama lain secara sukarela.
Jika kita membaca seluruh Kisah Para Rasul maka kita mendapat pengertian betapa pentingnya gereja lokal bagi setiap orang yang lahir baru. Jelas sekali, bahwa sesudah menerima Tuhan, orang-orang selalu akan bergabung menjadi anggota suatu gereja lokal. Kita juga mendapatkan bahwa tidak seorang pun yang belum diselamatkan yang berhak bergabung menjadi anggota jemaat lokal, dan tidak seorang pun yang sudah diselamatkan yang tidak mempunyai tempat tinggal (penampungan) rohani. Bahkan rasul Paulus sendiri, misionaris yang ternama itu, tetap tergabung dan mempunyai hubungan erat dengan gereja lokal Antiokhia yang mengutusnya (Kisah Para Rasul 14:26).
Alkitab memberikan alasan mengapa orang Kristen harus ke gereja lokal dan menjadi anggota yang berkomitmen di gereja lokal adalah karena :
(1) Gereja lokal merupakan tempat perkumpulan keluarga atau persekutuan orang percaya (Efesus 2:19-22). Dengan ke gereja lokal menghindarkan kita dari keterasingan/kesendirian yang mementingkan diri sendiri (1 Korintus 12:26);
(2) Gereja lokal adalah suatu persekutuan tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota dan yang menempatkan anggota di dalam tubuh-Nya tersebut adalah Kristus sendiri (1 Korintus 12:18-20; Roma 12:4-5). Allah menurut kehendak-Nya yang berdaulat telah menetapkan dan menempatkan setiap orang percaya di gereja-gereja lokal. Gereja lokal adalah tempat untuk mengasuh, merawat, dan mengayomi atau dengan kata lain gereja lokal adalah tempat di mana proses pemuridan dilaksanakan;
(3) Dengan pergi ke gereja lokal kita memenuhi Perintah Tuhan Yesus (Matius 28:18-19), karena di gereja kita diajar dan dimuridkan. Orang-orang yang mengatakan bahwa mereka diajar dan menjadi murid di luar konteks gereja lokal jelaslah tidak memahami sifat pemuridan maupun gereja lokal. Gereja lokal adalah konteks Allah yang di dalamnya berlangsung proses pemuridan (Bandingkan Efesus 1:22-23; 1 Timotius 3:14-15);
(4) Dengan ke gereja lokal menunjukkan bahwa kita adalah sungguh-sungguh Kristen, yaitu murid Kristus (Yohanes 13:35). Di gereja lokal kita dibentuk, diperlengkapi bertumbuh secara rohani (Efesus 4:11-16). Di gereja lokal kita saling membantu dan melayani (1 Korintus 12:7). Di gereja lokal kita saling menjaga dan melindungi agar terhindar dari kemunduran rohani (1 Korintus 10:12; Ibrani 10:25; Yakobus 5:19) Di gereja lokal kita dapat mengambil bagian dalam misi Kristus di dunia (Efesus 2:10).
Dengan demikian, semua program, acara, dan kegiatan yang dilakukan di luar konteks gereja lokal hanya bersifat tambahan bukan utama. Semua itu haruslah dalam upaya mendukung pelayanan gereja lokal, bukan untuk menggantikannya. Seharusnya, semua lembaga, yayasan, seminari, dan lain sebagainya didirikan dan dilaksanakan dalam rangka mendukung pelayanan gereja-gereja lokal. Seorang anak dapat pergi ke sekolah dan belajar, tetapi tidak pernah menggantikan rumahnya dan keluarganya.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa gereja lokal adalah “rumah tangga Allah” (1 Timotius 3:14-15), tempat di mana perilaku orang percaya dinilai, dikritik, dan diperbaiki. Paulus juga menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepalanya (Efesus 1:22-23). Jadi Kristus adalah kepala dan gereja adalah tubuh-Nya, yang dinyatakan di dalam setiap gereja lokal. Tugas gereja adalah melaksanakan perintah Kepalanya, yaitu Kristus.
PROSES PEMURIDAN DI GEREJA LOKAL
Menjadi murid Kristus adalah suatu proses seumur hidup dari tingkat satu ke tingkat lainnya menuju kedewasaan. Dimulai dari kelahiran baru hingga berbuah-buah lebat di dalam Kristus. Ini adalah suatu proses yang tidak terwujud dalam seketika atau instan. Sama seperti tanah liat yang sedang diolah oleh tukang periuk, ia tidak seketika berubah menjadi bejana, tetapi melalui proses pengadukan, pengolahan dan pembentukan.
Bagi kita, proses ini adalah proses pertumbuhan dan perkembangan, termasuk melibatkan pembentukan karakter yang berlangsung seumur hidup. Melaluinya kita diubah terus menerus sehingga sifat atau karakter Kristus tercermin dalam kehidupan setiap hari. Paulus dalam 2 Korintus 3:18 mengatakan, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”. Inilah tujuan utama pemuridan, yaitu diubahkan menjadi seperti Kristus.
Namun, sesudah menerima Kristus banyak orang berpikir mereka tidak perlu “berjuang”, padahal kita harus terus berjuang dalam pemuridan untuk mengalami perubahan (metamorpho) sehingga menjadi serupa dengan gambar (morphe) Kristus. Artinya, sifat atau karakter kita harus diubah dari waktu ke waktu menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus (banding Roma 12:2).
Yang sering kali dilupakan oleh banyak orang Kristen adalah bahwa untuk diselamatkan dan masuk surga itu adalah anugerah di dalam Kristus Yesus, namun untuk mendapatkan mahkota itu merupakan pahala. Rasul Paulus mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Timotius 4:7-8).
Jadi, di dalam Kekristenan dikenal apa yang disebut dengan pahala. Namun pemberian pahala bukan untuk menentukan apakah orang-orang percaya akan masuk surga atau neraka, dengan kata lain pahala bukan untuk keselamatan karena keselamatan itu semata-mata anugerah (Efesus 2:8). Pahala dihubungkan dengan tanggung jawab dalam Kekristenan yaitu penilaian atas kehidupan dan pelayanan orang percaya di hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus nanti. Paulus mengingatkan, “Demikianlah setiap orang di antara kita (semua orang percaya yang sudah diselamatkan) akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Roma 14:12).
Inilah tujuan hidup dan pelayanan Kristen, yaitu memperoleh pahala dan mahkota pada hari pemahkotaan di Tahta Pengadilan Kristus. Karena itu Paulus mengingatkan, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal.
Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Korintus 9:24-27).
Sama seperti bayi yang membutuhkan keluarga yang memberinya tempat untuk pengasuhan dan perkembangan, demikian juga setiap orang percaya harus menjadi bagian dinamis dari persekutuan gereja lokal. Namun disayangkan banyak orang telah ber gereja tetapi tidak memberi diri untuk berkomitmen dimuridkan di gereja lokal. Atau sebaliknya, orang-orang percaya di gereja lokal itu menginginkan untuk dimuridkan, namun gereja lokal itu tidak memberikan dan tidak melaksanakan tugas pemuridan.
Karena itu, gereja lokal yang sehat adalah gereja lokal yang melaksanakan tugas pemuridan dan membantu anggota-anggotanya untuk bertumbuh. Khotbah, pengajaran, ibadah, doa, program, rencana, pelatihan dan lainnya yang dilaksanakan di gereja lokal harus dipusatkan di sekitar tujuan pemuridan, yaitu pendewasaan rohani. Di gereja lokal, kami mengembangkan program pemuridan yang membantu anggota-anggota jemaat untuk bertumbuh dan menjadi dewasa. Berikut ini delapan tahap dari proses pemuridan di gereja lokal kami yang harus dijalani seorang Kristen, mulai sejak diselamatkan di dalam Kristus.
1. Memiliki Hidup Kekal. Murid Kristus haruslah memiliki hidup yang kekal. Tujuan Yesus datang dan mati untuk dosa-dosa kita bukan sekedar supaya kita tidak binasa, melainkan untuk memberi hidup kekal (Yohanes 3:15-16; 17:3; 1 Yohanes 5:11-13). Seorang murid Kristus yang sejati adalah seorang yang telah diselamatkan. Seorang murid Kristus adalah seorang yang telah dilahirkan kembali (regenerasi) oleh Roh Kudus. Mereka percaya dalam hatinya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9-10).
Dengan demikian, secara teologis seseorang menjadi murid Kristus ketika kuasa Roh Kudus turun atasnya dan menjadikannya suatu ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Saat seseorang mendapatkan anugerah hidup kekal seketika itu juga ia diselamatkan dan menjadi murid Kristus (Yohanes 3:16; 14:6; Kisah Para Rasul 4:10-12). Bagaimana kita mengetahui bahwa kita memiliki hidup yang kekal? Kita memiliki hidup yang kekal apabila telah mengenal Bapa, sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang diutus-Nya. (Yohanes 17:3).
2. Keyakinan Keselamatan. Murid Kristus haruslah yakin tentang keselamatannya dan keselamatan itu terjamin dalam kekekalan. Keraguan keselamatan disebabkan keyakinan yang keliru bahwa keselamatan adalah perbuatan kita bukan anugerah; atau keyakinan yang keliru bahwa keselamatan adalah anugerah ditambah perbuatan kita. Kedua hal tersebut sangat keliru! Yang benar adalah bahwa keselamatan dan pembenaran itu semata-mata anugerah (Efesus 2:8-10; Titus 3:5).
Keselamatan itu bukan sesuatu yang wajib kita pertahankan melainkan kita kerjakan (Filipi 2:12). Keselamatan itu adalah anugerah, yang artinya, tidak ada sedikit pun melibatkan jasa dan usaha manusia (Efesus 2:8-9). Komitmen kepada proses pemuridan berakar dari keyakinan yang teguh atas kepastian keselamatan dalam Kristus ini.
Kepastian keselamatan kita didasarkan pada : (1) Pemilihan Allah yang berdaulat (Efesus 1:4-6; Roma 8:30); (2) Kristus mati bagi kita (Roma 8:33-34); (3) Roh Kudus melahir barukan kita (Yohanes 3:3; Titus 3:5); (4) Roh Kudus berdiam di dalam kita (Yohanes 14:17; Roma 8:9; 1 Korintus 12:13); (5) Pemeteraian Roh Kudus (2 Korintus 1:21-22; Efesus 4:30); (6) Pemeliharaan Allah (Yohanes 10:28-29; Roma 8:38-39).
3. Komitemen di Gereja Lokal. Murid Kristus haruslah komitmen di gereja lokal. Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota yang berlainan. Yang menempatkan anggota di dalam tubuh-Nya adalah Kristus sendiri (1 Korintus 12:18-20; Roma 12:4-5). Komitmen di gereja lokal berakar dari keyakinan bahwa Allah menurut kehendak-Nya yang berdaulat telah menetapkan dan menempatkan setiap orang percaya di gereja-gereja lokal. Gereja lokal adalah tempat untuk mengasuh, merawat, dan mengayomi atau dengan kata lain gereja lokal adalah tempat di mana proses pemuridan dilaksanakan.
Di gereja lokal orang percaya diajar, didik, dibentuk, diperlengkapi dan bertumbuh secara rohani (Efesus 4:11-16). Di gereja lokal orang percaya saling membantu dan melayani (1 Korintus 12:7). Di gereja lokal orang percaya saling menjaga dan melindungi agar terhindar dari kemunduran rohani (1 Korintus 10:12; Ibrani 10:25; Yakobus 5:19). Dan di gereja lokal orang percaya dapat mengambil bagian dalam misi Kristus di dunia (Efesus 2:10).
4. Bertekun dalam Ibadah, Doa dan Pengajaran Alkitab. Gereja lokal wajib memperhatikan nasihat Rasul Paulus kepada Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 2:1). Ajaran sehat adalah doktrin atau didaskalia. Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan.
Doktrin yang sehat dihubungkan dengan praktek kehidupan sehari-hari (Titus 2:1-14). Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan Praktek kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah. Murid Kristus haruslah bertekun dalam ibadah, doa, pengajaran firman Tuhan yang akan membantu mereka bertumbuh (Kisah Para Rasul 2:42; 6:6-7). Dengan belajar firman kita mengetahui kehendak Tuhan dan melakukannya. Firman dan doa menyucikan hidup kita dan doa mengubah kita kepada sudut pandang Allah (Yohanes 17:17).
Yesus menghubungkan firman / kehendak-Nya dengan doa yang dijawab (Yohanes 15:7). Diperlukan keseimbangan antara doktrinal dan praktikal, pengetahuan firman Tuhan dan pengalaman. Orang-orang Kristen harus diajarkan firman (doktrin) Alkitab dan dibimbing agar melakukan (praktek) ajaran itu dalam ketaatan, sukacita dan kasih kepada Kristus. Kristus memerintahkan para muridNya “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 20:20); dan dalam Yohanes 13:17 Yesus berkata “Jikalau kamu tahu semua ini (doktrin), maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya (praktek)”.
5. Bertumbuh dalam Karakter Kristus. Murid Kristus haruslah bertumbuh dalam karakter Kristus. Hidup baru yang Allah berikan menghasilkan hati (kardia) yang diubahkan yang memimpin kepada karakter yang diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang diubahkan (2 Korintus 5:17; Roma 12:1-2; Matius 7:17-18; Galatia 5:2223). Karakter harus mendahului karunia-karunia, sebab orang Kristen jatuh bukan karena kekurangan karunia dan kuasa melainkan karena kekurangan karakter (1 Korintus 14:1).
Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin sehat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan rohani yang sehat bagi orang percaya. Doktrin sehat menghasilkan praktik kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah. Merupakan fakta yang terbukti bahwa doktrin mempengaruhi karakter.
Jika seseorang menerima dan mengikuti doktrin yang sehat maka doktrin itu akan menghasilkan karakter ilahi dan karakter Kristus. Paulus memberikan nasihat kepada Timotius agar “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:6,13,16). Selanjutnya Paulus berbicara tentang “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1 Timotius 6:1-3), yakni serupa dengan Allah; karakter dan kehidupan yang kudus dan memuliakan-Nya.
6. Melayani Sesuai Karunia. Murid Kristus haruslah melayani sesuai karunia rohani yang dianugerahkan Tuhan (Roma 12:6-8). Karunia roh diberikan untuk kepentingan bersama tubuh Kristus (1 Korintus 12: 7-12). Para pemimpin gereja lokal diberikan kepada jemaat untuk memperlengkapi mereka agar dapat bertumbuh dan melayani sesuai karunia yang dianugerahkan (Efesus 4:7-16).
Jemaat yang bertumbuh sehat adalah jemaat yang mengerti bahwa mereka adalah tiang penopang dan dasar kebenaran (1 Timotius 3:15). Karunia Roh (1 Korintus 12:7-12) dan buah Roh (Galatia 5:22-25), keduanya adalah karya Roh di dalam dan melalui kita. Tujuan karunia Roh Kudus diberikan yaitu sebagai alat yang memungkinkan kita dengan kuasa-Nya melayani orang-orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sedangkan buah Roh adalah karakter yang Dia hasilkan di dalam dan melalui kita yang tampak dalam kehidupan kita sehari-hari. Tujuan dari buah Roh diberikan karena kita membutuhkan karakter-Nya agar cocok dengan kuasa-Nya. Mengapa? Karena kuasa yang diterima tanpa diimbangi karakter dapat merusak.
Jadi Roh Kudus berkarya di dalam kita melalui dua cara, yaitu: (1) kuasa Roh yang mengubahkan dan memerdekakan; (2) karakter Roh, yaitu moral dan etika yang menyertainya. Baik kuasa Roh maupun buah Roh, keduanya sama-sama kita perlukan. dalam konteks penjelasan yang Alkitabiah, keduanya sama pentingnya bagi kita.
7. Diperlengkapi dan Diutus. Menginjil dan bersaksi adalah tugas semua orang percaya. Penginjilan merupakan suatu proklamasi Injil Yesus Kristus yang berkuasa, dalam kuasa Roh Kudus dengan cara yang dapat dimengerti agar manusia bertobat kepada Tuhan Yesus Kristus. Tujuan dari penginjilan adalah agar orang yang belum percaya menjadi murid Kristus.
Karena itu, gereja lokal harus meletakkan tugas menyampaikan Injil kepada semua orang di dunia dalam tempat yang terpenting. Para pemimpin gereja lokal harus menjadi pemobilisir dari anggota jemaat, memberi inspirasi, teladan dan latihan bagi orang-orang percaya untuk bersaksi dan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus.
Karena itu, semua aktivitas gereja harus dikaitkan dengan mobilisasi anggota-anggota gereja untuk menjadi pemenang jiwa. Sebuah gereja lokal ingin memenuhi amanat agung Kristus harus melaksanakan pemuridan. Murid Kristus haruslah diperlengkapi dan diutus untuk menjadi saksi Kristus. Bukan hanya mengajak orang yang belum percaya untuk ke gereja tetapi juga pergi dan bersaksi tentang anugerah keselamatan dalam Kristus (Roma 10:13-15). .
Baca Juga: 5 Ciri Dasar Gereja Sejati
Seorang murid adalah seorang penuai (Matius 9:37-38; Lukas 10:2). Yesus mengajarkan bahwa doa kita bukanlah meminta jiwa-jiwa untuk diselamatkan, melainkan meminta penuai (murid) untuk menuai jiwa-jiwa yang ada di sekitar kita, dimulai dari orang terdekat dan yang kita kenal (Kisah Para Rasul 1:8; (Yohanes 1:37-51).
8. Berbuah-buah bagi Kristus. Murid Kristus dikenali dari buah yang dihasilkan-Nya. Buah-buah yang baik adalah tanda kesejatian seorang Murid Kristus (Yohanes 1:1-8). Murid Kristus yang sejati dapat dibedakan dari yang palsu dengan melihat buahnya. Kristus berkata, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18).
Buah adalah kemurnian ajaran, motivasi, dan karakter hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Matius 7:21; Yohanes 13:35; 2 Petrus 2:1-22). Seorang murid haruslah berbuah banyak, lebat dan berbuah tetap (Yohanes 15:16). Buah-buah dari kehidupan Kristen berhubungan dengan karakter dan tindakan meliputi : buah pertobatan (Matius 3:8), buah pengudusan (Roma 6:22), buah terang (Efesus 5:8-9), buah bibir (Ibrani 13:15), buah Roh Kudus di dalam orang percaya ( Galatia 5:22-23), buah keberhasilan (Mazmur 1:3; Bandingan Ulangan 8:18), dan berbuah menghasilkan jiwa-jiwa (Yohanes 15:16). Kristus berbuah-buah melalui kehidupan murid-muridNya (Yohanes 15:1-8).
REFERENSI
Artanto, Widi., 1997. Menjadi Gereja Misioner. Penerbit Kanasius: Yokyakarta & BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Darrel W. Robinson., 2004. Total Church Life. Terjemahan, diterbitkan oleh Lembaga Literatur Baptis: Bandung.
Dever, Mark., 2008. Sembilan Tanda Gereja Yang Sehat. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Dick Iverson., 1994. Kebenaran Masa Kini, diktat. Harvest International Theological Seminary/Harvest Publication House: Jakarta.
Douglas, J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terjemahan, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Evans, Tony, 2004. Hal Yang Paling Utama Dalam Kehidupan Rohani, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Evans, Tony, 2005. Sungguh-sungguh Diselamatkan, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Schwarz, Christian A., 1999. Ringkasan Mengenai Pertumbuhan Gereja Yang Alamiah. Terjemahan, Penerbit Metanoia : Jakarta.
Susanto, Hasan., 2003.Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Harianto GP., 2012. Pengantar Misiologi: Misiologi Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Wagner, C. Peter., 1993. Strategi Perkembangan Gereja. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Warren, Rick., 1997. Gereja Yang Digerakan Oleh Tujuan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Wongso, Peter,. 1981. Tugas Gereja dan Missi Masa Kini. Penerbit Seminari Alkitab Asia Tenggara: Malang.
Wiebracht, Dean., 1997. Menjawab Tantangan Amanat Agung. Terjemahan, diterbitkan oleh Yayasan Andi: Yogyakarta.
Wommack, Andrew & Don W. Krow., 2014. Kursus Penginjilan Pemuridan. Terjemahan, Penerbit Light Publising : Jakarta. 2 KHOTBAH TEOLOGIA PEMURIDAN DI GEREJA LOKAL.