Perendahan Kristus dalam Konteks Karya Penebusan

Perendahan Kristus adalah konsep yang mendalam dalam ajaran Kekristenan yang mengacu pada keadaan Kristus yang rendah dalam konteks karya penebusannya. Ini adalah salah satu aspek paling penting dari iman Kristen, dan para teolog telah lama berusaha untuk membahas makna dan implikasi dari perendahan Kristus ini. Dalam artikel ini, kita akan merenungkan perendahan Kristus dalam empat aspek utama yang dicerminkan dalam Kitab Suci.
Perendahan Kristus dalam Konteks Karya Penebusan
1. Perendahan Kristus yang Pertama: Kelahiran-Nya sebagai Manusia

Salah satu bentuk perendahan Kristus yang paling mencolok adalah kelahiran-Nya sebagai manusia. Dalam Filipi 2:6-8, Alkitab menggambarkan peristiwa ini dengan indah:

"Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."

Kelahiran Kristus sebagai manusia adalah suatu perendahan yang luar biasa. Sang Pencipta, yang memiliki otoritas tertinggi, memilih untuk mengambil rupa ciptaan-Nya. Ini adalah konsep yang sulit dibayangkan – bayangkan seorang presiden yang rela pergi ke tempat-tempat sulit dan berbicara dengan rakyat biasa. Orang akan menyebutnya sebagai presiden yang sangat rendah hati. Namun, perendahan Kristus jauh lebih dalam. Kristus, sebagai Allah, memilih untuk menjadi manusia, menjadikan diri-Nya sejajar dengan kita. Tidak ada bentuk kerendahan yang lebih besar daripada Allah sendiri yang menjadi manusia. Inilah perendahan Kristus yang pertama: Dia menjadi manusia.

2. Perendahan Kristus yang Kedua: Kristus Takluk kepada Taurat

Bentuk perendahan Kristus selanjutnya adalah saat Dia tunduk kepada hukum Taurat. Dalam Galatia 4:4, kita mendapati kutipan yang menggambarkan peristiwa ini:

"Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat."

Penting untuk merenungkan makna dari "takluk kepada hukum Taurat." Siapa yang memberikan hukum Taurat? Hukum Taurat diberikan oleh Allah sendiri. Sebagai pemberi hukum Taurat, Allah jelas lebih tinggi daripada hukum itu. Namun, Kristus, yang adalah Allah yang menjadi manusia dan dilahirkan dari seorang perempuan, memilih untuk tunduk kepada hukum Taurat. Dalam hidup Yesus, Dia mempelajari ketaatan. 

Dia memenuhi tuntutan hukum Taurat bukan untuk kepentingan-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan kita, orang-orang yang gagal memenuhi hukum Taurat. Kristus datang untuk menggantikan peran kita dalam memenuhi hukum tersebut. Dia mematuhi semua tuntutan hukum Taurat bagi kita, sehingga kita tidak lagi terkutuk karena kegagalan kita dalam memenuhi hukum Taurat. Inilah perendahan Kristus yang kedua, yang menunjukkan pengorbanan-Nya yang besar demi penyelamatan kita.

3. Perendahan Kristus yang Ketiga: Kematian-Nya di Atas Kayu Salib

Bentuk perendahan Kristus yang ketiga adalah kematian-Nya di atas kayu salib. Penderitaan-Nya selama proses pengadilan dan kematian-Nya di kayu salib adalah bentuk perendahan yang sangat dalam. Yesaya 53, salah satu pasal dalam Alkitab, menggambarkan dengan sangat dramatis betapa hina proses ini:

"Ia dihina orang, Ia dicibir orang, rupa-Nya tidak seperti manusia lagi; padahal penyakit kitalah yang ditanggung-Nya; orang menganggap bahwa Dia kena tulah."

Baca Juga: 4 Aspek Pemuliaan Kristus

Yesus digambarkan sebagai seseorang yang begitu rendah, hina, dan seolah-olah adalah orang yang paling malang yang pernah hidup di dunia ini. Penderitaan inilah yang membawa Kristus ke atas kayu salib. Dia menanggungnya bagi kita, untuk menebus dosa-dosa kita. Inilah perendahan Kristus yang ketiga, yang menggambarkan sejauh mana Dia bersedia pergi untuk menyelamatkan umat manusia.

4. Perendahan Kristus yang Keempat: Penguburan-Nya di Antara Orang-Orang Mati

Perendahan Kristus yang terakhir adalah saat Dia dikuburkan di antara orang-orang mati. Ketika Kristus turun ke dunia orang mati dan tetap berada di dalam kuburan selama tiga hari, itu adalah bentuk perendahan. Matius 12:40 mencatatnya dengan cara yang mengesankan:

"Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam."

Tetap berada dalam keadaan kematian adalah perendahan yang luar biasa, karena Kristus memiliki kuasa untuk membangkitkan diri-Nya. Dalam Yohanes 10:17-18, Yesus menyatakan kuasa-Nya:

"Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali."

Dalam Yohanes 2:19, Dia bahkan menantang orang-orang Yahudi:

"Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."

"Bait Allah" yang Dia maksud adalah "tubuh-Nya." Kristus memiliki kuasa untuk membangkitkan diri-Nya, tetapi pada saat Dia mati, Dia bertahan dalam keadaan mati selama tiga hari. Ini adalah perendahan Kristus yang keempat, yang mencerminkan pengorbanan-Nya yang mendalam demi penebusan dosa-dosa manusia.

Baca Juga: Doktrin Kristus (4)- Perendahan Kristus Dan Penderitaan Kristus

Semua bentuk perendahan ini dilakukan oleh Kristus untuk kepentingan kita, sebagai bagian dari rencana penebusan-Nya. Kita sebagai umat Kristen harus bersyukur atas kasih karunia-Nya yang tak terbandingkan. Ini juga mengajarkan kita untuk hidup dalam kerendahan hati, mengikuti teladan Kristus, dan saling melayani satu sama lain.

Dalam penutup, mari kita merenungkan perendahan Kristus dan pengorbanan-Nya yang besar demi keselamatan kita. Semoga kita dapat meneladani-Nya, hidup dalam kerendahan hati, dan bersyukur atas kasih-Nya yang luar biasa. Tuhan memberkati kita semua. Amin
Next Post Previous Post