Nubuatan dalam Gereja: 1 Korintus 14:24-25
Pendahuluan: Nubuatan dan Tata Ibadah yang Tertib
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus membahas berbagai aspek kehidupan gerejawi, termasuk penggunaan karunia rohani dalam ibadah. Dalam 1 Korintus 14, Paulus memberikan petunjuk tentang bagaimana karunia rohani, terutama nubuatan dan bahasa roh, harus digunakan secara tertib agar jemaat dapat bertumbuh.
Salah satu poin utama dalam perikop ini adalah pentingnya nubuatan yang disampaikan satu per satu, bukan secara serempak, agar bisa dimengerti dan berdampak bagi orang-orang yang hadir. Paulus menjelaskan bahwa ketika nubuatan diberikan secara tertib, bahkan orang yang belum percaya bisa diyakinkan oleh Firman Tuhan dan bertobat.
Berikut adalah 1 Korintus 14:24-25 (TB):1 Korintus 14:24 Tetapi jika semua bernubuat dan seorang yang tidak percaya atau orang awam masuk, ia akan diyakinkan oleh semuanya itu, ia akan dihakimi oleh semuanya itu.1 Korintus 14:25 Segala rahasia hatinya akan dinyatakan, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."
Dalam artikel ini, kita akan menguraikan makna mendalam dari 1 Korintus 14:24-25, memahami bagaimana nubuatan harus disampaikan satu per satu, dan bagaimana prinsip ini diterapkan dalam teologi Reformed.
1. Konteks 1 Korintus 14:24-25
a. Masalah Kekacauan dalam Jemaat Korintus
Jemaat di Korintus menghadapi berbagai persoalan dalam ibadah mereka. Salah satu masalah utama adalah penyalahgunaan karunia bahasa roh, yang sering digunakan tanpa kendali dan tanpa tafsiran. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam persekutuan.
Paulus membandingkan karunia bahasa roh dengan karunia nubuatan, menekankan bahwa nubuatan lebih berguna bagi pertumbuhan gereja karena dapat dimengerti oleh semua orang.
Dalam 1 Korintus 14:1-5, Paulus berkata bahwa nubuatan lebih membangun jemaat daripada bahasa roh karena:
- Nubuatan bersifat membangun, menasihati, dan menghibur (ayat 3).
- Bahasa roh hanya berguna jika ada tafsiran (ayat 5).
- Nubuatan mengajar dengan jelas, sedangkan bahasa roh tanpa tafsiran dapat membingungkan (ayat 9).
Paulus kemudian memberikan aturan tentang bagaimana nubuatan harus diberikan agar membawa manfaat terbesar bagi jemaat dan bagi orang yang belum percaya.
b. Nubuatan Harus Disampaikan Secara Tertib
Dalam 1 Korintus 14:29-33, Paulus mengatakan bahwa nubuatan harus diberikan satu per satu, bukan serempak:"Tentang nabi-nabi, baiklah dua atau tiga orang berbicara dan yang lain menanggapi. Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama harus berdiam diri. Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera." (1 Korintus 14:29-33)
Prinsip ini penting karena jika semua orang berbicara secara bersamaan, pesan Allah akan sulit dipahami. Nubuatan yang disampaikan satu per satu memastikan bahwa jemaat dapat memahami dan menanggapi kebenaran dengan baik.
2. Makna Mendalam 1 Korintus 14:24-25
Mari kita menganalisis setiap bagian dari ayat ini dalam terang teologi Reformed.
a. "Jika semua bernubuat dan seorang yang tidak percaya atau orang awam masuk, ia akan diyakinkan oleh semuanya itu" (1 Korintus 14:24)
Dalam ayat ini, Paulus menggambarkan efek nubuatan bagi orang yang belum percaya. Jika nubuatan disampaikan secara tertib dan jelas, Firman Tuhan akan bekerja dalam hati pendengar.
Pandangan Teologi Reformed
John Calvin dalam komentarnya menulis:"Ketika Firman Tuhan dinyatakan dengan jelas, Roh Kudus bekerja dalam hati orang yang mendengarnya. Tidak perlu manipulasi emosi atau keajaiban, cukup Firman yang disampaikan dengan kekuatan ilahi."
Artinya, bukan suara keras atau tindakan dramatis yang menyentuh hati seseorang, tetapi kebenaran Firman Tuhan yang diwahyukan melalui nubuatan.
Matthew Henry juga menekankan bahwa nubuatan yang tertib menunjukkan kemuliaan Tuhan:
"Orang yang belum percaya akan melihat bahwa Tuhan benar-benar bekerja dalam jemaat yang tertib. Ketika kebenaran dinyatakan dengan jelas, mereka akan diyakinkan akan keberadaan Allah."
b. "Ia akan dihakimi oleh semuanya itu" (1 Korintus 14:24b)
Kata "dihakimi" (Greek: ἀνακρίνω, anakrino) di sini berarti diperiksa atau diuji dalam hatinya. Artinya, ketika seseorang mendengar Firman Tuhan yang diwahyukan melalui nubuatan, ia akan menyadari dosanya dan merasa dihakimi oleh kebenaran itu.
Pandangan Teologi Reformed
R.C. Sproul dalam bukunya The Holiness of God menulis:"Ketika orang berdosa berhadapan dengan kebenaran Allah, mereka akan mengalami konfrontasi langsung dengan dosa mereka. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus, yang menggunakan Firman untuk menyingkapkan hati manusia."
c. "Segala rahasia hatinya akan dinyatakan" (1 Korintus 14:25a)
Dalam Perjanjian Lama, hanya Tuhan yang dapat mengetahui isi hati manusia (Yeremia 17:10). Namun, melalui nubuatan yang sejati, Allah dapat mengungkapkan isi hati seseorang untuk membawa mereka kepada pertobatan.
Pandangan Teologi Reformed
Jonathan Edwards menulis dalam Religious Affections:"Firman Tuhan yang diberitakan dengan kuasa akan menyingkapkan kedalaman hati manusia, sehingga mereka tidak dapat menghindar dari kebenaran Allah."
Nubuatan yang sejati tidak hanya berbicara tentang masa depan, tetapi juga mengungkapkan keadaan rohani manusia dan membawa mereka kepada pertobatan.
d. "Sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: 'Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.'" (1 Korintus 14:25b)
Bagian ini menunjukkan bahwa ketika nubuatan bekerja dalam kuasa Roh Kudus, orang yang belum percaya akan bertobat dan menyembah Tuhan.
Pandangan Teologi Reformed
John MacArthur menjelaskan bahwa ini adalah bukti pekerjaan Roh Kudus yang membawa kesadaran akan keberadaan Allah. Ia menulis:"Ketika jemaat menjalankan ibadah dengan benar, termasuk dalam pemberitaan Firman dan nubuatan, hasil akhirnya adalah pertobatan sejati dan penyembahan yang benar kepada Tuhan."
3. Penerapan Prinsip Ini dalam Gereja Masa Kini
a. Pentingnya Tata Ibadah yang Tertib
Dalam teologi Reformed, ibadah harus dilakukan dengan tertib dan sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:40:"Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur."
Ini berarti:
- Nubuatan harus diberikan satu per satu agar dapat dipahami.
- Ibadah bukan tempat untuk kebingungan atau kekacauan.
- Firman Tuhan harus menjadi pusat dalam ibadah.
b. Kuasa Firman yang Dinyatakan dengan Jelas
Gereja-gereja Reformed menekankan pentingnya pemberitaan Firman yang jelas karena Firman Tuhan yang bekerja dalam hati manusia.
Martin Lloyd-Jones menekankan:"Gereja tidak membutuhkan emosi yang dibuat-buat atau tanda-tanda lahiriah. Gereja hanya membutuhkan Firman Tuhan yang diberitakan dengan kuasa dan kebenaran."
Ketika nubuatan atau pemberitaan Firman diberikan dengan tertib, orang-orang akan melihat kehadiran Allah yang nyata dalam jemaat.
c. Menghindari Sensasionalisme dalam Ibadah
Beberapa gereja modern jatuh dalam praktik karunia rohani yang tidak tertib, di mana banyak orang berbicara dalam bahasa roh atau bernubuat secara bersamaan tanpa aturan.
Teolog Reformed seperti Sinclair Ferguson menekankan bahwa ini bukan tanda kehadiran Allah, tetapi tanda kekacauan yang bertentangan dengan Firman Tuhan.
Kesimpulan: Nubuatan Harus Disampaikan Secara Tertib dan Jelas
1 Korintus 14:24-25 mengajarkan bahwa nubuatan harus diberikan satu per satu agar dapat dimengerti dan membawa pertobatan sejati. Dalam teologi Reformed, prinsip ini menegaskan bahwa Firman Tuhan lebih berkuasa daripada emosi atau pengalaman pribadi.
Sebagai gereja, kita dipanggil untuk menjalankan ibadah dengan tertib, penuh hormat, dan berpusat pada Firman Tuhan, sehingga orang-orang dapat melihat bahwa Allah benar-benar hadir di tengah-tengah kita.