The Doctrine of the Saint's Perseverance Explained and Confirmed: Reformed Theology

The Doctrine of the Saint's Perseverance Explained and Confirmed: Reformed Theology

Pendahuluan:

Doktrin Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus) adalah salah satu ajaran inti dalam teologi Reformed yang mengungkapkan bagaimana Allah memelihara umat-Nya hingga akhir. Doktrin ini merupakan bagian dari kerangka teologis yang dikenal sebagai Lima Poin Calvinisme, sering disingkat dengan TULIP, di mana "P" mengacu pada ketekunan orang kudus.

Secara khusus, doktrin ini menyatakan bahwa mereka yang benar-benar dipilih oleh Allah dan ditebus oleh Yesus Kristus akan dipelihara oleh kuasa Allah hingga akhir hidup mereka dan tidak mungkin kehilangan keselamatan mereka. Artikel ini akan menjelaskan doktrin ini, mendasarkan pada Alkitab, serta menguraikan pendapat beberapa pakar teologi Reformed, termasuk aplikasinya dalam kehidupan Kristen.

1. Dasar Alkitabiah Ketekunan Orang Kudus

a. Janji Allah untuk Memelihara Umat-Nya

Dasar utama doktrin ini adalah janji Allah yang tidak berubah. Dalam Yohanes 10:28-29, Yesus berkata: "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa untuk selama-lamanya; seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa."

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menyebut ayat ini sebagai bukti bahwa keselamatan umat percaya sepenuhnya berada di bawah kedaulatan Allah, bukan kekuatan manusia. Calvin menegaskan bahwa kuasa Allah yang memelihara umat-Nya lebih besar daripada segala ancaman yang dapat menggoyahkan iman mereka.

b. Keselamatan yang Dijamin oleh Kristus

Karya Kristus yang sempurna adalah dasar dari ketekunan orang kudus. Dalam Roma 8:30, Paulus menulis: "Dan mereka yang telah ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."

R.C. Sproul, dalam bukunya Chosen by God, menyebut ayat ini sebagai "rantai emas keselamatan" yang menunjukkan bahwa mereka yang Allah pilih akan ditebus, dibenarkan, dan akhirnya dimuliakan tanpa kehilangan satu pun.

c. Pemeliharaan oleh Roh Kudus

Efesus 1:13-14 menyatakan bahwa Roh Kudus adalah "meterai" dan "jaminan" bagi keselamatan orang percaya. Anthony Hoekema, dalam Saved by Grace, menjelaskan bahwa pekerjaan Roh Kudus memelihara iman umat percaya, memastikan mereka tetap setia hingga akhir.

2. Pemahaman Teologis: Ketekunan dan Kedaulatan Allah

a. Ketekunan yang Bersumber dari Allah

Teologi Reformed menekankan bahwa ketekunan umat percaya sepenuhnya bersumber dari Allah, bukan dari usaha manusia. Thomas Watson, dalam bukunya A Body of Divinity, menulis bahwa Allah yang memulai pekerjaan baik dalam diri umat-Nya akan menyelesaikannya (Filipi 1:6). Ketekunan orang percaya adalah hasil dari pekerjaan Allah yang tidak pernah gagal.

b. Peran Iman dan Tanggung Jawab Manusia

Meskipun ketekunan adalah karya Allah, teologi Reformed tidak mengabaikan peran aktif umat percaya dalam memelihara iman mereka. John Owen, dalam bukunya The Mortification of Sin, menekankan pentingnya melawan dosa dan hidup dalam ketaatan sebagai bukti dari iman sejati. Ketekunan bukan berarti umat percaya tidak akan pernah jatuh dalam dosa, tetapi mereka akan selalu kembali kepada Allah dalam pertobatan.

c. Perbedaan dengan Keselamatan yang Bersyarat

Teologi Reformed menolak pandangan Arminian yang menyatakan bahwa keselamatan dapat hilang jika seseorang meninggalkan iman. Francis Turretin, dalam Institutes of Elenctic Theology, menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang tidak dapat dicabut karena berdasarkan kehendak kekal Allah, bukan pada kondisi manusia.

3. Bukti-Bukti Ketekunan Orang Kudus

a. Kesetiaan Allah

Teologi Reformed menegaskan bahwa Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Dalam Ibrani 13:5, Allah berjanji: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Jonathan Edwards, dalam The Religious Affections, menyebut bahwa kesetiaan Allah adalah dasar yang membuat umat percaya tetap teguh dalam iman.

b. Transformasi Hidup

Ketekunan orang kudus ditunjukkan melalui buah Roh dalam kehidupan mereka (Galatia 5:22-23). J.C. Ryle, dalam bukunya Holiness, menegaskan bahwa kehidupan yang bertumbuh dalam kekudusan dan menghasilkan buah adalah tanda dari iman sejati yang dipelihara oleh Allah.

c. Pertobatan yang Berkelanjutan

Meskipun umat percaya mungkin jatuh dalam dosa, mereka akan selalu kembali kepada Allah dalam pertobatan. Kisah Daud dalam Mazmur 51 adalah bukti bahwa Allah memelihara umat-Nya meskipun mereka mengalami kejatuhan.

4. Keberatan terhadap Doktrin Ketekunan Orang Kudus

a. Apakah Ketekunan Mengarah pada Hidup Sembrono?

Salah satu keberatan terhadap doktrin ini adalah anggapan bahwa kepastian keselamatan dapat membuat orang percaya hidup dalam dosa. Charles Hodge, dalam Systematic Theology, menjawab bahwa ketekunan tidak berarti umat percaya bebas hidup dalam dosa. Sebaliknya, mereka yang benar-benar diselamatkan akan menunjukkan bukti iman melalui kehidupan yang diubahkan.

b. Bagaimana dengan Mereka yang Meninggalkan Iman?

1 Yohanes 2:19 menyatakan: "Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita." Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menjelaskan bahwa mereka yang meninggalkan iman menunjukkan bahwa mereka tidak pernah benar-benar diselamatkan sejak awal.

5. Aplikasi Praktis Doktrin Ketekunan Orang Kudus

a. Memberikan Penghiburan di Tengah Penderitaan

Doktrin ini memberikan penghiburan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan di tengah penderitaan. John Bunyan, dalam The Pilgrim's Progress, menggambarkan perjalanan iman sebagai jalan yang penuh rintangan, tetapi dipelihara oleh anugerah Allah hingga akhir.

b. Mendorong Hidup dalam Kekudusan

Ketekunan orang kudus memotivasi umat percaya untuk hidup dalam kekudusan, bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi sebagai respons syukur atas anugerah Allah. Timothy Keller, dalam The Meaning of Marriage, menyebut bahwa pemahaman akan kasih Allah yang tidak berubah mendorong umat percaya untuk menyerahkan hidup mereka sepenuhnya kepada-Nya.

c. Meningkatkan Kepercayaan pada Allah

Ketekunan orang kudus mengajarkan umat percaya untuk bersandar pada Allah, bukan pada kekuatan mereka sendiri. Kevin DeYoung, dalam The Hole in Our Holiness, menegaskan bahwa ketergantungan kepada Allah adalah kunci untuk tetap teguh dalam iman.

6. Relevansi Doktrin Ketekunan Orang Kudus bagi Gereja Modern

a. Menguatkan Penginjilan

Doktrin ini memberikan keyakinan kepada gereja bahwa mereka yang benar-benar dipilih oleh Allah akan merespons Injil dan tetap setia hingga akhir.

b. Memberikan Kepastian Keselamatan

Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, doktrin ini memberikan kepastian bahwa keselamatan umat percaya tidak tergantung pada kondisi mereka, tetapi pada kasih karunia Allah.

c. Menginspirasi Kesatuan Gereja

Ketekunan orang kudus mengingatkan gereja bahwa mereka dipanggil untuk saling menopang dalam iman, menguatkan mereka yang lemah, dan berdoa untuk satu sama lain.

Kesimpulan

Doktrin Perseverance of the Saints adalah salah satu ajaran yang paling menghibur dan membangun dalam teologi Reformed. Doktrin ini menunjukkan bahwa keselamatan umat percaya dijamin oleh kuasa Allah, karya Kristus, dan pemeliharaan Roh Kudus.

Baca Juga:  An Exposition of the Assembly's Shorter Catechism:  Reformed Theology

Bagi umat percaya, doktrin ini adalah sumber penghiburan, motivasi untuk hidup kudus, dan pengingat bahwa mereka tidak berjalan sendiri. Allah yang memulai pekerjaan baik dalam hidup mereka akan menyelesaikannya pada hari Kristus Yesus (Filipi 1:6).

Next Post Previous Post