Habakuk 2:2-3: Tuliskan Penglihatan
Pendahuluan:
Kitab Habakuk adalah salah satu kitab nabi kecil dalam Perjanjian Lama yang berisi percakapan antara Nabi Habakuk dan Tuhan. Di tengah situasi bangsa Yehuda yang mengalami kemerosotan moral dan ancaman dari bangsa Kasdim (Babel), Habakuk mempertanyakan keadilan Allah. Dalam Habakuk 2:2-3, Tuhan menjawab kegelisahan nabi dengan perintah untuk menuliskan penglihatan yang akan datang.
Habakuk 2:2-3 (AYT):(Habakuk 2:2) “Lalu, TUHAN menjawabku, kata-Nya, ‘Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirlah di atas loh-loh, supaya mereka yang membacanya dapat berlari.’(Habakuk 2:3) Sebab, penglihatan itu masih menanti waktu yang ditentukan, itu akan segera menuju kesudahannya dan tidak akan berdusta. Meski terlambat, nantikanlah itu. Sebab, itu sungguh-sungguh akan datang, itu tidak akan ditunda-tunda.”Ayat ini mengandung prinsip dasar tentang kedaulatan Allah, kepastian janji-Nya, dan panggilan untuk beriman kepada-Nya. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa Allah memegang kendali penuh atas sejarah, janji-Nya tidak akan gagal, dan umat-Nya harus menantikan penggenapan rencana Allah dengan iman yang teguh.
Artikel ini akan mengupas makna mendalam dari Habakuk 2:2-3, meneliti eksposisi ayatnya berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul, serta menghubungkannya dengan doktrin pemeliharaan Allah dan kehidupan iman orang percaya.
Latar Belakang Kitab Habakuk
Kitab Habakuk ditulis sekitar abad ke-7 SM, sebelum pembuangan ke Babel. Nabi Habakuk melihat kejahatan merajalela di Yehuda, dan ia bertanya kepada Allah mengapa Dia membiarkan bangsa pilihan-Nya jatuh ke dalam kemerosotan. Tuhan menjawab bahwa Ia akan menggunakan bangsa Kasdim (Babel) untuk menghukum Yehuda (Habakuk 1:5-11), tetapi kemudian juga akan menghukum Babel karena kejahatannya (Habakuk 2:4-20).
Habakuk 2:2-3 adalah bagian dari jawaban Tuhan kepada nabi, di mana Tuhan menegaskan bahwa keadilan-Nya akan dinyatakan pada waktu yang telah ditetapkan.
A. Eksposisi Habakuk 2:2-3
1. "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirlah di atas loh-loh" (Habakuk 2:2a)
A. Pentingnya Menuliskan Wahyu Allah
Perintah ini menunjukkan bahwa firman Allah harus dicatat agar tetap jelas dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
John Calvin menafsirkan bagian ini sebagai bukti bahwa wahyu Allah bersifat tetap dan tidak berubah:
“Allah memerintahkan agar penglihatan itu dituliskan agar tidak ada orang yang dapat meragukan kebenarannya. Apa yang berasal dari Allah harus diperjelas, karena Dia bukanlah Allah dari kebingungan.” (Commentary on Habakkuk)
Dalam perspektif Reformed, ini menegaskan bahwa Allah menyatakan diri-Nya melalui firman yang tertulis, yang menjadi dasar dari doktrin otoritas Kitab Suci (Sola Scriptura).
B. Hubungan dengan Penyataan Allah dalam Kitab Suci
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa penulisan wahyu adalah cara Allah menjaga kebenaran-Nya tetap terpelihara di tengah sejarah manusia.
"Kitab Suci adalah pewahyuan Allah yang diabadikan dalam bentuk tulisan agar manusia tidak menyimpangkan makna dan maksudnya." (Reformed Dogmatics, Vol. 1)
Ini berarti bahwa umat Allah harus kembali kepada firman tertulis-Nya sebagai sumber kebenaran yang tidak berubah.
2. "Supaya mereka yang membacanya dapat berlari" (Habakuk 2:2b)
A. Penglihatan yang Menggerakkan Umat Allah
Frasa ini menegaskan bahwa firman Allah bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dijalankan. Kata "berlari" mengandung makna tindakan cepat dan tanggap terhadap wahyu Allah.
R.C. Sproul menghubungkan ini dengan otoritas Kitab Suci dalam membimbing kehidupan orang percaya:
"Firman Tuhan tidak pernah dimaksudkan hanya untuk informasi, tetapi untuk transformasi." (Knowing Scripture)
Dalam kehidupan Kristen, firman Allah harus menjadi dasar tindakan kita dalam menjalani hidup dengan iman dan ketaatan.
3. "Sebab, penglihatan itu masih menanti waktu yang ditentukan" (Habakuk 2:3a)
A. Janji Allah Digenapi dalam Waktu-Nya
Kedaulatan Allah terlihat dalam bagian ini. Janji-Nya tidak akan gagal, tetapi akan terjadi pada waktu yang telah Ia tetapkan.
John Calvin menekankan bahwa manusia harus belajar menantikan Tuhan dengan kesabaran, karena Dia tidak pernah terlambat atau salah waktu:
"Allah tidak pernah menunda penggenapan janji-Nya, tetapi menyesuaikannya dengan kebijaksanaan dan waktu yang telah Ia tetapkan." (Commentary on Habakkuk)
Doktrin Providensia Allah dalam teologi Reformed mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan ketetapan kekal-Nya (Efesus 1:11).
4. "Meski terlambat, nantikanlah itu" (Habakuk 2:3b)
A. Iman dalam Penantian
Habakuk diperintahkan untuk bersabar dan menantikan penggenapan janji Tuhan.
Herman Bavinck menjelaskan bahwa iman sejati adalah iman yang tetap percaya, bahkan ketika penggenapan janji Tuhan belum terlihat:
"Penantian dalam iman bukanlah ketidakpastian, tetapi kepastian bahwa Allah bekerja dengan waktu-Nya yang sempurna." (Reformed Dogmatics, Vol. 4)
Ini sejalan dengan ajaran dalam Ibrani 11:1, bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan.
5. "Sebab, itu sungguh-sungguh akan datang, itu tidak akan ditunda-tunda." (Habakuk 2:3c)
A. Kepastian Janji Allah
Tuhan menegaskan bahwa penglihatan itu pasti akan terjadi. Ini adalah jaminan kedaulatan Allah atas sejarah.
Dalam teologi Reformed, ini mengarah pada doktrin Ketetapan Ilahi (Decrees of God), yang menyatakan bahwa semua yang telah Allah tetapkan pasti akan terjadi (Yesaya 46:10).
R.C. Sproul menekankan bahwa tidak ada yang dapat menggagalkan rencana Allah:
"Allah tidak hanya mengetahui masa depan, tetapi Ia juga yang menentukan dan mengatur semuanya sesuai dengan tujuan-Nya." (The Sovereignty of God)
Ini memberikan keyakinan bahwa tidak ada janji Allah yang akan gagal (Bilangan 23:19).
B. Makna Teologis Habakuk 2:2-3: Tuliskan Penglihatan
a. Kepastian Firman Allah dan Rencana Ilahi
Menurut John Calvin, Allah dalam ayat ini menegaskan bahwa janji-Nya pasti akan tergenapi, meskipun tampaknya tertunda. Calvin menekankan bahwa umat Allah harus mempercayai Firman-Nya dan menantikan waktu yang telah ditentukan oleh-Nya. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar iman Kristen bahwa rencana Allah tidak pernah gagal.
Sejalan dengan itu, Charles Spurgeon berpendapat bahwa ayat ini menegaskan kedaulatan Tuhan atas sejarah. Spurgeon menyatakan bahwa “jika Allah telah mengatakannya, maka itu pasti terjadi, dan kita harus belajar untuk bersabar menantikan penggenapannya.”
b. Iman dan Kesabaran dalam Menantikan Janji Tuhan
Matthew Henry, dalam komentarnya terhadap Habakuk, menekankan bahwa umat Allah harus hidup oleh iman (lih. Habakuk 2:4). Penglihatan yang diberikan kepada Habakuk berbicara tentang penghakiman yang akan datang atas Babel dan pemulihan bagi umat Tuhan. Meskipun penggenapan janji itu tampak tertunda, umat harus tetap percaya dan bersabar.
Henry juga menyoroti bahwa Allah tidak pernah lalai dalam menepati janji-Nya. Ia mengutip Ibrani 10:37, yang merujuk kembali pada ayat ini:
“Sebab, sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, Dia yang akan datang itu akan datang dan tidak akan menunda.”
Ini mengajarkan bahwa harapan orang percaya harus tetap bertumpu pada Tuhan dan bukan pada keadaan di sekitar mereka.
c. Relevansi dalam Penggenapan Mesianik
Beberapa teolog seperti G. Campbell Morgan dan F.F. Bruce melihat ayat ini dalam konteks penggenapan Mesianik. Mereka berpendapat bahwa nubuat ini tidak hanya berbicara tentang kejatuhan Babel tetapi juga menunjuk pada kedatangan Kristus sebagai Mesias.
Bruce menjelaskan bahwa ayat ini dikutip dalam Perjanjian Baru (Ibrani 10:37) untuk menegaskan bahwa janji Allah akan penggenapan keselamatan dalam Kristus akan terjadi sesuai dengan waktu-Nya. Dalam perspektif eskatologis, ini juga menegaskan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali adalah suatu kepastian, meskipun bagi manusia tampak tertunda.
d. Panggilan untuk Menuliskan dan Menyampaikan Firman Tuhan
Dalam perspektif teologi biblika, perintah Tuhan kepada Habakuk untuk menuliskan penglihatan di atas loh-loh menekankan pentingnya penyampaian Firman Tuhan secara jelas dan dapat dimengerti. James Montgomery Boice menekankan bahwa tindakan menuliskan penglihatan melambangkan kepastian dan keteguhan pesan ilahi.
Boice juga menghubungkan ayat ini dengan prinsip pewahyuan dalam Alkitab. Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada nabi-nabi, dan mereka harus mencatatnya agar generasi mendatang dapat memahami maksud dan tujuan Allah.
e. Allah yang Setia dan Berdaulat atas Waktu
Dalam tafsirannya, R.C. Sproul menyoroti bahwa ayat ini mengajarkan sifat kesetiaan Allah. Tuhan tidak pernah mengabaikan rencana-Nya, bahkan ketika manusia merasa waktu Tuhan terlalu lama.
Sproul menekankan bahwa manusia sering kali memiliki pandangan terbatas mengenai waktu dan penggenapan janji Allah. Namun, Allah bekerja dalam kairos (waktu-Nya sendiri), bukan dalam chronos (waktu manusia). Oleh karena itu, kepercayaan kepada Allah yang setia harus lebih besar daripada ketakutan akan penundaan.
f. Dimensi Eskatologis: Janji tentang Keadilan dan Penghakiman
Beberapa teolog, termasuk N.T. Wright, melihat ayat ini dalam konteks penghakiman akhir. Penglihatan yang diberikan kepada Habakuk merupakan gambaran tentang hari Tuhan, di mana kejahatan akan dihukum dan keadilan Allah ditegakkan.
Menurut Wright, ayat ini menjadi pengingat bahwa meskipun kejahatan tampaknya berjaya untuk sementara waktu, Tuhan tidak akan membiarkan ketidakadilan bertahan selamanya. Ini sejalan dengan pesan dalam Wahyu 22:12:
“Lihatlah, Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
Kesimpulan: Hidup dalam Iman dan Penantian akan Janji Tuhan
Habakuk 2:2-3 adalah pengingat bahwa Firman Tuhan adalah pasti dan janji-Nya akan digenapi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Beberapa poin utama dari makna teologis ayat ini meliputi:
- Kepastian rencana Allah – Janji Tuhan tidak akan gagal meskipun tampaknya tertunda.
- Iman dan kesabaran – Umat Allah dipanggil untuk hidup dalam iman, menantikan waktu Tuhan.
- Penggenapan Mesianik – Ayat ini menunjuk kepada kedatangan Kristus yang pertama dan kedua.
- Penyampaian Firman Tuhan – Perintah untuk menuliskan penglihatan menekankan pentingnya komunikasi wahyu ilahi.
- Allah yang berdaulat atas waktu – Rencana Allah selalu tepat waktu menurut kehendak-Nya.
- Janji tentang penghakiman dan keadilan – Tuhan akan bertindak untuk menegakkan keadilan pada waktu-Nya.
Sebagai orang percaya, kita diajak untuk memiliki kepercayaan penuh kepada Tuhan dan menantikan penggenapan janji-Nya dengan iman yang teguh. Seperti yang dikatakan dalam Yesaya 40:31:
“…tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mendapat kekuatan baru; mereka akan naik dengan sayap seperti rajawali; mereka akan berlari dan tidak menjadi lelah, mereka akan berjalan dan tidak menjadi lemah.”