The God of Heaven dalam Kejadian 24:3
Pendahuluan:
Dalam Kejadian 24:3, Abraham berbicara kepada hambanya dengan perkataan:
"Aku mau supaya kamu bersumpah demi TUHAN, yaitu Allah langit dan Allah bumi, bahwa kamu tidak akan mengambil istri bagi anakku dari anak-anak perempuan Kanaan yang di tengah-tengahnya aku berdiam ini." (AYT)
Frasa "Allah langit dan Allah bumi" mengacu pada The God of Heaven, sebuah konsep yang menggarisbawahi otoritas dan kedaulatan Allah atas seluruh ciptaan. Artikel ini akan membahas makna The God of Heaven dalam perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada pandangan beberapa ahli teologi Reformed ternama.
1. Makna "The God of Heaven" dalam Kejadian 24:3
Dalam Kejadian 24:3, Abraham menunjukkan kepercayaannya pada Allah yang Mahakuasa, bukan hanya sebagai Tuhan atas bangsanya tetapi atas seluruh langit dan bumi. Beberapa poin penting yang dapat diangkat dari ayat ini:
Allah adalah Tuhan yang berdaulat atas seluruh ciptaan
Istilah "Allah langit dan bumi" menegaskan keesaan dan kedaulatan Tuhan dalam pengaturan sejarah umat manusia. R.C. Sproul, seorang teolog Reformed terkenal, menegaskan bahwa "Tidak ada satu molekul pun di alam semesta yang bergerak di luar kehendak Tuhan." Ini berarti bahwa Allah tidak hanya Tuhan atas bangsa Israel tetapi juga seluruh dunia, termasuk bangsa-bangsa lain yang hidup di luar perjanjian-Nya dengan Abraham.Pemisahan antara umat pilihan dan dunia kafir
Abraham memerintahkan hambanya untuk tidak mengambil istri bagi Ishak dari perempuan Kanaan. Menurut John Calvin, tindakan ini menunjukkan kesalehan Abraham yang ingin memastikan keturunannya tetap setia kepada perjanjian Allah. Bangsa Kanaan dipandang sebagai bangsa penyembah berhala yang akan membawa pengaruh buruk bagi umat Allah.Kehidupan berdasarkan janji Allah
Abraham percaya bahwa Allah yang telah memanggilnya dari Ur-Kasdim (Kejadian 12:1-3) akan terus membimbingnya. Reformator seperti Martin Luther dan Calvin menekankan bahwa ketaatan kepada Allah didasarkan pada keyakinan akan pemeliharaan ilahi, bukan hanya usaha manusia.
2. The God of Heaven dalam Teologi Reformed
a. Kedaulatan Allah atas Langit dan Bumi
Dalam pandangan teologi Reformed, kedaulatan Allah adalah doktrin sentral. Abraham Kuyper, seorang pemikir Reformed Belanda, menyatakan:
"Tidak ada satu inci pun dalam seluruh ciptaan yang tidak menjadi milik Kristus."
Pernyataan ini menegaskan bahwa Allah yang disembah Abraham bukan hanya Tuhan lokal, tetapi penguasa alam semesta. Kejadian 24:3 mencerminkan pemahaman ini dengan menegaskan bahwa Allah adalah penguasa langit dan bumi.
Jonathan Edwards juga menyoroti bahwa kedaulatan Allah dalam sejarah manusia terlihat dalam pemilihan Israel sebagai umat perjanjian-Nya. Ia mengatakan bahwa "Allah bekerja dalam setiap peristiwa dunia ini untuk menggenapi rencana-Nya yang mulia." Ini berarti bahwa keputusan Abraham untuk memilih istri bagi Ishak bukan hanya keputusan pribadi, tetapi bagian dari rencana ilahi.
b. Pemeliharaan Allah dalam Sejarah
Dalam teologi Reformed, doktrin Providentia Dei (pemeliharaan Allah) menegaskan bahwa Allah mengatur segala sesuatu sesuai dengan rencana-Nya yang kekal.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan:
"Allah tidak hanya menciptakan dunia, tetapi juga terus-menerus menopangnya dan mengarahkan sejarahnya."
Ketika Abraham menyuruh hambanya mencari istri bagi Ishak, ia percaya bahwa Allah akan menyertai perjalanan itu. Dalam Kejadian 24:7, Abraham berkata:
"TUHAN, Allah langit, yang membawa aku keluar dari rumah ayahku dan dari negeri kelahiranku, dan yang berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, ‘Untuk keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini,’ Dia akan mengutus malaikat-Nya di depanmu sehingga engkau dapat mengambil seorang istri bagi anakku dari sana.”
Ini menunjukkan bagaimana iman Abraham kepada The God of Heaven didasarkan pada keyakinan bahwa Allah bekerja secara aktif dalam kehidupan manusia.
3. Implikasi bagi Umat Kristen
a. Mempercayai Kedaulatan Allah dalam Setiap Aspek Hidup
Teologi Reformed mengajarkan bahwa setiap aspek kehidupan berada di bawah kedaulatan Allah. Seperti Abraham yang mengandalkan pemeliharaan Tuhan dalam pencarian istri bagi Ishak, umat Kristen juga dipanggil untuk mengandalkan Allah dalam setiap keputusan hidup.
Charles Hodge, seorang teolog Reformed abad ke-19, menulis:
"Iman sejati adalah keyakinan bahwa Tuhan yang memegang kendali penuh atas dunia ini juga memegang kendali penuh atas kehidupan kita."
Ini berarti bahwa kita harus mempercayai Tuhan dalam setiap aspek kehidupan—pekerjaan, keluarga, pernikahan, dan keputusan lainnya.
b. Hidup dalam Kekudusan dan Ketaatan
Keputusan Abraham untuk tidak mengambil istri dari bangsa Kanaan menunjukkan pentingnya kekudusan dalam hidup umat Allah. Ini sejalan dengan ajaran Perjanjian Baru yang menyerukan orang percaya untuk hidup dalam kekudusan:
"Janganlah kamu menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab, persamaan apakah yang ada antara kebenaran dan kefasikan?" (2 Korintus 6:14)
John Piper, seorang teolog Reformed kontemporer, menegaskan bahwa "Allah memanggil umat-Nya untuk berbeda dari dunia, bukan untuk menyesuaikan diri dengan budaya yang menolak Dia." Dengan demikian, keputusan Abraham mencerminkan prinsip kehidupan Kristen dalam pernikahan dan kesalehan.
Kesimpulan
Konsep The God of Heaven dalam Kejadian 24:3 menegaskan bahwa Allah adalah penguasa langit dan bumi yang berdaulat atas segala sesuatu. Perspektif teologi Reformed menyoroti beberapa poin penting:
- Allah berdaulat atas seluruh ciptaan – Tidak ada satu pun peristiwa dalam sejarah yang terjadi di luar kendali-Nya.
- Allah memelihara umat-Nya – Seperti Abraham yang percaya pada janji Tuhan, umat Kristen juga harus percaya pada penyertaan-Nya.
- Hidup dalam kekudusan dan ketaatan – Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan kepada Allah, termasuk dalam keputusan penting seperti pernikahan.
Dengan memahami Allah sebagai The God of Heaven, umat Kristen dipanggil untuk hidup dengan iman dan ketaatan, percaya bahwa Tuhan yang berkuasa atas langit dan bumi juga setia dalam membimbing umat-Nya.