Benarkah Allah Menetapkan Dosa? Kedaulatan Allah dan Tanggung Jawab Manusia

Benarkah Allah Menetapkan Dosa? Kedaulatan Allah dan Tanggung Jawab Manusia

Pendahuluan:

Pertanyaan tentang hubungan antara kedaulatan Allah dan keberadaan dosa adalah salah satu isu teologis yang paling mendalam dan sering diperdebatkan. Jika Allah benar-benar berdaulat atas segala sesuatu, apakah itu berarti Dia juga menetapkan dosa? Jika demikian, bagaimana manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka?

Dalam teologi Reformed, kedaulatan Allah dipahami sebagai otoritas-Nya yang mutlak atas seluruh ciptaan, termasuk sejarah, keselamatan, dan bahkan kejatuhan manusia dalam dosa. Namun, kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Para teolog Reformed seperti Yohanes Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan John Frame telah banyak membahas isu ini, menunjukkan bahwa meskipun Allah berdaulat atas dosa, Dia bukanlah pencipta atau penyebab dosa secara langsung.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi apakah Allah menetapkan dosa, bagaimana Alkitab menjelaskan hubungan antara kedaulatan Allah dan dosa, serta bagaimana pandangan teologi Reformed memberikan jawaban yang konsisten.

I. Kedaulatan Allah atas Segala Sesuatu: Apakah Termasuk Dosa?

1. Allah Berdaulat atas Seluruh Sejarah

Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Allah berdaulat atas seluruh ciptaan dan segala peristiwa yang terjadi.

Efesus 1:11 berkata:

"Di dalam Dia juga kita telah ditentukan menjadi ahli waris, yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan Dia yang mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri." (AYT)

Yohanes Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi di luar kedaulatan Allah, termasuk kejatuhan manusia dalam dosa

Namun, pertanyaannya adalah: Jika Allah menetapkan segala sesuatu, apakah itu berarti Dia juga menetapkan dosa?

2. Allah Tidak Berdosa dan Tidak Menjadi Penyebab Dosa

Alkitab juga dengan jelas menyatakan bahwa Allah adalah kudus dan tidak dapat berbuat dosa atau menciptakan dosa.

Yakobus 1:13 berkata:

"Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, ‘Aku dicobai oleh Allah.’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun." (AYT)

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa meskipun Allah mengizinkan dan mengatur keberadaan dosa dalam dunia ini, Dia tidak pernah menjadi sumber dosa itu sendiri

II. Apakah Allah Menetapkan Dosa?

1. Allah Mengizinkan Dosa, tetapi Tidak Menciptakannya

Para teolog Reformed sering membedakan antara dekret Allah yang aktif dan dekret yang pasif:

  • Dekret aktif: Allah secara langsung menyebabkan sesuatu terjadi (seperti penciptaan dunia).

  • Dekret pasif: Allah mengizinkan sesuatu terjadi dalam rencana-Nya, tetapi tidak secara langsung menjadi penyebabnya.

Ketika berbicara tentang dosa, para teolog Reformed menegaskan bahwa Allah mengizinkan keberadaan dosa dalam rencana-Nya, tetapi Dia bukan penyebab langsung dari dosa itu.

John Frame dalam The Doctrine of God menjelaskan bahwa Allah menetapkan dosa dalam arti bahwa Dia mengizinkannya untuk tujuan yang lebih besar, tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka sendiri

2. Contoh dalam Alkitab: Yusuf dan Pengkhianatan Saudara-saudaranya

Salah satu contoh terbaik dalam Alkitab tentang bagaimana Allah menetapkan sesuatu yang jahat untuk tujuan yang baik adalah kisah Yusuf.

Kejadian 50:20 berkata:

"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, supaya dapat dilakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yaitu memelihara hidup banyak orang." (AYT)

Saudara-saudara Yusuf secara moral bertanggung jawab atas dosa mereka, tetapi Allah tetap berdaulat atas situasi itu dan menggunakannya untuk menggenapi rencana-Nya.

R.C. Sproul dalam The Sovereignty of God menjelaskan bahwa Allah sering kali mengizinkan dosa untuk terjadi demi tujuan yang lebih besar yang hanya bisa dipahami dalam perspektif kekekalan.⁴

III. Bagaimana Manusia Tetap Bertanggung Jawab atas Dosa?

1. Manusia Berdosa karena Kehendaknya Sendiri

Meskipun Allah menetapkan keberadaan dosa dalam rencana-Nya, manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka karena mereka berdosa dengan kehendak mereka sendiri.

Yakobus 1:14-15 berkata:

"Tetapi masing-masing orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Kemudian, keinginan itu, setelah dibuahi, melahirkan dosa, dan dosa, setelah matang, melahirkan maut." (AYT)

Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menegaskan bahwa meskipun Allah berdaulat, manusia tetap memiliki kehendak bebas dalam arti bahwa mereka bertindak sesuai dengan keinginan mereka sendiri.⁵

2. Contoh dalam Alkitab: Yudas dan Pengkhianatannya terhadap Yesus

Kisah Yudas Iskariot adalah contoh lain dari bagaimana Allah menetapkan suatu peristiwa tanpa menjadi penyebab langsung dari dosa itu.

Kisah Para Rasul 2:23 berkata:

"Dia [Yesus] yang diserahkan sesuai dengan keputusan dan rencana yang sudah ditentukan Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang fasik." (AYT)

  • Allah menetapkan kematian Yesus sebagai bagian dari rencana keselamatan.

  • Namun, Yudas tetap bertanggung jawab atas pengkhianatannya.

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menekankan bahwa Allah tidak memaksa Yudas untuk berdosa, tetapi dalam kedaulatan-Nya, Ia menggunakan dosa Yudas untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya.⁶

IV. Mengapa Allah Mengizinkan Dosa?

1. Untuk Menyatakan Kemuliaan dan Keadilan-Nya

Allah mengizinkan dosa agar kemuliaan-Nya semakin dinyatakan dalam keselamatan dan penghakiman.

Roma 9:22-23 berkata:

"Dan seandainya Allah, untuk menyatakan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, menanggung dengan sabar orang-orang yang menjadi sasaran murka-Nya dan yang sudah disiapkan untuk kebinasaan? Seandainya Ia bertindak demikian untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya kepada orang-orang yang menjadi sasaran belas kasihan-Nya?" (AYT)

John Piper dalam Desiring God menjelaskan bahwa tanpa keberadaan dosa, kita tidak akan pernah memahami keadilan, kemurahan, dan kasih karunia Allah dengan cara yang sama.⁷

2. Untuk Menunjukkan Keagungan Kasih Karunia-Nya

Jika tidak ada dosa, kita tidak akan bisa memahami sepenuhnya betapa besar kasih karunia Allah dalam keselamatan melalui Kristus.

Roma 5:20 berkata:

"Namun, hukum Taurat datang supaya pelanggaran semakin bertambah. Akan tetapi, di tempat dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah." (AYT)

Michael Horton dalam The Christian Faith menjelaskan bahwa Allah mengizinkan keberadaan dosa supaya kasih karunia-Nya semakin dimuliakan dalam karya keselamatan Kristus.⁸

Kesimpulan: Allah Berdaulat, tetapi Bukan Penyebab Dosa

Berdasarkan teologi Reformed, kita bisa menyimpulkan bahwa:

  1. Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk keberadaan dosa, tetapi Dia tidak pernah menjadi penyebab langsung dari dosa.

  2. Manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka karena mereka berdosa dengan kehendak mereka sendiri.

  3. Allah mengizinkan dosa dalam rencana-Nya untuk menyatakan kemuliaan, keadilan, dan kasih karunia-Nya.

Sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa Allah yang berdaulat tetap kudus dan adil, dan bahwa Ia menggunakan segala sesuatu, termasuk dosa, untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya yang sempurna.

Soli Deo Gloria!

Catatan:

¹ Yohanes Calvin, Institutes of the Christian Religion
² Herman Bavinck, Reformed Dogmatics
³ John Frame, The Doctrine of God
⁴ R.C. Sproul, The Sovereignty of God
⁵ Jonathan Edwards, Freedom of the Will
⁶ John MacArthur, The Gospel According to Jesus
⁷ John Piper, Desiring God
⁸ Michael Horton, The Christian Faith

Next Post Previous Post