Roma 1:7: Identitas Orang Percaya dan Anugerah dalam Kristus
Pendahuluan
Surat Roma adalah salah satu tulisan paling penting dalam Perjanjian Baru dan menjadi dasar bagi banyak ajaran dalam teologi Reformed. Dalam Roma 1:7, Rasul Paulus menyampaikan salam kepada jemaat di Roma dengan menegaskan identitas mereka sebagai orang-orang yang dikasihi dan dipanggil oleh Allah serta memberikan berkat anugerah dan damai sejahtera dari Allah dan Kristus.
Berikut adalah teks dari Roma 1:7 (AYT):
“Kepada semua yang ada di Roma, yang dikasihi Allah, dan yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus: Anugerah bagimu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus!” (Roma 1:7, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna Roma 1:7 berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. Jemaat di Roma: Umat yang Dikasihi Allah
a. “Kepada semua yang ada di Roma”
Surat Roma ditulis kepada jemaat di Roma, yang terdiri dari orang-orang percaya baik dari latar belakang Yahudi maupun non-Yahudi.
John Calvin dalam Commentary on Romans menjelaskan bahwa:
“Paulus tidak menulis surat ini kepada sekelompok elit rohani, tetapi kepada semua orang percaya di Roma, tanpa membeda-bedakan latar belakang mereka.”
Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kasih Allah tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi diperuntukkan bagi semua orang yang percaya kepada Kristus.
b. “Yang dikasihi Allah”
Paulus menyebut mereka “yang dikasihi Allah”, yang menegaskan bahwa mereka bukan hanya sekadar pengikut Kristus, tetapi orang-orang yang telah menerima kasih Allah yang kekal.
Efesus 1:4-5 berkata:
“Di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya dalam kasih. Dalam kasih, Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya.”
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa:
“Kasih Allah kepada umat-Nya adalah kasih yang berdaulat, bukan berdasarkan kelayakan manusia, tetapi berdasarkan keputusan kekal-Nya.”
Ini berarti bahwa kasih Allah kepada jemaat di Roma (dan kepada semua orang percaya) adalah kasih yang tidak dapat berubah, karena didasarkan pada pilihan dan kehendak-Nya sendiri.
2. Panggilan untuk Menjadi Orang Kudus
a. “Yang Dipanggil untuk Menjadi Orang-Orang Kudus”
Frasa ini menegaskan panggilan khusus dari Allah kepada umat-Nya untuk hidup dalam kekudusan.
1 Petrus 1:15-16 berkata:
“Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang telah memanggil kamu adalah kudus, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa:
“Kekudusan bukanlah pilihan, tetapi panggilan bagi setiap orang percaya. Kita telah dikuduskan dalam Kristus dan dipanggil untuk hidup sesuai dengan status itu.”
Dalam teologi Reformed, kekudusan memiliki dua aspek:
- Kekudusan Posisi (Positional Sanctification) – Orang percaya sudah dikuduskan dalam Kristus sejak mereka dipilih dan dilahirkan kembali (1 Korintus 1:2).
- Kekudusan Progresif (Progressive Sanctification) – Orang percaya harus bertumbuh dalam kekudusan setiap hari melalui kerja Roh Kudus (2 Korintus 7:1).
b. Kekudusan Sebagai Bukti Panggilan Sejati
Kekudusan adalah bukti bahwa seseorang benar-benar dipanggil oleh Allah.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God mengatakan bahwa:
“Tidak ada seorang pun yang benar-benar mengenal Allah dan tetap hidup dalam cara yang sama. Pengenalan akan Allah akan selalu membawa kepada kehidupan yang lebih kudus.”
Oleh karena itu, setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kesucian, menjauhi dosa, dan mencerminkan karakter Allah dalam hidupnya.
3. Anugerah dan Damai Sejahtera dari Allah
a. “Anugerah Bagimu”
Paulus selalu membuka surat-suratnya dengan kata “anugerah” (charis), yang merujuk pada pemberian Allah yang tidak layak diterima oleh manusia.
Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa:
“Sebab oleh anugerah kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan dari dirimu sendiri, itu adalah pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu.”
R.C. Sproul dalam Grace Unknown menekankan bahwa:
“Anugerah Allah adalah dasar dari keselamatan Kristen. Setiap usaha manusia yang mencoba menambahkan sesuatu kepada anugerah itu sama saja dengan menolaknya.”
Ini berarti bahwa keselamatan dan semua berkat rohani dalam hidup kita sepenuhnya adalah hasil dari anugerah Allah, bukan usaha kita sendiri.
b. “Damai Sejahtera dari Allah, Bapa Kita dan Tuhan Yesus Kristus”
Damai sejahtera dalam bahasa Ibrani adalah shalom, yang tidak hanya berarti tidak adanya konflik, tetapi juga keutuhan, keamanan, dan berkat rohani yang hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah.
Roma 5:1 berkata:
“Sebab itu, karena kita telah dibenarkan oleh iman, kita memiliki damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus.”
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa:
“Damai sejahtera sejati hanya dapat diperoleh ketika manusia diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus.”
Oleh karena itu, damai sejahtera sejati tidak bisa ditemukan dalam dunia ini, tetapi hanya melalui Yesus Kristus yang telah mendamaikan kita dengan Allah melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.
4. Implikasi Roma 1:7 dalam Kehidupan Kristen
a. Hidup Sebagai Umat yang Dikasihi Allah
Orang percaya harus selalu mengingat bahwa mereka adalah orang yang dikasihi Allah, bukan karena perbuatan mereka, tetapi karena kasih karunia-Nya.
Ini berarti kita harus:
- Menghargai kasih Allah dengan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
- Menunjukkan kasih yang sama kepada sesama orang percaya dan dunia.
b. Menjalani Hidup yang Kudus
Sebagai orang yang dipanggil menjadi kudus, kita harus:
- Menjauhkan diri dari dosa dan hidup dalam kekudusan.
- Menjadikan karakter Kristus sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengandalkan Anugerah dalam Segala Hal
Karena keselamatan dan setiap aspek kehidupan kita adalah hasil dari anugerah Allah, kita harus:
- Mengandalkan Tuhan dalam segala situasi, bukan pada kekuatan sendiri.
- Hidup dalam rasa syukur, karena semua yang kita miliki berasal dari anugerah-Nya.
d. Hidup dalam Damai Sejahtera dengan Allah
Damai sejahtera sejati hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah. Oleh karena itu, kita harus:
- Meninggalkan kekhawatiran dan percaya kepada pemeliharaan Tuhan.
- Menghidupi damai Kristus dalam hubungan dengan sesama.
Kesimpulan
Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:
- Orang percaya adalah umat yang dikasihi Allah dan dipanggil untuk hidup kudus.
- Keselamatan adalah hasil dari anugerah Allah, bukan usaha manusia.
- Damai sejahtera sejati hanya ditemukan dalam hubungan dengan Kristus.
- Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam kasih, kekudusan, anugerah, dan damai sejahtera Allah.
Sebagai orang yang telah menerima kasih Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan mengandalkan anugerah serta damai sejahtera Tuhan setiap hari.
Soli Deo Gloria!