Yohanes 14:23-25: Kasih, Ketaatan, dan Kehadiran Allah

Yohanes 14:23-25: Kasih, Ketaatan, dan Kehadiran Allah

Pendahuluan

Dalam Yohanes 14:23-25, Yesus memberikan pengajaran penting kepada murid-murid-Nya mengenai hubungan antara kasih kepada-Nya dan ketaatan terhadap firman-Nya. Ayat-ayat ini juga menegaskan peran Bapa dan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.

Ayat ini berbunyi:

“Yesus menjawab dan berkata kepadanya, ‘Jika seseorang mengasihi Aku, dia akan menuruti firman-Ku, dan Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersamanya.’” (Yohanes 14:23, AYT)

“Akan tetapi, orang yang tidak mengasihi Aku, tidak mematuhi firman-Ku. Dan, firman yang kamu dengar itu bukan dari-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.” (Yohanes 14:24, AYT)

“Semua hal ini telah Aku katakan kepadamu selama Aku masih bersamamu.” (Yohanes 14:25, AYT)

Artikel ini akan mengeksplorasi makna teologis ayat-ayat ini dalam perspektif teologi Reformed dengan meninjau pendapat beberapa ahli teologi.

Eksposisi Yohanes 14:23-25

1. “Jika seseorang mengasihi Aku, dia akan menuruti firman-Ku” (Yohanes 14:23)

Yesus menekankan bahwa kasih kepada-Nya harus diwujudkan dalam ketaatan terhadap firman-Nya.

John Calvin, dalam komentarnya mengenai ayat ini, menekankan bahwa iman sejati selalu menghasilkan ketaatan. Calvin menulis bahwa "ketaatan kepada firman Kristus bukanlah syarat untuk memperoleh kasih Allah, tetapi bukti dari kasih sejati kepada-Nya." Ini selaras dengan doktrin Sola Gratia, yang menekankan bahwa keselamatan adalah anugerah, tetapi anugerah itu mengubah hati sehingga orang percaya ingin menaati Allah.

Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menjelaskan bahwa ketaatan kepada Kristus bukanlah beban hukum, tetapi respons yang lahir dari hati yang telah diperbarui oleh Roh Kudus. Menurut Bavinck, ketaatan adalah tanda regenerasi sejati (born again) dan bukti dari hubungan yang hidup dengan Allah.

Dalam perspektif Reformed, ayat ini menunjukkan bahwa iman dan ketaatan tidak dapat dipisahkan. Mereka yang benar-benar mengasihi Kristus akan dengan sukacita menaati firman-Nya sebagai ekspresi dari perubahan hati mereka.

2. “Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersamanya” (Yohanes 14:23b)

Yesus berbicara tentang kehadiran Allah dalam kehidupan orang percaya yang mengasihi dan menaati-Nya.

Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed, menyoroti bahwa ayat ini berbicara tentang intimacy antara Allah dan umat-Nya. Edwards menekankan bahwa kehadiran Allah bukan hanya konsekuensi dari ketaatan, tetapi juga janji kasih-Nya bagi mereka yang hidup dalam persekutuan dengan-Nya.

Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menjelaskan bahwa kehadiran Allah dalam kehidupan orang percaya adalah pekerjaan Roh Kudus. Ini adalah bagian dari doktrin union with Christ (kesatuan dengan Kristus), di mana orang percaya mengalami persekutuan yang mendalam dengan Allah.

Dalam teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa orang percaya mengalami hadirat Allah bukan melalui ritual lahiriah, tetapi melalui hubungan yang hidup dan nyata dengan-Nya dalam kasih dan ketaatan.

3. “Akan tetapi, orang yang tidak mengasihi Aku, tidak mematuhi firman-Ku” (Yohanes 14:24)

Yesus menunjukkan kontras antara mereka yang mengasihi-Nya dan mereka yang menolak-Nya.

R.C. Sproul, dalam bukunya The Holiness of God, menekankan bahwa ketidaktaatan kepada Kristus adalah tanda dari hati yang belum diperbarui. Sproul menjelaskan bahwa dosa utama manusia adalah ketidakmampuan dan ketidakmauan untuk tunduk kepada otoritas Allah.

Sinclair Ferguson, dalam The Whole Christ, mengajarkan bahwa orang yang tidak menaati firman Kristus sebenarnya belum mengenal Dia secara pribadi. Ferguson menekankan bahwa seseorang tidak dapat mengklaim mengenal Kristus tanpa menunjukkan buah pertobatan dalam hidupnya.

Dalam perspektif Reformed, ayat ini menegaskan bahwa ketaatan kepada Kristus adalah tanda lahiriah dari kasih sejati. Ketidaktaatan bukan hanya kegagalan moral, tetapi juga bukti dari keterasingan seseorang dari Kristus.

4. “Firman yang kamu dengar itu bukan dari-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku” (Yohanes 14:24b)

Yesus menegaskan bahwa ajaran-Nya berasal dari Allah Bapa, bukan dari diri-Nya sendiri.

John Calvin, dalam komentarnya, menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kesatuan antara Yesus dan Bapa. Kristus bukan hanya utusan Allah, tetapi juga Firman yang kekal, yang datang untuk menyatakan kehendak Bapa kepada dunia.

Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, menekankan bahwa doktrin Trinitas terlihat jelas dalam pernyataan ini. Kristus tidak berbicara secara terpisah dari Bapa, tetapi menyatakan kebenaran yang telah dirancang sejak kekekalan.

Dalam teologi Reformed, ini menegaskan otoritas Kristus sebagai penyataan sempurna dari kehendak Allah. Setiap ajaran Kristus bukan sekadar kebijaksanaan manusia, tetapi firman ilahi yang memiliki otoritas mutlak.

5. “Semua hal ini telah Aku katakan kepadamu selama Aku masih bersamamu” (Yohanes 14:25)

Yesus mengingatkan murid-murid-Nya bahwa pengajaran-Nya adalah persiapan bagi mereka sebelum Dia pergi.

Louis Berkhof menjelaskan bahwa bagian ini menyiapkan dasar bagi doktrin pewahyuan. Kristus telah menyampaikan kebenaran kepada murid-murid-Nya, dan Roh Kudus nantinya akan mengingatkan mereka tentang semua yang telah diajarkan-Nya (Yohanes 14:26).

B.B. Warfield, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa ajaran Yesus di sini menjadi dasar dari kanon Perjanjian Baru. Murid-murid-Nya menerima pengajaran langsung dari Kristus, yang kemudian dicatat dalam tulisan-tulisan mereka di bawah inspirasi Roh Kudus.

Dalam perspektif Reformed, ini menunjukkan bahwa firman Kristus bukan hanya relevan bagi para murid pada saat itu, tetapi juga bagi gereja sepanjang zaman melalui Kitab Suci.

Makna Teologis Yohanes 14:23-25

Dari eksposisi di atas, kita dapat menarik beberapa makna teologis dari Yohanes 14:23-25 dalam perspektif teologi Reformed:

  1. Iman yang Sejati Menghasilkan Ketaatan

    • Kasih kepada Kristus tidak hanya berupa perasaan, tetapi diwujudkan dalam ketaatan kepada firman-Nya. Ini menunjukkan hubungan erat antara iman dan perbuatan dalam kehidupan orang percaya.
  2. Kehadiran Allah dalam Hidup Orang Percaya

    • Yesus berjanji bahwa Allah akan tinggal bersama mereka yang mengasihi dan menaati-Nya. Ini menegaskan doktrin union with Christ, yang menyatakan bahwa orang percaya mengalami hadirat Allah dalam hidup mereka.
  3. Ketidaktaatan adalah Bukti Ketidakpercayaan

    • Yesus menunjukkan bahwa mereka yang tidak menaati firman-Nya sebenarnya tidak mengasihi Dia. Ini memperlihatkan bahwa ketidaktaatan bukan hanya kegagalan moral, tetapi juga bukti dari keterpisahan dari Allah.
  4. Kristus adalah Penyataan Kehendak Allah

    • Yesus menegaskan bahwa ajaran-Nya berasal dari Bapa. Ini menunjukkan otoritas mutlak Kristus dan perannya sebagai wahyu sempurna dari Allah.
  5. Firman Kristus adalah Dasar Pewahyuan Perjanjian Baru

    • Yesus mengajarkan murid-murid-Nya sebelum Dia pergi, yang kemudian diingatkan oleh Roh Kudus dan dituliskan dalam Kitab Suci. Ini menegaskan otoritas Alkitab sebagai firman Allah yang tidak berubah.

Kesimpulan

Yohanes 14:23-25 mengajarkan tentang hubungan antara kasih kepada Kristus, ketaatan kepada firman-Nya, dan janji kehadiran Allah dalam kehidupan orang percaya. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini menekankan bahwa iman sejati harus diwujudkan dalam kehidupan yang taat, bahwa Kristus adalah wahyu sempurna dari Allah, dan bahwa firman-Nya memiliki otoritas yang kekal.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih dan ketaatan kepada Kristus, sambil mengalami hadirat Allah dalam hidup kita melalui pekerjaan Roh Kudus.

Next Post Previous Post