Markus 15:22–32 — Penyaliban Yesus: Kemenangan di Tengah Penghinaan

(The Crucifixion of Christ: Victory Amidst Mockery)
Pendahuluan
Tidak ada peristiwa yang lebih penting dalam sejarah keselamatan selain penyaliban Yesus Kristus. Dalam Markus 15:22–32, kita melihat puncak penderitaan Juruselamat—Dia yang tidak berdosa—diperlakukan seperti penjahat paling hina. Namun, justru dalam penghinaan ini terletak kemenangan terbesar: penebusan umat manusia.
Teologi Reformed memandang penyaliban bukan sebagai tragedi yang tidak disengaja, melainkan sebagai bagian dari rencana kekal Allah. Para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan John Piper menjelaskan bahwa salib adalah tempat di mana kedaulatan Allah, keadilan, dan kasih-Nya berpadu secara sempurna.
1. Golgota: Tempat yang Dipilih Allah untuk Penggenapan
Yesus dibawa ke Golgota, yang berarti “Tempat Tengkorak.” Ini bukan sekadar lokasi geografis, tetapi lambang kematian, kutuk, dan kehinaan. Di sinilah Juruselamat dunia diperlakukan seperti kriminal.
R.C. Sproul menyatakan:
“Salib bukan sekadar alat penyiksaan, melainkan mimbar tempat Allah menyatakan kemuliaan dan murka-Nya secara bersamaan.”
Dalam teologi Reformed, tempat ini bukan dipilih oleh kebetulan, melainkan ditetapkan dalam rencana Allah sejak kekekalan (Kis. 2:23). Kematian Yesus tidak terjadi karena kegagalan manusia, tetapi sebagai penggenapan nubuat dan kehendak Allah.
2. Penolakan atas Mur: Menggenapi Ketaatan Sepenuhnya
Yesus ditawari anggur bercampur mur, campuran yang bisa meredakan rasa sakit. Tetapi Ia menolak—tindakan yang menunjukkan bahwa Ia akan mengalami penderitaan sepenuhnya, tanpa peredam.
John Calvin menjelaskan:
“Yesus menolak penghiburan manusiawi agar Ia sepenuhnya memikul hukuman dosa. Ia tidak mau ada sedikit pun dari penderitaan yang ditahan.”
Hal ini menunjukkan ketaatan penuh Kristus, seperti tertulis dalam Filipi 2:8, bahwa Ia taat “sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
3. Pakaian yang Diundi: Penggenapan Nubuat
Para prajurit membagi pakaian Yesus dan melempar undi, tepat seperti nubuat dalam Mazmur 22:18:
“Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.”
Tim Keller menulis:
“Setiap detail penyaliban Yesus, bahkan hal sekecil jubah-Nya, dikontrol oleh tangan Allah. Tidak ada yang kebetulan.”
Penyaliban bukan kekalahan; itu adalah penggenapan Kitab Suci. Doa dan nubuat dari zaman dahulu menggemakan kebenaran ini: kita tidak sendiri dalam penderitaan karena Kristus telah masuk ke dalamnya lebih dahulu.
4. “Raja Orang Yahudi”: Tuduhan yang Menjadi Kebenaran
Tuduhan yang ditulis di atas salib adalah “Raja Orang Yahudi.” Itu dimaksudkan sebagai ejekan oleh penguasa Romawi, tetapi sebenarnya adalah pengakuan tidak sadar akan kebenaran ilahi.
John Piper menyebutnya “ironi ilahi”:
“Mereka menghina Yesus sebagai raja, tetapi justru dengan kematian itulah Ia dinobatkan sebagai Raja atas dosa dan maut.”
Salib adalah tahta Kristus—Ia menang bukan dengan pedang, tapi dengan menyerahkan nyawa-Nya.
5. Di Antara Dua Penjahat: Identifikasi dengan Pendosa
Yesus disalibkan di antara dua perampok, bukan di tempat kehormatan, tetapi di tengah-tengah kehinaan. Ini bukan tanpa makna.
Markus 15:28 menyatakan:
“Dia terhitung di antara orang-orang durhaka.” (Mengutip Yesaya 53:12)
John Stott berkata:
“Kristus tidak hanya mati untuk pendosa, tetapi di tempat pendosa, di antara mereka, sebagai wakil mereka.”
Teologi Reformed mengajarkan bahwa substitusi penal—Kristus menggantikan kita di tempat hukuman—terjadi sepenuhnya dalam peristiwa ini.
6. Penghinaan dari Orang-Orang Lewat dan Pemimpin Agama
Ejekan datang dari segala sisi:
-
Orang-orang biasa mengejek: “Turunlah dari salib!”
-
Imam-imam dan ahli Taurat mencemooh: “Ia menyelamatkan orang lain, tetapi tidak bisa menyelamatkan diri-Nya!”
Ironi besar terjadi: justru karena Yesus tidak menyelamatkan diri-Nya, kita diselamatkan.
R.C. Sproul:
“Jika Yesus turun dari salib, Ia akan gagal dalam misi keselamatan. Tetapi karena Ia tinggal, kita memperoleh hidup.”
7. Penggenapan Nubuat: Allah Tidak Pernah Lupa Rencana-Nya
Dalam seluruh bagian ini, terlihat jelas bahwa Markus ingin menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi “sesuai Kitab Suci.” Tidak ada satu detail pun yang di luar kendali Allah.
Yesaya 53 telah menubuatkan ini ratusan tahun sebelumnya. Dan di sinilah semuanya tergenapi.
B.B. Warfield menulis:
“Jika tidak ada nubuat tentang Mesias yang menderita, salib akan menjadi skandal. Tapi karena Kitab Suci telah menyatakannya, salib adalah bukti kasih Allah.”
8. Penyaliban Bukan Kekalahan, Tapi Klimaks Kemenangan
Bagi mata manusia, penyaliban adalah kegagalan tragis. Tetapi bagi orang percaya, inilah kemenangan ilahi terbesar. Salib bukan hanya alat eksekusi; itu adalah altar penebusan.
Kolose 2:14-15:
“[Yesus] telah menghapus surat hutang kita… dan Ia telah menaklukkan para penguasa dan pemerintah…”
Sinclair Ferguson menyatakan:
“Di kayu salib, Kristus tidak hanya menderita; Ia juga mengalahkan musuh rohani secara sah dan final.”
9. Teologi Reformed: Substitusi, Kedaulatan, dan Kasih Karunia
a) Substitusi Penal (Penal Substitutionary Atonement)
Yesus mati bukan hanya bersama kita, tetapi menggantikan kita. Ia memikul murka Allah yang seharusnya ditujukan kepada kita.
b) Kedaulatan Allah
Setiap elemen dalam penyaliban adalah bagian dari rencana kekal Allah. Bahkan keputusan Pilatus, kemarahan imam kepala, dan ejekan prajurit, semuanya bekerja untuk menggenapi keselamatan kita.
c) Kasih Karunia yang Berdaulat
Tidak ada yang layak menerima penebusan ini. Tapi kasih karunia Allah mencari dan menyelamatkan yang terhilang, dan salib adalah titik sentral dari kasih karunia itu.
10. Aplikasi Bagi Hidup Kita Saat Ini
Kita Tidak Sendiri dalam Penderitaan
Yesus telah melalui penderitaan terdalam—pengkhianatan, penghinaan, dan kematian—untuk menunjukkan bahwa kita tidak pernah sendirian.
Kita Memiliki Jaminan Keselamatan
Karena Yesus tetap di salib, kita bisa yakin bahwa semua hutang dosa telah lunas.
Kita Dipanggil untuk Menyalibkan Diri
Yesus berkata dalam Markus 8:34, “Pikul salibmu dan ikutlah Aku.” Artinya hidup dalam penyangkalan diri, kematian terhadap dosa, dan ketaatan kepada Kristus.
Kesimpulan: Salib Adalah Kunci Segala Sesuatu
Markus 15:22–32 bukan hanya laporan sejarah. Ini adalah wahyu kasih Allah, kemenangan atas dosa, dan puncak penggenapan nubuat. Dalam penghinaan Yesus, kita menemukan pengharapan. Dalam penderitaan-Nya, kita menemukan kedamaian.
Sebagaimana John Stott simpulkan dalam The Cross of Christ:
“Satu-satunya alasan kita bisa menghadapi penghakiman di masa depan tanpa takut adalah karena Hakim itu sendiri telah mengambil tempat kita.”