Semakin Tinggi Anugerah Mengangkat Kita, Semakin Dalam Kita Membungkuk
.jpg)
Refleksi Teologi Reformed tentang Anugerah dan Kerendahan Hati dalam Kehidupan Orang Percaya
“Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”— Efesus 2:8 (TB)
Pendahuluan: Kemuliaan Anugerah dan Kerendahan Hati yang Sejati
Ungkapan “The higher grace lifts us, the lower we bow” (semakin tinggi anugerah mengangkat kita, semakin rendah kita membungkuk) menggambarkan dengan indah hubungan antara anugerah Allah yang menyelamatkan dan kerendahan hati manusia sebagai respons. Bagi teologi Reformed, anugerah bukan hanya awal keselamatan, tetapi juga penggerak kehidupan rohani secara menyeluruh, dan pada saat yang sama, menghancurkan kesombongan manusia dengan menyatakan bahwa semua berasal dari Allah.
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri makna ungkapan tersebut menurut Kitab Suci dan pendapat teolog Reformed besar seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan Sinclair Ferguson, serta menjelaskan bagaimana pemahaman ini membentuk kehidupan rohani, ibadah, dan pelayanan orang percaya.
I. Apa Itu Anugerah dalam Teologi Reformed?
A. Anugerah: Favor Tidak Layak dari Allah
Anugerah adalah kebaikan Allah yang diberikan kepada manusia yang tidak layak menerimanya. Teologi Reformed menekankan bahwa manusia tidak hanya tidak layak, tetapi secara aktif menentang Allah sebelum diselamatkan.
John Calvin menulis dalam Institutes:
“Kita dibenarkan bukan karena kita layak, tetapi karena Allah, dalam anugerah-Nya, memilih untuk memperhitungkan Kristus kepada kita.”
B. Anugerah yang Menyelamatkan dan Memelihara
Efesus 2:8–9 menyatakan bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karena anugerah. Dalam Reformed theology, ini mencakup:
-
Pemilihan kekal
-
Panggilan efektif
-
Kelahiran baru
-
Iman dan pertobatan
-
Pembenaran dan pengudusan
Semua ini adalah pekerjaan Allah, bukan hasil usaha atau kontribusi manusia sedikit pun.
II. Anugerah yang Mengangkat: Pemuliaan dan Persekutuan dengan Allah
A. Dari Kematian Rohani ke Hidup dalam Kristus
Efesus 2:1–6 menggambarkan bagaimana kita, yang mati dalam pelanggaran, dibangkitkan bersama Kristus oleh anugerah. Ini adalah kenaikan rohani—kita diangkat dari kubur dosa menuju hidup baru dalam kesatuan dengan Kristus.
B. Kenaikan kepada Posisi Anak dan Ahli Waris
Anugerah bukan hanya menghapus hukuman, tetapi juga mengangkat status kita menjadi anak Allah (Roma 8:15–17). Kita bukan hanya diampuni, tetapi dikasihi dan diangkat menjadi keluarga kerajaan.
Louis Berkhof menjelaskan:
“Anugerah tidak hanya memulihkan, tetapi memuliakan manusia dalam Kristus.”
III. Anugerah dan Kerendahan Hati: Mengapa Semakin Kita Diangkat, Semakin Kita Tunduk
A. Kesadaran Diri yang Jelas
Semakin kita menyadari bahwa semua berasal dari Allah, semakin kita menyadari bahwa tidak ada yang dapat dibanggakan.
R.C. Sproul menyatakan:
“Kesombongan rohani tidak mungkin hidup dalam tanah anugerah.”
B. Kerendahan Hati sebagai Buah Anugerah Sejati
Titus 3:5 menyebut bahwa kita diselamatkan “bukan karena perbuatan benar yang kita lakukan, melainkan karena rahmat-Nya.” Maka, respons sejati terhadap anugerah adalah penundukan diri di hadapan Allah.
Jonathan Edwards menulis dalam khotbah terkenalnya:
“Kerendahan hati adalah tanda paling menonjol dari seseorang yang telah melihat kemuliaan anugerah Allah.”
IV. Melawan Dosa Kesombongan dengan Doktrin Anugerah
A. Kesombongan: Akar Dosa Sejak Kejatuhan
Kesombongan adalah penolakan terhadap kebergantungan pada Allah. Iblis jatuh karena ingin menjadi seperti Allah. Adam dan Hawa berdosa karena ingin menjadi seperti Allah (Kejadian 3).
B. Doktrin Anugerah Menyapu Bersih Semua Kesombongan
Teologi Reformed, dengan penekanan pada kedaulatan mutlak Allah dan ketidakmampuan manusia, membuat mustahil bagi manusia untuk memegahkan dirinya.
Herman Bavinck menulis:
“Dalam Injil anugerah, tidak ada tempat bagi pujian terhadap diri sendiri.”
V. Contoh Alkitabiah: Mereka yang Dibangkitkan, Tapi Membungkuk
A. Paulus: Dari Penganiaya ke Rasul Termulia
Dalam 1 Korintus 15:10, Paulus berkata: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.” Ia yang paling “diangkat” justru menyebut dirinya “yang paling hina.”
B. Yesaya: Diangkat ke Hadirat Allah, Tetapi Runtuh
Yesaya 6 menggambarkan Yesaya melihat kemuliaan Allah—tetapi responsnya bukan kegembiraan, melainkan: “Celakalah aku!” Inilah reaksi orang yang diangkat ke tempat tinggi secara rohani—justru makin menyadari keterbatasannya.
VI. Anugerah dan Disiplin Rohani: Sumber Kekuatan, Bukan Alat Usaha
A. Membaca Firman dan Berdoa karena Anugerah
Orang Reformed memahami bahwa disiplin rohani bukan cara meraih kasih Allah, tetapi respons terhadap anugerah-Nya yang telah lebih dahulu bekerja.
B. Pelayanan sebagai Hasil, Bukan Penyebab
Kita melayani bukan agar diselamatkan, tetapi karena telah diselamatkan. Ini membangun kerendahan hati dan menghindari pelayanan yang dipenuhi ego dan motivasi pribadi.
VII. “Semakin Tinggi Anugerah Mengangkat Kita” dalam Pengudusan
A. Kesalehan yang Tidak Sombong
Pertumbuhan dalam kekudusan tidak menjadikan kita sombong rohani, tetapi justru semakin menyadari ketidaklayakan kita dan keindahan Kristus.
Sinclair Ferguson berkata:
“Kedewasaan rohani tidak terlihat dalam kesempurnaan, tetapi dalam kepekaan terhadap dosa dan ketergantungan yang mendalam pada anugerah.”
B. Semakin Mengenal Allah, Semakin Merendahkan Diri
Dalam kehidupan tokoh Alkitab dan sejarah gereja, semakin dalam seseorang mengenal Allah, semakin ia melihat dosa-dosa kecilnya sebagai sangat besar.
VIII. Dampak dalam Komunitas dan Gereja
A. Menghindari Roh Agama dan Legalisme
Pemahaman anugerah yang benar akan menciptakan budaya gereja yang rendah hati, sabar terhadap kelemahan orang lain, dan tidak cepat menghakimi.
B. Pemuridan dan Kepemimpinan yang Melayani
Kepemimpinan Kristen adalah membungkuk untuk membasuh kaki, bukan mendominasi dari atas. Yesus adalah teladan utama: meskipun “dinaikkan,” Ia merendahkan diri dan mati di salib (Filipi 2:5–11).
IX. Harapan Eskatologis: Diangkat dalam Kemuliaan, Membungkuk dalam Penyembahan
A. Kemuliaan yang Akan Datang
Roma 8:17 menyatakan bahwa kita akan dimuliakan bersama Kristus. Namun dalam Wahyu 4 dan 5, para tua-tua melemparkan mahkota mereka dan sujud menyembah.
Ini menunjukkan bahwa semakin besar kemuliaan yang kita terima, semakin dalam penyembahan kita kepada Allah.
B. Kekekalan dalam Penyembahan, Bukan Pengangkatan Diri
Di surga, kita akan mengenal sepenuhnya bahwa segala sesuatu adalah karena anugerah. Maka, tidak ada ruang untuk kesombongan kekal, hanya penyembahan kekal.
Kesimpulan: Semakin Kita Diangkat oleh Anugerah, Semakin Kita Merunduk dalam Kasih dan Penyembahan
Ungkapan “The higher grace lifts us, the lower we bow” bukan sekadar frasa puitis. Ini adalah inti dari spiritualitas Reformed—di mana:
-
Anugerah menyelamatkan dan memuliakan kita
-
Kita merespons bukan dengan kesombongan, tetapi dengan kerendahan hati yang mendalam
-
Semua kehidupan Kristen menjadi aliran respons kepada kasih Allah yang besar
“Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mu, berilah kemuliaan.”
— Mazmur 115:1